Semboyan di atas dicetuskan oleh Presiden Soekarno -
presiden pertama Republik Indonesia – dan menjadi populer sampai
sekarang ini. Semboyan tersebut nyatanya memang
sejalan dengan kecenderungan orang-orang modern yang membangun cita-cita
dengan mengacu pada figur orang-orang terkemuka di
dunia. Demikian juga dalam dunia usaha, para pendamba kesuksesan
mengambil tokoh-tokoh idolanya dari sosok-sosok
seperti Bill Gates, Donald Trump, Ciputra, Bob Sadino dan lain-lain.
Di seminar-seminar, tokoh-tokoh bisnis diundang dan
dijadikan narasumber yang bercerita tentang kisah perjuangan dan
kesuksesan masing-masing. Peserta sangat senang,
terbius bahkan tersihir ketika mendengar kisah-kisah perjuangan dan
kisah-kisah sukses para narasumber tersebut. Sebagai
pendamba kesuksesan, mereka jadi terobsesi, dan dengan serta merta
semangat mereka pun terbangkitkan menyala-nyala,
ingin segera meniru dan mengikuti jejak sang idola.
Tapi, pada kenyataannya, banyak orang kesulitan
untuk mengimplementasikan apa yang mereka dapatkan dari sang narasumber,
yang nota bene berpredikat sebagai konglomerat,
pengusaha besar atau bisnismen sukses. Kenapa? Karena sesungguhnya, para peserta seminar bukan
termotivasi karena tertarik dengan beratnya penderitaan serta kerasnya
perjuangan para narasumber, tapi mereka lebih
tergiur dengan dengan kondisi tokoh-tokoh sukses yang saat sekarang
sudah
menjadi kaya, hidup nyaman serta dihormati orang
banyak.
Selain itu, kisah-kisah perjuangan dan kerja keras
sang narasumber sekian puluh tahun silam, sudah menjadi masa lalu yang
tidak lagi nyata. Sama seperti sebuah dongeng
kepahlawanan yang meski pun seru mendebarkan, namun serasa tidak pernah
terjadi. Para pemula tidak bisa melihat dan
mencontoh kerja keras panutannya di masa lampau, karena sekarang
orang-orang
itu sudah tidak lagi bekerja keras secara fisik.
Paling-paling hanya rapat, telpon sana telpon sini, tanda tangan dan
kasih instruksi. Apa yang bisa dicontoh dari mereka?
Nah, kalau mau realistis, lupakan nama-nama besar
yang menjadi narasumber kesuksesan itu. Lupakan Bill Gates,
Donald Trump, Ciputra, Bob Sadino atau siapa pun.
Kita tidak perlu menjangkau bintang-bintang di langit. Karena
untuk saat ini, hal itu akan sama halnya dengan "Si
Pungguk Merindukan Bulan". Cukup lihat sebatang pohon kelapa,
lihat seberapa tinggi buahnya, lalu cobalah mulai
memanjat. Kalau masih takut, belajar dulu dari orang sekitar.
Banyak kok yang pintar panjat kelapa.
Dengan analogi yang sama, kalau mau berwirausaha secara realistis yang dimulai dari sebuah perjuangan, kita tidak memerlukan narasumber yang hidupnya sudah serba glamor sekarang. Tak ada yang bisa dipelajari secara real.
Sebaliknya, coba saja datang ke sebuah pasar tradisional. Di sana banyak pelaku usaha yang benar-benar kasat mata, yang sungguh-sungguh kerja keras. Mulai dari kelas emperan, gerobakan, warungan, pemilik kios, grosiran sampai toko besar. Kenalanlah dengan mereka, ajak ngomong, tanya suka-dukanya, tanya berapa penghasilan mereka dan kalau perlu ikut bantu pekerjaan mereka.
Kalau Anda saat ini mungkin seorang karyawan biasa di sebuah perusahaan swasta, jangan terkejut kalau melihat bahwa penghasilan seorang pedagang kelontong di pasar dalam satu hari, ternyata hampir sama dengan penghasilan Anda di kantor selama sebulan.
Itu semua nyata. Penghasilannya nyata, pekerjaannya juga nyata, dan suka-dukanya pun nyata, bukan kisah masa lalu. Kalau kita memang serius ingin berwirausaha, tentu layak sekali kita belajar dari mereka. Karena mereka pelaku yang nyata. Yang masih berada dalam tataran berjuang meraih masa depan yang lebih cerah. Dan kita dapat menyaksikan dan merasakan sendiri serta mencontoh langsung apa-apa yang dialami dan apa yang harus dikerjakan.
Bung Karno memang benar dengan semboyannya: "Gantungkan cita-citamu setinggi langit". Namun untuk kita yang ingin meriintis perjuangan sebagai wirausahawan, semboyan itu dapat kita lengkapi menjadi: "Gantungkan cita-citamu setinggi langit, lalu mulailah memanjat pohon kelapa..!" (rh).
Dengan analogi yang sama, kalau mau berwirausaha secara realistis yang dimulai dari sebuah perjuangan, kita tidak memerlukan narasumber yang hidupnya sudah serba glamor sekarang. Tak ada yang bisa dipelajari secara real.
Sebaliknya, coba saja datang ke sebuah pasar tradisional. Di sana banyak pelaku usaha yang benar-benar kasat mata, yang sungguh-sungguh kerja keras. Mulai dari kelas emperan, gerobakan, warungan, pemilik kios, grosiran sampai toko besar. Kenalanlah dengan mereka, ajak ngomong, tanya suka-dukanya, tanya berapa penghasilan mereka dan kalau perlu ikut bantu pekerjaan mereka.
Kalau Anda saat ini mungkin seorang karyawan biasa di sebuah perusahaan swasta, jangan terkejut kalau melihat bahwa penghasilan seorang pedagang kelontong di pasar dalam satu hari, ternyata hampir sama dengan penghasilan Anda di kantor selama sebulan.
Itu semua nyata. Penghasilannya nyata, pekerjaannya juga nyata, dan suka-dukanya pun nyata, bukan kisah masa lalu. Kalau kita memang serius ingin berwirausaha, tentu layak sekali kita belajar dari mereka. Karena mereka pelaku yang nyata. Yang masih berada dalam tataran berjuang meraih masa depan yang lebih cerah. Dan kita dapat menyaksikan dan merasakan sendiri serta mencontoh langsung apa-apa yang dialami dan apa yang harus dikerjakan.
Bung Karno memang benar dengan semboyannya: "Gantungkan cita-citamu setinggi langit". Namun untuk kita yang ingin meriintis perjuangan sebagai wirausahawan, semboyan itu dapat kita lengkapi menjadi: "Gantungkan cita-citamu setinggi langit, lalu mulailah memanjat pohon kelapa..!" (rh).
Rusman Hakim
Pengamat, Praktisi dan Konsultan Kewirausahaan
Email: rusman@media-wirausaha.com, rusmanjh@yahoo.com
Bagaimana dengan usaha online? Apakah di negara kita tercinta ini cocok dengan berwira usaha seperti itu? Mengingat saat ini cukup banyak yang berwira usaha online tetapi hanya sebagian saja yang sukses.
ReplyDeleteSalam sukses bung Feri dari Oasis El-Habbib
Hai bung Oasis, kumaha damang? Sorry baru cek-cek lagi comments di blog ini:)
ReplyDeleteUsaha online? Masih sangat prospektif menurut saya gan... Sudah mulai coba kah?
Salam sukses juga ya...