Kita setuju bahwa semua pola pengasuhan dan pendidikan anak tergantung
pada orang tua masing-masing. Dan sebuah keniscayaan bahwa pola
pengasuhan dan pendidikan itu akan berdampak pada outputnya, yaitu
'kecerdasan'.
Hasil pendidikan yang kita inginkan bukan hanya apa yg terkonversi dalam angka-angka an sich. But, beyond. Hasil yang lebih komprehensif. Hasil yang meliputi kecerdasan di bidang IMTAK (keimanan dan ketakwaan) dan IPTEK (ilmu pengetahuan teknologi) sekaligus.
Sering kita dengar bahwa anak itu diibaratkan sebagai lembaran kertas putih yang siap ditulis ataupun diwarnai oleh orang tuanya. Ya, perumpamaan ini memang benar adanya. Sudah banyak kisah yang kita saksikan sebagai buktinya. Tulisan dan warna dari orang tua (pendidik) di 'lembaran kertas putih anak' akan menjadi warna kehidupan si anak ketika menginjak usia remaja dan dewasa kelak.
Mana yang kita pilih di antara cara-cara berikut, akan menentukan kualitas anak-anak kita di masa mendatang. Mari simak puisi karya Dorothy Law Nolte yang berjudul Children Learn What They Live (Anak Belajar dari Kehidupan) berikut:
Jika anak dibesarkan dengan celaan, maka ia belajar memaki.
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, maka ia belajar berkelahi.
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, maka ia belajar rendah diri.
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, maka ia belajar menyesali diri.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, maka ia belajar menahan diri.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, maka ia belajar percaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan pujian, maka ia belajar menghargai.
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, maka ia belajar keadilan.
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, maka ia belajar menyenangi diri.
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta.
Pilihan tulisan dan warna di depan kita ada banyak variannya. Tinggal kita pilih sesuai dengan tujuan kebaikan yang kita inginkan. Dengan tetap memohon petunjuk kepada Allah SWT, mari kita didik anak-anak kita dengan corak pendidikan yang berkarakter mulia. Berkeimanan kepada Tuhan yang Maha Kuasa. Berkemanusiaan kepada sesama. Pun berkasih sayang kepada makhluk Tuhan lainnya (alam sekitar; hewan maupun tumbuhan).
Yang selanjutnya menjadi tugas utama kita sebagai orang tua adalah, memastikan bahwa masing-masing kita memang bisa menulis dan mewarnai yang baik dan mulia tersebut. Kemudian, harus mampu menterjemahkan tulisan dan warna kebaikan itu kedalam perilaku keseharian kita. Ini yang akan menawan si anak untuk mau meniru sang role model.
Dengan kemampuan menulis dan mewarnai yang baik dan mulia yang kita miliki sebagai anugerah dari Allah sang Pemilik Ilmu, maka InsyaAllah kita segera menyambut generasi unggul di negeri ini. Generasi yang cerdas intelejensia, emosional, dan spiritualnya sekaligus. Aamiin
Yuuk, kita terus belajar.
Semoga berguna.
Hasil pendidikan yang kita inginkan bukan hanya apa yg terkonversi dalam angka-angka an sich. But, beyond. Hasil yang lebih komprehensif. Hasil yang meliputi kecerdasan di bidang IMTAK (keimanan dan ketakwaan) dan IPTEK (ilmu pengetahuan teknologi) sekaligus.
Sering kita dengar bahwa anak itu diibaratkan sebagai lembaran kertas putih yang siap ditulis ataupun diwarnai oleh orang tuanya. Ya, perumpamaan ini memang benar adanya. Sudah banyak kisah yang kita saksikan sebagai buktinya. Tulisan dan warna dari orang tua (pendidik) di 'lembaran kertas putih anak' akan menjadi warna kehidupan si anak ketika menginjak usia remaja dan dewasa kelak.
Mana yang kita pilih di antara cara-cara berikut, akan menentukan kualitas anak-anak kita di masa mendatang. Mari simak puisi karya Dorothy Law Nolte yang berjudul Children Learn What They Live (Anak Belajar dari Kehidupan) berikut:
Jika anak dibesarkan dengan celaan, maka ia belajar memaki.
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, maka ia belajar berkelahi.
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, maka ia belajar rendah diri.
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, maka ia belajar menyesali diri.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, maka ia belajar menahan diri.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, maka ia belajar percaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan pujian, maka ia belajar menghargai.
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, maka ia belajar keadilan.
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, maka ia belajar menyenangi diri.
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta.
Pilihan tulisan dan warna di depan kita ada banyak variannya. Tinggal kita pilih sesuai dengan tujuan kebaikan yang kita inginkan. Dengan tetap memohon petunjuk kepada Allah SWT, mari kita didik anak-anak kita dengan corak pendidikan yang berkarakter mulia. Berkeimanan kepada Tuhan yang Maha Kuasa. Berkemanusiaan kepada sesama. Pun berkasih sayang kepada makhluk Tuhan lainnya (alam sekitar; hewan maupun tumbuhan).
Yang selanjutnya menjadi tugas utama kita sebagai orang tua adalah, memastikan bahwa masing-masing kita memang bisa menulis dan mewarnai yang baik dan mulia tersebut. Kemudian, harus mampu menterjemahkan tulisan dan warna kebaikan itu kedalam perilaku keseharian kita. Ini yang akan menawan si anak untuk mau meniru sang role model.
Dengan kemampuan menulis dan mewarnai yang baik dan mulia yang kita miliki sebagai anugerah dari Allah sang Pemilik Ilmu, maka InsyaAllah kita segera menyambut generasi unggul di negeri ini. Generasi yang cerdas intelejensia, emosional, dan spiritualnya sekaligus. Aamiin
Yuuk, kita terus belajar.
Semoga berguna.