"Mulai dengan Bismillah, Luruskan Niat. Allah Maha Melihat!"


2024/07/30

Membaca, menerjemahkan dan Meng-I'rob: Tentang 'Kerusakan Hati'

Bismillahirrahmanirrahiim 

Sekarang mari kita beri harokat perkataan ulama, Imam Hasan al Bashri di samping. 


قَالَ الْحَسَنُ الْبَصْرِيُّ رَحِمَهُ اللَّهُ

: فَسَادُ الْقُلُوبِ مُتَوَلِّدٌ مِنْ سِتَّةِ أَشْيَاءَ

١- يَذْنُوبُونَ بِرَجَاءِ التَّوْبَةِ

٢- وَيَتَعَلَّمُونَ الْعِلْمَ وَلَا يَعْمَلُونَ بِهِ

٣- وَإِذَا عَمِلُوا لَا يُخْلِصُونَ

٤- وَيَأْكُلُونَ رِزْقَ اللَّهِ وَلَا يَشْكُرُونَ

٥- وَلَا يَرْضَوْنَ بِقِسْمَةِ اللَّهِ

٦- وَيَدْفِنُونَ مَوْتَاهُمْ وَلَا يَعْتَبِرُونَ


Terjemahan bebasnya:

Imam Hasan Al Basri pernah berkata.

Rusaknya hati disebabkan oleh enam hal:

1. Mudah melakukan dosa dengan alasan bisa bertaubat

2. Belajar ilmu namun tidak diamalkan

3. Sekiranya diamalkan namun tidak ikhlas

4. Menikmati rejeki Allah tapi tidak bersyukur

5. Tidak ridha dengan pembagian Allah

6. Menguburkan mayat namun tidak mengambil pelajaran

---

Sekarang mari kita bahas baris per baris (beberapa baris saja ya).
Selanjutnya, para pembaca sekalian boleh latihan sendiri-sendiri saja.

قَالَ الْحَسَنُ الْبَصْرِيُّ رَحِمَهُ اللَّهُ 

١- قَالَ: فِعْلٌ مَاضٍ مَبْنِيٌّ عَلَى الفَتْحِ، وَالفَاعِلُ ضَمِيرٌ مُسْتَتِرٌ تَقْدِيرُهُ "هُوَ.

٢- الْحَسَنُ: فَاعِلٌ مَرْفُوعٌ وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ الضَّمَّةُ الظَّاهِرَةُ.

٣- الْبَصْرِيُّ: نَعْتٌ مَرْفُوعٌ وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ الضَّمَّةُ الظَّاهِرَةُ.

٤- رَحِمَهُ:

    - رَحِمَ: فِعْلٌ مَاضٍ مَبْنِيٌّ عَلَى الفَتْحِ.

    - هُ: ضَمِيرٌ مُتَّصِلٌ فِي مَحَلِّ نَصْبٍ مَفْعُولٌ بِهِ.

٥- اللَّهُ: فَاعِلٌ مَرْفُوعٌ وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ الضَّمَّةُ الظَّاهِرَةُ.

---

Ini baris yang keduanya:

 "فَسَادُ الْقُلُوبِ مُتَوَلِّدٌ مِنْ سِتَّةِ أَشْيَاءَ"


١- فَسَادُ: مُبْتَدَأٌ مَرْفُوعٌ وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ الضَّمَّةُ الظَّاهِرَةُ.

٢- الْقُلُوبِ: مُضَافٌ إِلَيْهِ مَجْرُورٌ وَعَلَامَةُ جَرِّهِ الْكَسْرَةُ الظَّاهِرَةُ.

٣- مُتَوَلِّدٌ: خَبَرٌ مَرْفُوعٌ وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ الضَّمَّةُ الظَّاهِرَةُ.

٤- مِنْ: حَرْفُ جَرٍّ.

٥- سِتَّةِ: اسْمُ مَجْرُورٍ بِـ"مِنْ" وَعَلَامَةُ جَرِّهِ الْكَسْرَةُ الظَّاهِرَةُ، وَهُوَ مُضَافٌ.

٦- أَشْيَاءَ: مُضَافٌ إِلَيْهِ مَجْرُورٌ وَعَلَامَةُ جَرِّهِ الْفَتْحَةُ الظَّاهِرَةُ لِأَنَّهُ مَمْنُوعٌ مِنَ الصَّرْفِ.

---

Berikut adalah i'rab dari kalimat nomor 1. "يَذْنُوبُونَ بِرَجَاءِ التَّوْبَةِ"


١- يَذْنُوبُونَ: فِعْلٌ مُضَارِعٌ مَرْفُوعٌ وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ ثُبُوتُ النُّونِ لِأَنَّهُ مِنَ الأَفْعَالِ الخَمْسَةِ، وَالوَاوُ ضَمِيرٌ مُتَّصِلٌ فِي مَحَلِّ رَفْعٍ فَاعِلٍ.

٢- بِرَجَاءِ 

    ب: حَرْفُ جَرٍّ.

   رَجَاءِ: اِسْمٌ مَجْرُورٌ بِـ"بِ" وَعَلَامَةُ جَرِّهِ الكَسْرَةُ الظَّاهِرَةُ، وَهُوَ مُضَافٌ.

٣- التَّوْبَةِ: مُضَافٌ إِلَيْهِ مَجْرُورٌ وَعَلَامَةُ جَرِّهِ الكَسْرَةُ الظَّاهِرَةُ


Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika mungkin masih ada yang masih keliru.

2024/07/29

Adakah Fi'il Yang Berharokat Kasroh?


Dalam tata bahasa Arab, kata kerja (fi'il) tidak mengalami perubahan untuk menjadi majrur. I'rab (status gramatikal) majrur adalah status yang hanya berlaku untuk kata benda (isim) dan beberapa jenis kata keterangan (ظرف).

I'rab untuk Kata Kerja (Fi'il)

I'rab dalam bahasa Arab memiliki tiga bentuk utama untuk kata kerja:

  1. Marfu' (مرفوع)

    • Kata kerja dalam bentuk marfu' adalah bentuk default (dasar) dan biasanya ditandai dengan dhammah (ُ) di akhir kata.
    • Contoh:
      • يَكْتُبُ (yaktubu) - "Dia menulis"
      • يَذْهَبُ (yadhhabu) - "Dia pergi"
  2. Mansub (منصوب)

    • Kata kerja dalam bentuk mansub biasanya digunakan setelah huruf-huruf nashob (حروف النصب) seperti "أَنْ" (an), "لَنْ" (lan), "كَيْ" (kay), dan sebagainya. Kata kerja mansub biasanya ditandai dengan fathah (َ) di akhir kata.
    • Contoh:
      • لَنْ يَكْتُبَ (lan yaktuba) - "Dia tidak akan menulis"
      • أَنْ يَذْهَبَ (an yadhhaba) - "Bahwa dia pergi"
  3. Majzum (مجزوم)

    • Kata kerja dalam bentuk majzum biasanya muncul dalam konteks jussive, seperti dalam kalimat syarat (conditional sentences) dan setelah huruf-huruf jazm (حروف الجزم) seperti "لَمْ" (lam), "لَا النَّاهِيَة" (la an-nahiyah), "إِذَا" (idha), dan sebagainya. Kata kerja majzum biasanya ditandai dengan sukun (ْ) atau penghapusan huruf terakhir jika fi'il mudhari' memiliki akhir yang dapat dihapus seperti nun atau yaa.
    • Contoh:
      • لَمْ يَكْتُبْ (lam yaktub) - "Dia tidak menulis"
      • لَا تَذْهَبْ (la tadhhab) - "Jangan pergi"

Status Majrur

Majrur adalah status yang berlaku untuk kata benda (isim) dan kata keterangan (ظرف) yang biasanya ditandai dengan kasrah (ِ) atau tanwin kasrah (ٍ) di akhir kata.

  1. Isim Majrur setelah Harf Jarr

    • Kata benda menjadi majrur biasanya setelah preposisi (حروف الجر) seperti "فِي" (fi), "إِلَى" (ila), "مِنْ" (min), "عَلَى" (ala).
    • Contoh:
      • فِي الْبَيْتِ (fi al-bayti) - "di rumah"
      • مِنَ الْمَسْجِدِ (mina al-masjidi) - "dari masjid"
  2. Isim Majrur dalam Idhafah (إضافة)

    • Dalam konstruksi genitif (iḍāfa), kata benda pertama (المضاف) tetap tidak berubah sedangkan kata benda kedua (المضاف إليه) selalu dalam bentuk majrur.
    • Contoh:
      • كِتَابُ الطَّالِبِ (kitābu aṭ-ṭālibi) - "Buku siswa"
      • بَيْتُ الْمُدَرِّسِ (baytu al-mudarrisi) - "Rumah guru"

Penjelasan Lebih Lanjut tentang I'rab dalam Konstruksi Iḍāfa

  • Kata Benda Pertama (المضاف)

    • Tetap dalam bentuk marfu', mansub, atau majrur sesuai dengan posisinya dalam kalimat, tidak dipengaruhi oleh kata benda kedua.
    • Contoh:
      • كِتَابُ الطَّالِبِ (kitābu aṭ-ṭālibi) - "Buku siswa" (kitābu dalam bentuk marfu' karena menjadi subjek)
      • رَأَيْتُ كِتَابَ الطَّالِبِ (ra'aytu kitāba aṭ-ṭālibi) - "Saya melihat buku siswa" (kitāba dalam bentuk mansub karena menjadi objek)
      • غُلَافُ كِتَابِ الطَّالِبِ (ghulāfu kitābi aṭ-ṭālibi) - "Sampul buku siswa" (kitābi dalam bentuk majrur karena idhafah)
  • Kata Benda Kedua (المضاف إليه)

    • Selalu dalam bentuk majrur tanpa memperhatikan posisi kata benda pertama dalam kalimat.
    • Contoh:
      • كِتَابُ الطَّالِبِ (kitābu aṭ-ṭālibi) - "Buku siswa"
      • رَأَيْتُ كِتَابَ الطَّالِبِ (ra'aytu kitāba aṭ-ṭālibi) - "Saya melihat buku siswa"
      • غُلَافُ كِتَابِ الطَّالِبِ (ghulāfu kitābi aṭ-ṭālibi) - "Sampul buku siswa"

Dengan demikian, tidak mungkin bagi fi'il (kata kerja) untuk memiliki i'rab majrur dalam bahasa Arab. Status majrur hanya berlaku untuk kata benda dan beberapa jenis kata keterangan, khususnya setelah preposisi dan dalam konstruksi idhafah.

2024/07/22

Peter Pan Syndrome! 'Dewasa' tapi Kekanak-kanakan

Beberapa hari yang lalu ada foto viral dari seorang peshohor di negeri +62. Foto yang dimaksud adalah foto sang tokoh yang sedang membereskan meja kerjanya di kantor lama. Di foto, jelas terlihat ada banyak die cast alias mainan yang dominannya berupa mobil-mobilan. Ada bentuk mainan lainnya juga. Termasuk beberapa items mobil-mobilan 'bongkar pasang' Tamiya.

Kenapa foto itu menjadi viral? Jelas! Karena umumnya, meja kerja berikut ruang kerja untuk seorang pejabat publik itu layaknya dipenuhi dengan buku-buku berkualitas semisal buku sejarah para tokoh dunia, buku manajemen, sosial politik dan tema-tema besar lainnya. Bukan mainan bocah. Itu area kerja 'milik publik' dibiayai oleh uang pajak rakyat.

Tapi bukan keluarga bapaknya namanya kalau tidak pandai membuat 'sensasi'. hehe :D

Well, tulisan kali ini sebenarnya tidak ngomongin politik frankly. Tapi kalo agak nyerempet-nyerempet ya mungkin saja. 

Ada begitu banyak komentar dari netizen di berbagai platform akan foto meja kerja si pejabat yang dipenuhi dengan mainan anak2 itu. Umumnya memang ke sentimen negatif. Satu hal yang paling menarik perhatian saya adalah komentar netizen yang menyebut istilah 'Peter Pan syndrome'.

Nah di artikel singkat kali ini saya akan sedikit menguraikan apa itu Peter Pan syndrome. 

Peter Pan Syndrome merupakan suatu kondisi psikologis di mana seseorang yang sudah dewasa secara fisik masih menunjukkan perilaku dan sikap seperti anak-anak. Nama sindrom ini berasal dari karakter fiksi Peter Pan, yang terkenal karena tidak pernah tumbuh dewasa dan terus hidup dalam dunia fantasi Neverland.

Individu yang mengalami Peter Pan Syndrome sering mengalami kesulitan dalam mengambil tanggung jawab, baik dalam pekerjaan, hubungan, maupun kehidupan sehari-hari. Mereka cenderung menghindari komitmen jangka panjang dan lebih suka menjalani kehidupan yang bebas dari beban. Mereka juga sering bergantung pada orang lain, baik secara emosional maupun finansial, biasanya pada orang tua atau pasangan yang bersedia menanggung beban mereka. Ciri khas lainnya adalah sikap egois dan manja, di mana mereka lebih memprioritaskan kebutuhan dan keinginan pribadi dibandingkan orang lain. Mereka juga cenderung menghindari konflik dan tanggung jawab yang mungkin muncul dari interaksi sosial atau profesional, lebih memilih melarikan diri dari masalah daripada menghadapinya dan menyelesaikannya.

Peter Pan Syndrome sering kali disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah pola asuh yang terlalu melindungi. Orang tua yang terlalu melindungi anak-anaknya dan tidak memberikan kesempatan untuk belajar mandiri bisa menjadi penyebab utama. Anak-anak ini tumbuh tanpa kemampuan untuk menghadapi tantangan hidup. Trauma atau pengalaman buruk di masa kecil juga dapat mempengaruhi perkembangan psikologis seseorang, membuat mereka takut untuk tumbuh dewasa dan menghadapi dunia nyata. Tuntutan sosial dan ekonomi yang tinggi kadang membuat seseorang merasa tidak siap untuk memasuki dunia dewasa, sehingga mereka memilih untuk tetap berada dalam zona nyaman mereka.

Peter Pan Syndrome dapat berdampak signifikan pada kehidupan seseorang. Ketidakmampuan untuk mengambil tanggung jawab dan bersikap dewasa sering kali menyebabkan masalah dalam hubungan pribadi dan profesional. Pasangan atau rekan kerja mungkin merasa frustasi dengan sikap tidak dewasa ini. Sikap menghindari tanggung jawab dan komitmen juga dapat menghambat perkembangan karir. Mereka mungkin sering berpindah pekerjaan atau mengalami kesulitan dalam mempertahankan posisi. Ketidakmampuan untuk menghadapi kenyataan hidup dan terus hidup dalam fantasi dapat menyebabkan masalah kesehatan mental, seperti depresi dan kecemasan.

Mengatasi Peter Pan Syndrome memerlukan kesadaran dan usaha dari individu yang bersangkutan. Terapi dengan psikolog atau psikiater dapat membantu individu memahami akar masalah dan mengembangkan strategi untuk menghadapi tanggung jawab dan tantangan hidup. Belajar untuk mandiri dan mengambil tanggung jawab kecil dalam kehidupan sehari-hari dapat membantu individu beradaptasi dengan kehidupan dewasa. Dukungan dari keluarga dan teman-teman yang memahami kondisi ini sangat penting. Mereka dapat memberikan dorongan dan bantuan yang diperlukan untuk menghadapi perubahan.

Peter Pan Syndrome adalah kondisi yang menantang namun dapat diatasi dengan kesadaran dan usaha. Penting untuk memahami bahwa tumbuh dewasa adalah bagian alami dari kehidupan dan menghadapi tantangan adalah kunci untuk mencapai kebahagiaan dan kepuasan dalam hidup. Dukungan dari orang-orang terdekat dan profesional dapat sangat membantu dalam proses ini.

--
Setelah membaca uraian mengenai Peter Pan syndrome ini, apa pendapatmu dengan apa yang terjadi di foto viral yang saya ceritakan di atas? Monggo ditunggu komentarnya :)

I'rob Qowa'idul Lughoh halaman 27 (Bagian 1)

Bismillahirrahmanirrahim.

Mari kita lanjutkan membaca, menerjemahkan sekaligus meng-i'rob kitab Qowaidul Lughoh halaman 27. Ini merupakan lanjutan dari postingan sebelumnya yang membahas tanda-tanda rofa'nya isim di halaman 25. 

Berikut ini adalah scan halaman 27, di bagian atas (kami bagi 2 bagian).



Mari kita tulis ulang dengan menambahkan harokatnya:

ثَانِيًا: حَالَاتُ رَفْعِ الاسْمِ

يَكُونُ الاسْمُ مَرْفُوعًا فِي سِتِّ حَالَاتٍ هِيَ:

  1. المُبْتَدَأُ.
  2. الخَبَرُ.
  3. اسْمُ كَانَ أَوْ إِحْدَى أَخَوَاتِهَا (وَاسْمُ أَفْعَالِ المُقَارَبَةِ وَالرَّجَاءِ وَالشُّرُوعِ).
  4. خَبَرُ إِنَّ أَوْ إِحْدَى أَخَوَاتِهَا.
  5. الفَاعِلُ.
  6. نَائِبُ الفَاعِلِ.

كَذَلِكَ يَكُونُ الاسْمُ مَرْفُوعًا إِذَا كَانَ تَالِيًا لِاسْمٍ مَرْفُوعٍ.


Sekarang mari kita beri pengertian apa arti poin 1-6 di atas:

ثَانِيًا: حَالَاتُ رَفْعِ الاسْمِ

يَكُونُ الاسْمُ مَرْفُوعًا فِي سِتِّ حَالَاتٍ هِيَ:

  1. المُبْتَدَأُ: Isim yang berada di awal kalimat, berfungsi sebagai subjek (mubtada).
  2. الخَبَرُ: Isim yang menjadi predikat dari mubtada (khabar).
  3. اسْمُ كَانَ أَوْ إِحْدَى أَخَوَاتِهَا (وَاسْمُ أَفْعَالِ المُقَارَبَةِ وَالرَّجَاءِ وَالشُّرُوعِ): Isim dari "kāna" atau salah satu saudarinya (dan isim dari af’alul muqarabah, ar-rajaa’, dan asy-syurū’).
  4. خَبَرُ إِنَّ أَوْ إِحْدَى أَخَوَاتِهَا: Khabar dari "inna" atau salah satu saudarinya.
  5. الفَاعِلُ: Pelaku (fa’il).
  6. نَائِبُ الفَاعِلِ: Pengganti pelaku (naibul fa'il).

كَذَلِكَ يَكُونُ الاسْمُ مَرْفُوعًا إِذَا كَانَ تَالِيًا لِاسْمٍ مَرْفُوعٍ

---

  • المُبْتَدَأُ

    • المُبْتَدَأُ: اِسْمٌ مَرْفُوعٌ وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ الضَّمَّةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ
  • الخَبَرُ

    • الخَبَرُ: اِسْمٌ مَرْفُوعٌ وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ الضَّمَّةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ
  • اسْمُ كَانَ أَوْ إِحْدَى أَخَوَاتِهَا (وَاسْمُ أَفْعَالِ المُقَارَبَةِ وَالرَّجَاءِ وَالشُّرُوعِ)

    • اسْمُ: مُبْتَدَأٌ مَرْفُوعٌ وَهُوَ مُضَافٌ، وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ الضَّمَّةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ
    • كَانَ: فِعْلٌ مَاضٍ نَاقِصٌ مَبْنِيٌّ عَلَى الفَتْحِ لا مَحَلَّ لَهُ مِنَ الإِعْرَابِ
    • أَوْ: حَرْفُ عَطْفٍ مَبْنِيٌّ عَلَى السُّكُونِ لا مَحَلَّ لَهُ مِنَ الإِعْرَابِ
    • إِحْدَى: اِسْمٌ مَعْطُوفٌ مَرْفُوعٌ وَهُوَ مُضَافٌ، وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ الضَّمَّةُ المُقَدَّرَةُ عَلَى آخِرِهِ
    • أَخَوَاتِهَا: مُضَافٌ إِلَيْهِ مَجْرُورٌ وَعَلَامَةُ جَرِّهِ الْكَسْرَةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ، وَ"هَا" ضَمِيرٌ مُتَّصِلٌ مَبْنِيٌّ عَلَى السُّكُونِ فِي مَحَلِّ جَرٍّ مُضَافٌ إِلَيْهِ
    • (وَاسْمُ أَفْعَالِ المُقَارَبَةِ وَالرَّجَاءِ وَالشُّرُوعِ)
      • وَ: حَرْفُ عَطْفٍ
      • اسْمُ: مُعْطَفٌ عَلَى اسْمُ كَانَ، مَرْفُوعٌ بِالضَّمَّةِ الظَّاهِرَةِ، وَهُوَ مُضَافٌ
      • أَفْعَالِ: مُضَافٌ إِلَيْهِ مَجْرُورٌ بِالْكَسْرَةِ الظَّاهِرَةِ، وَهُوَ مُضَافٌ
      • المُقَارَبَةِ: مُضَافٌ إِلَيْهِ مَجْرُورٌ بِالْكَسْرَةِ الظَّاهِرَةِ
      • وَالرَّجَاءِ: وَ: حَرْفُ عَطْفٍ، الرَّجَاءِ: مَعْطُوفٌ عَلَى المُقَارَبَةِ مَجْرُورٌ بِالْكَسْرَةِ
      • وَالشُّرُوعِ: وَ: حَرْفُ عَطْفٍ، الشُّرُوعِ: مَعْطُوفٌ عَلَى المُقَارَبَةِ مَجْرُورٌ بِالْكَسْرَةِ
  • خَبَرُ إِنَّ أَوْ إِحْدَى أَخَوَاتِهَا:

    • خَبَرُ: مُبْتَدَأٌ مَرْفُوعٌ وَهُوَ مُضَافٌ، وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ الضَّمَّةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ
    • إِنَّ: حَرْفُ تَوْكِيدٍ وَنَصْبٍ مَبْنِيٌّ عَلَى الفَتْحِ لا مَحَلَّ لَهُ مِنَ الإِعْرَابِ
    • أَوْ: حَرْفُ عَطْفٍ مَبْنِيٌّ عَلَى السُّكُونِ لا مَحَلَّ لَهُ مِنَ الإِعْرَابِ
    • إِحْدَى: اِسْمٌ مَعْطُوفٌ مَرْفُوعٌ وَهُوَ مُضَافٌ، وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ الضَّمَّةُ المُقَدَّرَةُ عَلَى آخِرِهِ
    • أَخَوَاتِهَا: مُضَافٌ إِلَيْهِ مَجْرُورٌ وَعَلَامَةُ جَرِّهِ الْكَسْرَةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ، وَ"هَا" ضَمِيرٌ مُتَّصِلٌ مَبْنِيٌّ عَلَى السُّكُونِ فِي مَحَلِّ جَرٍّ مُضَافٌ إِلَيْهِ
  • الفَاعِلُ

    • الفَاعِلُ: اِسْمٌ مَرْفُوعٌ وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ الضَّمَّةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ
  • نَائِبُ الفَاعِلِ:

    • نَائِبُ: اِسْمٌ مَرْفُوعٌ وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ الضَّمَّةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ، وَهُوَ مُضَافٌ
    • الفَاعِلِ: مُضَافٌ إِلَيْهِ مَجْرُورٌ وَعَلَامَةُ جَرِّهِ الْكَسْرَةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ
  • كَذَلِكَ يَكُونُ الاسْمُ مَرْفُوعًا إِذَا كَانَ تَالِيًا لِاسْمٍ مَرْفُوعٍ:

    • كَذَلِكَ: كَافُ التَّشْبِيهِ حَرْفُ جَرٍّ مَبْنِيٌّ عَلَى الفَتْحِ لا مَحَلَّ لَهُ مِنَ الإِعْرَابِ، ذَلِكَ: اِسْمٌ مَجْرُورٌ بِكَافِ التَّشْبِيهِ، وَعَلَامَةُ جَرِّهِ الْفَتْحَةُ
    • يَكُونُ: فِعْلٌ مُضَارِعٌ مَرْفُوعٌ وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ الضَّمَّةُ
    • الاسْمُ: اِسْمُ يَكُونُ مَرْفُوعٌ بِالضَّمَّةِ
    • مَرْفُوعًا: خَبَرُ يَكُونُ مَنْصُوبٌ بِالْفَتْحَةِ
    • إِذَا: حَرْفُ شَرْطٍ مَبْنِيٌّ عَلَى السُّكُونِ لا مَحَلَّ لَهُ مِنَ الإِعْرَابِ
    • كَانَ: فِعْلٌ مَاضٍ نَاقِصٌ مَبْنِيٌّ عَلَى الفَتْحِ
    • تَالِيًا: خَبَرُ كَانَ مَنْصُوبٌ بِالْفَتْحَةِ
    • لِاسْمٍ: جَارٌّ وَمَجْرُورٌ
    • مَرْفُوعٍ : نعت 
  • 2024/07/20

    Membaca, menerjemahkan dan meng-I'rob Qowa'idul Lughoh




    Pada postingan kali ini kita akan menghadirkan penjelasan lengkap (insyaAllah) atas teks dari kitab Qowaidul Lughoh karya Fuad Ni'mah, halaman 25. Berikut ini adalah scan kitabnya.


    Berikut ini cara bacanya, sudah ditambahkan dengan harokatnya.

    Berikut adalah tulisan dengan harokat tanpa huruf Latin:

    ---

    الِاسْمُ المَرْفُوعُ 
    أَوَّلًا - عَلامَاتُ رَفْعِ الاِسْمِ

    عَلامَاتُ رَفْعِ الاِسْمِ هِيَ :

    ١ - الضَّمَّةُ :

    فِي المُفْرَدِ، وَجَمْعِ المُؤَنَّثِ السَّالِمِ، وَجَمْعِ التَّكْسِيرِ

    مِثْلَ: نَجَحَ الطَّالِبُ (مُفْرَدٌ) حَضَرَتِ المُدَرِّسَاتُ (جَمْعُ مُؤَنَّثٍ سَالِمٌ)

    ٢ - الأَلِفُ :

    قَامَ الرِّجَالُ (جَمْعُ تَكْسِيرٍ)

    فِي المُثَنَّى (وَهَذِهِ الأَلِفُ لَيْسَتْ جُزْءًا مِنَ الاِسْمِ إِنَّمَا تُزَادُ إِلَى الاِسْمِ المُفْرَدِ لِلدَّلَالَةِ عَلَى التَّثْنِيَةِ وَكَعَلَامَةٍ لِرَفْعِ الاِسْمِ)

    مِثْلَ: نَجَحَ الطَّالِبَانِ (مُثَنَّى مُذَكَّرٌ)

    الطَّائِرَتَانِ عَالِيَتَانِ (مُثَنَّى مُؤَنَّثٌ)

    ٣ - الوَاوُ :

    فِي جَمْعِ المُذَكَّرِ السَّالِمِ، وَالأَسْمَاءِ الخَمْسَةِ (أَبٌ – أَخٌ – حَمٌ – فُو – ذُو). وَاوُ الجَمْعِ لَيْسَتْ جُزْءًا مِنَ الاِسْمِ إِنَّمَا تُزَادُ إِلَى الاِسْمِ المُفْرَدِ لِلدَّلَالَةِ عَلَى الجَمْعِ وَكَعَلَامَةِ رَفْعٍ

    مِثْلَ: حَضَرَ المُهَنْدِسُونَ (جَمْعُ مُذَكَّرٍ سَالِمٌ)

    جَاءَ أَخُوكَ (مِنَ الأَسْمَاءِ الخَمْسَةِ)

    Sekarang kita tambahkan dengan artinya:

    Berikut adalah tulisan dengan harokat beserta artinya dalam Bahasa Indonesia:

    ---

    الِاسْمُ المَرْفُوعُ
    (Isim-Isim yang diRofa'kan)

     أَوَّلًا - عَلامَاتُ رَفْعِ الاِسْمِ
     (Yang Pertama - Tanda-tanda Rafa'nya Isim)

    عَلامَاتُ رَفْعِ الاِسْمِ هِيَ 
    (Tanda-tanda Rafa' Isim adalah:)

    ١ - الضَّمَّةُ :
    1. Dhammah:

    فِي المُفْرَدِ، وَجَمْعِ المُؤَنَّثِ السَّالِمِ، وَجَمْعِ التَّكْسِيرِ.
    (Pada Isim mufrod /kata benda tunggal, jamak muannats salim, dan jamak taksir.)

    مِثْلَ: نَجَحَ الطَّالِبُ (مُفْرَدٌ) حَضَرَتِ المُدَرِّسَاتُ (جَمْعُ مُؤَنَّثٍ سَالِمٌ.
    (Seperti: Siswa berhasil (tunggal), Telah hadir guru-guru perempuan (jamak muannats salim)


    ٢ - الأَلِفُ :
    2. Alif:

    قَامَ الرِّجَالُ (جَمْعُ تَكْسِيرٍ.
    (Telah berdiri laki-laki (banyak) -(jamak taksir).)

    فِي المُثَنَّى (وَهَذِهِ الأَلِفُ لَيْسَتْ جُزْءًا مِنَ الاِسْمِ إِنَّمَا تُزَادُ إِلَى الاِسْمِ المُفْرَدِ لِلدَّلَالَةِ عَلَى التَّثْنِيَةِ وَكَعَلَامَةٍ لِرَفْعِ الاِسْمِ).
    (Pada Mutsanna (dan alif ini bukan bagian dari Isim, melainkan ditambahkan pada Isim mufrod (tunggal) untuk menunjukkan ganda dan sebagai tanda rafanya isim itu.)

    مِثْلَ: نَجَحَ الطَّالِبَانِ (مُثَنَّى مُذَكَّرٌ
    (Seperti: Telah lulus dua orang siswa itu (mutsanna muzakkar / ganda maskulin)

    الطَّائِرَتَانِ عَالِيَتَانِ (مُثَنَّى مُؤَنَّثٌ
    (Dua pesawat itu tinggi (mutsanna muannats / ganda feminin)

    ٣ - الوَاوُ :
    3. Waw:

    فِي جَمْعِ المُذَكَّرِ السَّالِمِ، وَالأَسْمَاءِ الخَمْسَةِ (أَبٌ – أَخٌ – حَمٌ – فُو – ذُو). وَاوُ الجَمْعِ لَيْسَتْ جُزْءًا مِنَ الاِسْمِ إِنَّمَا تُزَادُ إِلَى الاِسْمِ المُفْرَدِ لِلدَّلَالَةِ عَلَى الجَمْعِ وَكَعَلَامَةِ رَفْعٍ

    (Pada jamak mudzakkar salim, dan asmaul khomsah / lima nama (Ayah – Saudara – Mertua – Mulut – Pemilik). Waw jamak bukan bagian dari Isim, melainkan ditambahkan pada Isim mufrod (tunggal) untuk menunjukkan jamak dan sebagai tanda rafa'nya.)

    مِثْلَ: حَضَرَ المُهَنْدِسُونَ (جَمْعُ مُذَكَّرٍ سَالِمٌ
    (Seperti: Telah hadir Insinyur-insinyur (jamak mudzakkar salim).)

    جَاءَ أَخُوكَ (مِنَ الأَسْمَاءِ الخَمْسَةِ
    (Telah datang saudaramu (dari asmaul khomsah / lima nama).)

    ---

    Sekarang mari kita I'rob satu persatu kalimah (kata)

    الِاسْمُ المَرْفُوعُ

     أَوَّلًا - عَلامَاتُ رَفْعِ الاِسْمِ

    1. الِاسْمُ: مبتدأ مرفوع وعلامة رفعه الضمة الظاهرة على آخره.
    2. المَرْفُوعُ: نعت مرفوع وعلامة رفعه الضمة الظاهرة على آخره.
    3. أَوَّلًا: حال منصوبة وعلامة نصبها الفتحة الظاهرة على آخرها.
    4. عَلامَاتُ: مبتدأ مرفوع وعلامة رفعه الضمة الظاهرة على آخره، وهو مضاف.
    5. رَفْعِ: مضاف إليه مجرور وعلامة جره الكسرة الظاهرة على آخره، وهو مضاف.
    6. الاِسْمِ: مضاف إليه مجرور وعلامة جره الكسرة الظاهرة على آخره.

    عَلامَاتُ رَفْعِ الاِسْمِ هِيَ :

    1. عَلامَاتُ: مبتدأ مرفوع وعلامة رفعه الضمة الظاهرة على آخره، وهو مضاف.
    2. رَفْعِ: مضاف إليه مجرور وعلامة جره الكسرة الظاهرة على آخره، وهو مضاف.
    3. الاِسْمِ: مضاف إليه مجرور وعلامة جره الكسرة الظاهرة على آخره.
    4. هِيَ: ضمير منفصل مبني على الفتح في محل رفع خبر.

    ١ - الضَّمَّةُ:

    1. الضَّمَّةُ: مبتدأ مرفوع وعلامة رفعه الضمة الظاهرة على آخره.

    فِي المُفْرَدِ، وَجَمْعِ المُؤَنَّثِ السَّالِمِ، وَجَمْعِ التَّكْسِيرِ

    1. فِي: حرف جر.
    2. المُفْرَدِ: اسم مجرور وعلامة جره الكسرة الظاهرة على آخره.
    3. وَ: حرف عطف.
    4. جَمْعِ: معطوف على المجرور مجرور وعلامة جره الكسرة الظاهرة على آخره، وهو مضاف.
    5. المُؤَنَّثِ: مضاف إليه مجرور وعلامة جره الكسرة الظاهرة على آخره.
    6. السَّالِمِ: نعت مجرور وعلامة جره الكسرة الظاهرة على آخره.
    7. وَ: حرف عطف.
    8. جَمْعِ: معطوف على المجرور مجرور وعلامة جره الكسرة الظاهرة على آخره، وهو مضاف.
    9. التَّكْسِيرِ: مضاف إليه مجرور وعلامة جره الكسرة الظاهرة على آخره.

    مِثْلَ: نَجَحَ الطَّالِبُ (مُفْرَدٌ) حَضَرَتِ المُدَرِّسَاتُ (جَمْعُ مُؤَنَّثٍ سَالِمٌ

    1. مِثْلَ: اسم بمعنى (مثل) منصوب وعلامة نصبه الفتحة الظاهرة على آخره، وهو مضاف.
    2. نَجَحَ: فعل ماضٍ مبني على الفتح.
    3. الطَّالِبُ: فاعل مرفوع وعلامة رفعه الضمة الظاهرة على آخره.
    4. مُفْرَدٌ: بدل أو عطف بيان مرفوع وعلامة رفعه الضمة الظاهرة على آخره.
    5. حَضَرَتِ: فعل ماضٍ مبني على الفتح، والتاء للتأنيث الساكنة.
    6. المُدَرِّسَاتُ: فاعل مرفوع وعلامة رفعه الضمة الظاهرة على آخره.
    7. جَمْعُ: بدل أو عطف بيان مرفوع وعلامة رفعه الضمة الظاهرة على آخره، وهو مضاف.
    8. مُؤَنَّثٍ: مضاف إليه مجرور وعلامة جره الكسرة الظاهرة على آخره.
    9. سَالِمٌ: نعت مرفوع وعلامة رفعه الضمة الظاهرة على آخره.


    ٢ - الأَلِفُ

    الأَلِفُ: مُبْتَدَأٌ مَرْفُوعٌ وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ الضَّمَّةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ.


    قَامَ الرِّجَالُ (جَمْعُ تَكْسِيرٍ

    قَامَ: فِعْلٌ مَاضٍ مَبْنِيٌّ عَلَى الفَتْحِ.

    1. الرِّجَالُ: فَاعِلٌ مَرْفُوعٌ وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ الضَّمَّةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ.
    2. (جَمْعُ تَكْسِيرٍ): جُمْلَةٌ تَفْسِيرِيَّةٌ فِي مَحَلِّ رَفْعِ نَعْتٍ.

    فِي المُثَنَّى (وَهَذِهِ الأَلِفُ لَيْسَتْ جُزْءًا مِنَ الاِسْمِ إِنَّمَا تُزَادُ إِلَى الاِسْمِ المُفْرَدِ لِلدَّلَالَةِ عَلَى التَّثْنِيَةِ وَكَعَلَامَةٍ لِرَفْعِ الاِسْمِ

    1. فِي: حَرْفُ جَرٍّ.
    2. المُثَنَّى: اِسْمٌ مَجْرُورٌ وَعَلَامَةُ جَرِّهِ الكَسْرَةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ.
    3. (وَهَذِهِ: الوَاوُ حَرْفُ عَطْفٍ، هَذِهِ اِسْمُ إِشَارَةٍ مَبْنِيٌّ فِي مَحَلِّ رَفْعِ مُبْتَدَأٍ.
    4. الأَلِفُ: خَبَرٌ مَرْفُوعٌ وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ الضَّمَّةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ.
    5. لَيْسَتْ: فِعْلٌ مَاضٍ نَاقِصٌ مَبْنِيٌّ عَلَى الفَتْحِ، وَالتَّاءُ لِلتَّأْنِيثِ السَّاكِنَةِ.
    6. جُزْءًا: خَبَرُ لَيْسَ مَنْصُوبٌ وَعَلَامَةُ نَصْبِهِ الفَتْحَةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ.
    7. مِنَ: حَرْفُ جَرٍّ.
    8. الاِسْمِ: اِسْمٌ مَجْرُورٌ وَعَلَامَةُ جَرِّهِ الكَسْرَةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ.
    9. إِنَّمَا: إِنَّ حَرْفُ تَأْكِيدٍ وَنَصْبٍ، مَا زَائِدَةٌ.
    10. تُزَادُ: فِعْلٌ مُضَارِعٌ مَرْفُوعٌ وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ الضَّمَّةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ.
    11. إِلَى: حَرْفُ جَرٍّ.
    12. الاِسْمِ: اِسْمٌ مَجْرُورٌ وَعَلَامَةُ جَرِّهِ الكَسْرَةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ.
    13. المُفْرَدِ: نَعْتٌ مَجْرُورٌ وَعَلَامَةُ جَرِّهِ الكَسْرَةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ.
    14. لِلدَّلَالَةِ: اللَّامُ حَرْفُ جَرٍّ، الدَّلَالَةِ اِسْمٌ مَجْرُورٌ وَعَلَامَةُ جَرِّهِ الكَسْرَةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ.
    15. عَلَى: حَرْفُ جَرٍّ.
    16. التَّثْنِيَةِ: اِسْمٌ مَجْرُورٌ وَعَلَامَةُ جَرِّهِ الكَسْرَةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ.
    17. وَكَعَلَامَةٍ: الوَاوُ حَرْفُ عَطْفٍ، كَافُ حَرْفُ جَرٍّ، عَلَامَةٍ اِسْمٌ مَجْرُورٌ وَعَلَامَةُ جَرِّهِ الكَسْرَةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ.
    18. لِرَفْعِ: اللَّامُ حَرْفُ جَرٍّ، رَفْعِ اِسْمٌ مَجْرُورٌ وَعَلَامَةُ جَرِّهِ الكَسْرَةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ، وَهُوَ مُضَافٌ.
    19. الاِسْمِ: مُضَافٌ إِلَيْهِ مَجْرُورٌ وَعَلَامَةُ جَرِّهِ الكَسْرَةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ.

    مِثْلَ: نَجَحَ الطَّالِبَانِ (مُثَنَّى مُذَكَّرٌ

    1. مِثْلَ: اِسْمٌ مَعْنَاهُ (مِثْلُ) مَنْصُوبٌ وَعَلَامَةُ نَصْبِهِ الفَتْحَةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ، وَهُوَ مُضَافٌ.
    2. نَجَحَ: فِعْلٌ مَاضٍ مَبْنِيٌّ عَلَى الفَتْحِ.
    3. الطَّالِبَانِ: فَاعِلٌ مَرْفُوعٌ وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ الأَلِفُ لِأَنَّهُ مُثَنًّى.
    4. (مُثَنَّى مُذَكَّرٌ): جُمْلَةٌ تَفْسِيرِيَّةٌ فِي مَحَلِّ رَفْعِ نَعْتٍ.

    الطَّائِرَتَانِ عَالِيَتَانِ (مُثَنَّى مُؤَنَّثٌ

    1. الطَّائِرَتَانِ: مُبْتَدَأٌ مَرْفُوعٌ وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ الأَلِفُ لِأَنَّهُ مُثَنًّى.
    2. عَالِيَتَانِ: خَبَرٌ مَرْفُوعٌ وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ الأَلِفُ لِأَنَّهُ مُثَنًّى.
    3. (مُثَنَّى مُؤَنَّثٌ): جُمْلَةٌ تَفْسِيرِيَّةٌ فِي مَحَلِّ رَفْعِ نَعْتٍ.

    2024/07/19

    The First Days of kak Syefa in The Senior High School

    Alhamdulillah, kak Syefa, putera pertama kami sudah mulai hari-hari pertamanya berseragam putih abu, alias siswa SMA di Juli 2024 ini.

    Berikut ini adalah beberapa foto kegiatan kak Syefa dan teman-teman kelasnya di salah satu SMA Islam di Bekasi.

    Siswa-siswi dibiasakan untuk zikir pagi petang

    Petugas pembaca doa, sholawat dan MC bergilir

    Kak Syefa ditunjuk sebagai pembaca sholawat









    Jadwal Piket yang disiapkan oleh Syefa






    2024/07/17

    Bismillah, teteh Faina resmi belajar di Pesantren

    وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

    “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)


    Faina bersama beberapa teman baru
    Hari-hari pertama di pesantren bisa menjadi pengalaman yang sangat berbeda bagi anak dan orang tua. Anak mungkin merasakan campuran antara kegembiraan dan kecemasan. Mereka bisa merasa bersemangat untuk memulai sesuatu yang baru dan bertemu teman-teman baru, tetapi juga merasa cemas karena meninggalkan rumah dan lingkungan yang sudah dikenal. Rindu rumah adalah perasaan umum bagi banyak anak yang baru pertama kali masuk pesantren. Mereka mungkin merindukan keluarga, teman-teman lama, dan kenyamanan rumah. Anak-anak perlu beradaptasi dengan rutinitas baru, aturan, dan lingkungan yang berbeda di pesantren. Ini termasuk menyesuaikan diri dengan jadwal yang lebih ketat dan hidup bersama banyak teman sebaya. Mereka mungkin mulai merasakan tanggung jawab dan kemandirian yang lebih besar karena harus mengatur waktu dan kegiatan sehari-hari mereka sendiri. Perasaan antusias untuk membuat teman-teman baru dan menemukan komunitas baru yang bisa membuat mereka merasa diterima dan dihargai juga sering muncul.

    Bagi orang tua, banyak yang merasa khawatir tentang bagaimana anak mereka akan beradaptasi dengan lingkungan baru. Mereka mungkin khawatir tentang kesehatan, keselamatan, dan kebahagiaan anak mereka di tempat baru. Sama seperti anak-anak, orang tua juga mungkin merasakan kerinduan karena harus berjauhan dengan anak mereka untuk pertama kalinya. Rasa rindu ini bisa sangat kuat, terutama jika mereka sangat dekat dengan anak mereka. Namun, orang tua juga bisa merasa bangga karena anak mereka mengambil langkah penting dalam pendidikan dan pengembangan pribadi mereka. Kehilangan kehadiran anak di rumah bisa membuat orang tua merasa ada yang kurang dalam keseharian mereka. Kehilangan rutinitas dan kebersamaan memerlukan waktu untuk penyesuaian. Orang tua mungkin memiliki harapan tinggi bahwa pengalaman pesantren akan memberikan dampak positif pada anak mereka, baik dalam hal pendidikan agama maupun karakter.

    Hal seperti uraian di atas itulah yang dialami oleh Haura Faina dan kami orang tuanya pada hari-hari ini. Sejak resmi mulai di pesantren Ahad 14 Juli 2024 yang bertepatan dengan 8 Muharram 1446 H, kami baru bisa merasakan apa yang biasa dialami oleh keluarga-keluarga yang putera/inya belajar dan tinggal di lingkungan Pondok Pesantren. Rasanya memang campur aduk. Tapi satu yang pasti adalah kami sebagai orang tua menginginkan pendidikan yang terbaik untuk anak-anak. InsyaAllah.

    Diantara harapan dan alasan kenapa kami memilih pondok pesantren sebagai kawah candradimuka untuk teteh Faina, puteri kedua kami, setidaknya seperti poin-poin berikut ini:

    Pendidikan Agama yang Kuat: Salah satu alasan utama adalah keinginan agar putri kami mendapatkan pendidikan agama yang mendalam. Bagaimanapun, Pesantren dengan segala kelebihan dan kekurangannya insyaAllah dianggap mampu memberikan pemahaman yang lebih baik tentang ajaran Islam, Al-Qur'an, hadis, dan ilmu-ilmu keislaman lainnya. Semoga dengan bekal iman dan islam yang kuat dan melekat, maka anak-anak kita bisa menjadi ladang dan sekaligus investasi amal untuk kedua orang tuanya. InsyaAllah doa anak yang soleh/ah akan menjadi pahala jariyah hingga di akhirat kelak. 

    Pembentukan Akhlak dan Karakter: Orang tua berharap pesantren dapat membentuk karakter dan akhlak putra/inya agar menjadi pribadi yang lebih baik, disiplin, jujur, dan bertanggung jawab. Nilai-nilai moral dan etika yang diajarkan di pesantren dianggap penting untuk kehidupan sehari-hari.

    Kemandirian dan Tanggung Jawab: Dengan hidup di lingkungan pesantren, orang tua berharap putri mereka akan belajar menjadi lebih mandiri dan bertanggung jawab. Mereka diharapkan mampu mengatur waktu, mengelola keuangan, dan mengatasi berbagai tantangan tanpa selalu bergantung pada orang tua.

    Semoga Allah mudahkan untuk putera/i kita semua dalam rangka tolabul ilmi-nya.


    Istimewa, kiriman team asatidz alBinaa


    Istimewa, kiriman team asatidz alBinaa

    source: https://albinaa.sch.id/

    Source: https://albinaa.sch.id/



    2024/07/11

    Inilah Kaya yang Sebenarnya!

    Dalam dunia modern yang dipenuhi dengan materialisme, banyak orang terus-menerus mengejar kekayaan duniawi. Namun, dalam ajaran Islam, kekayaan sejati bukanlah diukur dari jumlah harta benda, melainkan dari kekayaan hati. Konsep 'kaya hati' dalam Islam menggambarkan seseorang yang merasa puas dengan apa yang dimilikinya dan memiliki sifat qana'ah, yaitu rasa puas dan cukup.

    Kekayaan hati sangat ditekankan dalam ajaran Islam. Salah satu hadits terkenal mengenai hal ini diriwayatkan oleh Abu Hurairah, di mana Rasulullah SAW bersabda, "Laisal ghina 'an katsratil aradhi walakinnal ghina ghinan nafs," yang artinya: "Kekayaan bukanlah banyaknya harta benda, tetapi kekayaan adalah kekayaan jiwa (hati)." (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits ini mengajarkan bahwa kekayaan sejati tidak diukur dari seberapa banyak harta yang dimiliki seseorang, tetapi dari seberapa besar rasa puas dan cukup dalam hatinya. Seseorang yang kaya hati akan selalu merasa cukup dengan apa yang dimilikinya, meskipun secara materi mungkin tidak berlimpah. Sebaliknya, seseorang yang selalu merasa kurang, meskipun memiliki banyak harta, sebenarnya adalah orang yang miskin.

    Kaya hati berarti memiliki rasa syukur yang mendalam atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Orang yang kaya hati tidak terjebak dalam siklus tanpa akhir untuk selalu menginginkan lebih. Ia mampu menikmati dan menghargai apa yang dimilikinya saat ini. Sifat ini membawa ketenangan dan kebahagiaan sejati, karena ia tidak tergantung pada faktor eksternal seperti harta benda atau status sosial. Selain itu, kaya hati juga mendorong seseorang untuk berbagi dengan orang lain. Seseorang yang merasa cukup dengan dirinya sendiri akan lebih mudah untuk bersedekah dan membantu sesama, karena ia tidak khawatir akan kekurangan. Inilah yang membuat kaya hati sangat penting dalam membangun masyarakat yang harmonis dan peduli terhadap sesama.

    Untuk mengembangkan kekayaan hati, seseorang dapat melakukan beberapa hal. Pertama, selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT, baik itu besar maupun kecil. Kedua, berlatih untuk merasa cukup dan puas dengan apa yang dimiliki, dan tidak selalu menginginkan lebih. Ketiga, membiasakan diri untuk berbagi dengan orang lain, karena dengan berbagi kita dapat merasakan kebahagiaan sejati. Terakhir, selalu berserah diri kepada Allah dan percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari rencana-Nya yang terbaik.

    Seperti uraian di atas, selain rasa syukur dan qana'ah, sikap tawakkal juga penting dalam mengembangkan kekayaan hati. Tawakkal berarti berserah diri kepada Allah SWT dan percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari rencana-Nya yang terbaik. Seseorang yang memiliki tawakkal yang kuat akan selalu tenang dalam menghadapi berbagai situasi, baik itu kesulitan maupun kebahagiaan. Dengan tawakkal, seseorang dapat menerima segala yang diberikan oleh Allah dengan lapang dada, sehingga hatinya tidak mudah terguncang oleh perubahan kondisi duniawi.

    Lebih jauh lagi, kaya hati juga terkait dengan ketenangan batin dan kedamaian jiwa. Seseorang yang kaya hati tidak akan mudah merasa cemas atau khawatir tentang masa depan, karena ia yakin bahwa Allah SWT selalu menyediakan yang terbaik untuknya. Ketenangan batin ini merupakan salah satu bentuk kebahagiaan yang paling hakiki, yang tidak bisa dibeli dengan uang atau harta benda. Dengan demikian, kaya hati membawa seseorang pada tingkat spiritual yang lebih tinggi, dimana kebahagiaan tidak lagi bergantung pada hal-hal materi, melainkan pada kedekatan dengan Allah SWT.

    Kaya hati juga mengajarkan pentingnya berbagi dan kepedulian sosial. Islam mendorong umatnya untuk saling membantu dan mendukung satu sama lain. Orang yang kaya hati akan lebih mudah mengulurkan tangan kepada yang membutuhkan, karena ia tidak terikat dengan harta bendanya. Sikap dermawan ini tidak hanya bermanfaat bagi orang lain, tetapi juga memperkaya hati dan jiwa pemberi, karena dengan berbagi, ia merasakan kebahagiaan dan kepuasan batin yang mendalam.

    Dalam konteks keluarga, kaya hati juga sangat penting. Seseorang yang kaya hati akan mampu menciptakan suasana harmonis dan penuh kasih sayang dalam keluarganya. Ia akan lebih sabar dan bijaksana dalam menghadapi berbagai permasalahan keluarga, karena hatinya dipenuhi dengan rasa syukur dan qana'ah. Dengan demikian, kekayaan hati tidak hanya membawa kebaikan bagi individu, tetapi juga bagi keluarganya dan masyarakat sekitarnya.

    Oleh karena itu, pendidikan tentang kaya hati perlu ditanamkan sejak dini. Anak-anak harus diajarkan untuk bersyukur atas segala nikmat yang mereka terima, merasa cukup dengan apa yang mereka miliki, dan selalu berbagi dengan sesama. Pendidikan ini tidak hanya dilakukan di rumah, tetapi juga di sekolah dan lingkungan masyarakat. Dengan demikian, generasi yang akan datang dapat tumbuh menjadi individu-individu yang kaya hati, yang akan membawa kebaikan bagi dirinya sendiri dan lingkungannya.

    Pada akhirnya, kaya hati adalah salah satu bentuk ibadah kepada Allah SWT. Dengan memiliki hati yang kaya, seseorang tidak hanya menjalankan perintah Allah dalam hal bersyukur, berbagi, dan qana'ah, tetapi juga mencapai kedekatan dengan-Nya. Inilah kekayaan yang sebenarnya, yang membawa kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat. Semoga kita semua dapat meraih kekayaan hati dan menjadi hamba-hamba yang dicintai oleh Allah SWT.

    2024/07/09

    Oleh-oleh dari Al Falah Sragen!

    Syukur alhamdulillah, 5 dan 6 Juli 2024, yang bertepatan dengan 29 dan 30 Dzulhijjah 1445 H kemarin, kami dari rombongan masjid alBarokah Bekasi (beberapa pengurus DKM dan jamaah) berada di masjid Raya Al Falah, Sragen Jawa Tengah, dalam rangka silaturrahmi dengan pengurus masjid Raya Al Falah. Selain menyambung silaturrahim, tujuan kami adalah ingin belajar. Kami kemas dalam acara 'studi banding', mengenai manajemen masjid. 

    Untuk yang belum terlalu mengenal masjid al Falah, kami sarankan untuk menonton profilnya di laman youtube mereka atau melalui akun-akun sosial medianya yang cukup viral. Ketik saja di kolom pencariannya 'Masjid Raya al Falah Sragen'. Akan banyak konten-konten kreatif nan menginspirasi kita dalam rangka memakmurkan masjid. Oh ya, sebagai catatan tambahan masjid ini sudah menjadi masjid percontohan tingkat nasional sejak 2022 lho! 

    Ustadz Kusnadi di tengah (koko putih dengan peci hitam) berfoto bersama rombongan
    DKM Al Barokah Bekasi, Jawa Barat

    Pada tulisan singkat ini saya tidak akan menuliskan kronologi perjalanan kami ke alFalah, tapi lebih pada 'ilmu dan pengalaman apa yang kami dapat dari sana. Ilmu dari sharing session bersama pengurus takmir masjid al Falah yang dipimpin oleh ustadz Kusnadi Ikhwani berjalan dengan sangat baik, lancar dan dalam suasana yang menyenangkan. Apalagi setelah 'sharing session' kami dijamu dengan sarapan pagi berupa nasi soto khas Sragen. Dengan mengikuti studi banding ini, harapannya adalah kami bisa melakukan hal yang sama  di masjid tempat tinggal kami, seperti yang al Falah telah lakukan. 

    Mudah-mudahan catatan singkat ini menginspirasi pembaca sekalian juga! ***

    Ada banyak cerita dan pengalaman yang disampaikan oleh ustadz Kusnadi kepada kami selama sharing session berlangsung. Semua ilmu dan pengalaman yang disampaikan itu, syukurnya lagi sudah beliau tuliskan pula dalam sebuah buku dengan judul 'Strategi manajemen masjid'.

    Buku "Strategi Manajemen Masjid" karya Ustadz Kusnadi al Falah Sragen dimulai dengan penekanan pada pentingnya manajemen yang efektif dalam pengelolaan masjid. Masjid, menurut penulis, bukan hanya tempat ibadah tetapi juga pusat komunitas yang harus dikelola dengan baik untuk memenuhi kebutuhan jamaahnya. Ustadz Kusnadi memperkenalkan konsep dasar manajemen masjid yang meliputi visi, misi, dan tujuan. Ia menekankan bahwa setiap masjid harus memiliki visi dan misi yang jelas untuk mengarahkan semua kegiatan dan programnya.

    Struktur organisasi yang baik sangat penting dalam pengelolaan masjid. Penulis menjelaskan peran dan tanggung jawab setiap anggota organisasi, termasuk imam, khatib, dan pengurus lainnya. Pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas sangat penting untuk menghindari konflik dan memastikan bahwa semua aspek pengelolaan masjid berjalan lancar. Selain itu, Ustadz Kusnadi memberikan strategi pengelolaan keuangan masjid, termasuk pengumpulan dana, pengelolaan anggaran, dan pentingnya transparansi serta akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan.

    Sumber pendanaan masjid dapat berasal dari berbagai sumber seperti zakat, infak, sedekah, dan sumbangan dari donatur. Penulis juga menekankan pentingnya kerjasama dengan pihak ketiga untuk meningkatkan pendanaan. Perencanaan anggaran yang efektif sangat diperlukan untuk memastikan bahwa dana yang tersedia digunakan secara optimal untuk kegiatan masjid. Dalam hal manajemen program dan kegiatan, buku ini membahas tentang perencanaan dan pelaksanaan program serta kegiatan masjid. Ustadz Kusnadi memberikan contoh-contoh kegiatan yang dapat meningkatkan keterlibatan jamaah dan komunitas sekitar.

    Inovasi dalam pengembangan program masjid sangat penting untuk menarik lebih banyak jamaah dan memenuhi kebutuhan mereka yang beragam. Buku ini juga memberikan panduan tentang bagaimana menjaga dan mengembangkan fasilitas masjid agar selalu dalam kondisi baik dan dapat memenuhi kebutuhan jamaah. Penulis menyarankan berbagai strategi pemeliharaan, termasuk inspeksi rutin, perbaikan berkala, dan pelibatan jamaah dalam menjaga kebersihan dan keindahan masjid.

    Ki-Ka: Pak Jaka, Ust Agun, pak H Supra, pak Nung, pak Abo, pak H Rudi, Ust Suroso, ust H Syarif,
    pak Irpan, mas Imam dan saya (Feri)

    Komunikasi yang efektif antara pengurus masjid dan jamaah serta strategi untuk membangun hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar juga menjadi fokus buku ini. Ustadz Kusnadi mengajak pengurus masjid untuk memanfaatkan teknologi digital dalam meningkatkan komunikasi dan pelayanan kepada jamaah, seperti melalui media sosial dan aplikasi masjid. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) di masjid juga sangat penting. Penulis mengusulkan program-program pelatihan dan pendidikan berkelanjutan untuk pengurus masjid agar mereka dapat menjalankan tugasnya dengan lebih efektif.

    Pelatihan kepemimpinan juga menjadi bagian penting dalam buku ini. Ustadz Kusnadi memberikan contoh-contoh program pelatihan kepemimpinan yang dapat membantu pengurus masjid dalam menjalankan tugas mereka. Selain itu, buku ini mengajak pembaca untuk berpikir kreatif dan inovatif dalam menyusun program dan kegiatan masjid. Penulis memberikan contoh-contoh kegiatan yang dapat meningkatkan partisipasi jamaah dan membuat masjid menjadi lebih dinamis.

    Ustadz Kusnadi juga membahas berbagai tantangan yang sering dihadapi dalam manajemen masjid, seperti masalah konflik internal, kurangnya dana, dan minimnya partisipasi jamaah. Penulis menawarkan solusi praktis untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, dengan menekankan pentingnya musyawarah dan mencari jalan tengah dalam menyelesaikan permasalahan. Studi kasus dari berbagai masjid yang berhasil dalam menerapkan strategi manajemen yang efektif juga disajikan sebagai inspirasi bagi pengurus masjid lainnya.

    Buku ini menutup dengan pandangan ke depan tentang perkembangan manajemen masjid. Ustadz Kusnadi menekankan pentingnya adaptasi terhadap perubahan zaman dan inovasi untuk memastikan masjid tetap relevan dan berdaya guna dalam memenuhi kebutuhan jamaah. Dengan membaca dan menerapkan isi buku ini, diharapkan masjid dapat lebih berdaya guna dan berperan lebih besar dalam membangun komunitas muslim yang kuat dan harmonis. Secara keseluruhan, buku "Strategi Manajemen Masjid" adalah panduan komprehensif yang sangat berguna bagi pengurus masjid dan masyarakat muslim pada umumnya. Buku ini tidak hanya memberikan teori-teori manajemen yang aplikatif, tetapi juga membekali pembaca dengan contoh-contoh nyata dan strategi praktis yang dapat langsung diterapkan.

    Berikut ini adalah beberapa program unggulan masjid Raya Al-Falah Sragen:

    1. Meng-0 kan bahkan pernah meng-Minus-kan Saldo tiap akhir bulan

    2. Menyediakan Buka puasa dan sahur ramadhan 2000 porsi

    3. Menyediakan Buka Puasa Senin dan Kamis

    4. Minuman Gratis Selalu tersedia untuk jamaah

    5. Memberangkatkan Umroh bagi jamaah sholat terawih yang paling rajin sholat.

    6. Layanan Brigade Bersih Masjid yang melayani pembersihan Masjid-masjid sekitar Sragen

    7. Menggaji Seluruh Karyawan (Abdi Dalem Masjid)

    8. Memberikan Hadiah Sepeda Motor bagi jamaah sholat subuh terajin

    9. ATM beras untuk kaum dhuafa

    10. Mengganti barang yang hilang di dalam masjid

    11. Parfum Gratis selalu tersedia

    12. Penitipan barang Gratis dan ada petugas jaganya

    13. Pemberdayaan PKL sekitar Masjid

    14. Makan Gratis Setelah Kajian Subuh Ahad

    15. Streaming Kajian di medsos Masjid Raya Al-Falah Sragen

    16. Layanan EO Wedding / Pernikahan

    17. Mendirikan Badan Usaha Milik Masjid (BUMM)

     

     

    2024/07/03

    Graduation Day of Faina and kak Syefa!

    Graduation day atau hari kelulusan adalah momen yang sangat dinantikan oleh setiap siswa, baik di jenjang Sekolah Dasar (SD) maupun Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hari ini menjadi penanda berakhirnya sebuah perjalanan panjang penuh perjuangan dan belajar, serta awal dari babak baru dalam kehidupan akademis mereka. Di Indonesia, graduation day sering dirayakan dengan penuh sukacita, kebanggaan, dan haru, tidak hanya bagi para siswa tetapi juga bagi orang tua, guru, dan seluruh keluarga besar sekolah.

    Makna Graduation Day bagi teteh Haura Faina (anak kedua kami)

    1. Penanda Perjalanan Pertama: Bagi Faina, kelulusan menandai selesainya tahap pertama dalam pendidikan formal 6 tahun. Ini adalah momen penting di mana teteh segera mengakhiri masa kanak-kanak awal dan bersiap untuk tantangan yang lebih besar di jenjang SMP, insyaAllah pilihannya di SMPIT Boarding School AlBinaa.

    2. Pencapaian dan Kebanggaan: Setiap siswa merasa bangga atas pencapaian yang telah diraih, termasuk teteh Faina. Mereka telah belajar banyak hal, mulai dari membaca, menulis, hingga berhitung. Selain itu, nilai-nilai moral dan sosial yang diajarkan di SD juga membentuk karakter mereka.

    3. Kenangan Manis: Banyak kenangan manis yang tercipta selama enam tahun di SD, mulai dari teman-teman, guru-guru yang penuh perhatian, hingga berbagai kegiatan ekstrakurikuler dan lomba-lomba yang diikuti. 

    Tanggal wisuda: 22 Juni 2024; 08:00-11:00, Lapangan SDIT Assalam, Bekasi

    Haura Faina, ketiga dari kiri

     

    Haura Faina, kelima dari kanan


    Makna Graduation Day bagi kak Syefa (anak pertama kami)

    1. Langkah Menuju Kedewasaan: Kelulusan dari SMP menandai transisi dari masa remaja awal menuju masa remaja yang lebih matang. Siswa SMP akan menghadapi tantangan yang lebih kompleks di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

    2. Pencapaian Akademis dan Keterampilan: Siswa SMP tidak hanya menyelesaikan berbagai mata pelajaran akademis, tetapi juga mengembangkan keterampilan sosial, berpikir kritis, dan kreativitas. Mereka telah mempersiapkan diri untuk menghadapi pendidikan yang lebih tinggi dan dunia luar.

    3. Persiapan untuk Masa Depan: Kelulusan dari SMP merupakan langkah penting dalam merencanakan masa depan. Siswa mulai mempertimbangkan minat dan bakat mereka, serta menentukan jurusan atau bidang yang ingin mereka tekuni di SMA atau SMK.


    Tanggal wisuda: 26 Juni 2024; 08:00-12:00 WIB, Aula Pusdiklat Dewan Dakwah, Bekasi

    M. Syefa QIL bersama umi dan abi



    Muhammad Syefa QIL


    Pada saat acara wisuda SDIT Assalam Bekasi, tempat teteh Faina bersekolah, ditampilkan pula beberapa pertunjukan seni oleh semua kelas. Di antara yang tampil adalah Amira Hafiza (panggilan: Rara), anak ketiga kami, yang sedang berada di kelas IV, naik kelas V. Pertunjukan seni yang ditampilkan Rara beserta beberapa orang temannya adalah seni tari khas Batak, dengan iringan lagu manortor.
     
    Amira Hafiza, kedua dari kiri
    ---
    Graduation day bagi anak SD dan SMP adalah momen yang penuh makna dan emosional. Ini adalah waktu untuk merayakan pencapaian, mengenang kenangan manis, dan mempersiapkan diri untuk tantangan yang lebih besar di masa depan. Bagi para siswa, hari kelulusan adalah titik awal dari perjalanan baru yang penuh harapan dan peluang. Bagi orang tua dan guru, ini adalah momen kebanggaan dan refleksi atas upaya bersama dalam mendidik dan membimbing generasi penerus bangsa. Semoga setiap siswa yang merayakan graduation day selalu diberikan kesuksesan dan keberkahan dalam langkah mereka selanjutnya.


    رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا

    Rabbanaa hab lanaa min azwaajinaa wa dzurriyyaatinaa qurrata a'yuniw waj'alnaa lil-muttaqiina imaamaa(n).

    Artinya: "Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami penyejuk mata dari pasangan dan keturunan kami serta jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa."