Dua amalan yang mudah diterima oleh Allah SWT adalah ‘sholat Tahajjud’ dan ‘Shaum’. Kenapa bisa? Karena dua amalan ini bisa menjaukan manusia dari sikap riya (ingin dilhat orang) dan sum’ah (ingin didengar orang). Melaksanakan keduanya mengajarkan sikap ikhlas.
Keduanya tidak dapat dipamer-pamer. Selain dengan sikap ikhlas, dua amalan ini tentu harus dilakukan dengan tuntunan al-Qur’an dan as-Sunnah. Dalam hal tuntunan beribadah ini, kita berpedoman kepada ilmu fiqh, agar terhindar dari hal-hal yang sesat menyesatkan (bid’ah, dll).
Sikap ikhlas dan dilaksanakan sesuai tuntunanya adalah syarat untuk diterimanya amalan manusia oleh Allah SWT. Sebagaimana kita lihat pada keterangan berikut:
Merujuk kepada dalil-dalil dari Al Quran dan Al Hadits kita bisa menemukan bahwa syarat pokok diterimanya amalan seorang hamba ada dua:
1. Ikhlas karena Allah subhanahu wa ta’ala.
2. Mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dua syarat ini disebutkan dengan jelas dalam akhir surat al-Kahfi:
(فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً)
“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seoran gpun dalam beribadat kepada Rabb-nya.” (QS. Al Kahfi: 110)
Oleh karena itu Imam Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat ini berkata, “Dua hal ini merupakan dua rukun amal yang diterima. (Jadi suatu amalan) harus ikhlas karena Allah dan sesuai dengan syari’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Lihat: Mudzakkirah fil ‘Aqidah, karya Dr. Shalih bin Sa’ad as-Suhaimy, hal: 9-12).
Sholat tahajud di tengah malam, tidak ada yang melihat. Jadi bisa terhidar dari sifat pamer.
Bershaum, juga tidak dapat dibedakan secara penampakan fisik. Oleh karenanya, manusia hanya semata-mata berkomitmen dengan Rabb-nya.
Kedua-duanya benar-benar mendidik keikhlasan hati kita. Beribadah hanya karena Allah SWT. Tidak ada tujuan lain kecuali ingin mencapai ridha-NYA. insyaAllah kita terus berusaha untuk melaksanakannya. Dan kita memohon agar Allah istiqomahkan kita. Aamiin.
#Ta’limBa’daJum’ah
11 Ramadhan 1434 H
Keduanya tidak dapat dipamer-pamer. Selain dengan sikap ikhlas, dua amalan ini tentu harus dilakukan dengan tuntunan al-Qur’an dan as-Sunnah. Dalam hal tuntunan beribadah ini, kita berpedoman kepada ilmu fiqh, agar terhindar dari hal-hal yang sesat menyesatkan (bid’ah, dll).
Sikap ikhlas dan dilaksanakan sesuai tuntunanya adalah syarat untuk diterimanya amalan manusia oleh Allah SWT. Sebagaimana kita lihat pada keterangan berikut:
Merujuk kepada dalil-dalil dari Al Quran dan Al Hadits kita bisa menemukan bahwa syarat pokok diterimanya amalan seorang hamba ada dua:
1. Ikhlas karena Allah subhanahu wa ta’ala.
2. Mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dua syarat ini disebutkan dengan jelas dalam akhir surat al-Kahfi:
(فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً)
“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seoran gpun dalam beribadat kepada Rabb-nya.” (QS. Al Kahfi: 110)
Oleh karena itu Imam Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat ini berkata, “Dua hal ini merupakan dua rukun amal yang diterima. (Jadi suatu amalan) harus ikhlas karena Allah dan sesuai dengan syari’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Lihat: Mudzakkirah fil ‘Aqidah, karya Dr. Shalih bin Sa’ad as-Suhaimy, hal: 9-12).
Sholat tahajud di tengah malam, tidak ada yang melihat. Jadi bisa terhidar dari sifat pamer.
Bershaum, juga tidak dapat dibedakan secara penampakan fisik. Oleh karenanya, manusia hanya semata-mata berkomitmen dengan Rabb-nya.
Kedua-duanya benar-benar mendidik keikhlasan hati kita. Beribadah hanya karena Allah SWT. Tidak ada tujuan lain kecuali ingin mencapai ridha-NYA. insyaAllah kita terus berusaha untuk melaksanakannya. Dan kita memohon agar Allah istiqomahkan kita. Aamiin.
#Ta’limBa’daJum’ah
11 Ramadhan 1434 H
No comments:
Post a Comment