"Mulai dengan Bismillah, Luruskan Niat. Allah Maha Melihat!"


2024/09/22

Mengenal Taksonomi Bloom: Enam Tingkatan Berpikir

Pict source: https://tips.uark.edu/

Taksonomi Bloom adalah sebuah model yang digunakan untuk mengklasifikasikan tujuan pembelajaran, yang awalnya dikembangkan oleh Benjamin Bloom pada tahun 1956. Model ini membantu guru dan pendidik dalam merancang kurikulum, evaluasi, dan aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan tingkat berpikir siswa. Namun, pada tahun 2001, Lorin Anderson dan David Krathwohl, dua murid Bloom, merevisi model ini untuk mencerminkan pendekatan yang lebih modern terhadap proses berpikir. Revisi tersebut mengubah urutan beberapa kategori dan memperkenalkan istilah yang lebih dinamis.

Berikut adalah penjelasan dari Taksonomi Bloom yang baru, mulai dari level berpikir terendah hingga tertinggi:

  1. Mengingat (Remembering)
    Ini adalah level paling dasar, di mana siswa diharapkan mampu mengingat kembali fakta atau informasi yang telah mereka pelajari sebelumnya. Aktivitas yang termasuk dalam level ini adalah mengenali, mengingat, atau mengidentifikasi istilah, fakta, dan konsep. Misalnya, siswa menghafal rumus matematika atau menyebutkan tokoh sejarah yang terkenal.

    Contoh: Mengingat nama presiden pertama Indonesia.

  2. Memahami (Understanding)
    Pada level ini, siswa tidak hanya mengingat informasi, tetapi juga memahaminya. Mereka dapat menjelaskan atau menginterpretasikan materi dengan kata-kata mereka sendiri. Ini melibatkan aktivitas seperti menyimpulkan, mengklasifikasi, dan menjelaskan.

    Contoh: Menjelaskan dengan kata-kata sendiri bagaimana siklus air terjadi.

  3. Menerapkan (Applying)
    Pada level penerapan, siswa mulai menggunakan informasi yang mereka pelajari dalam situasi atau konteks baru. Ini mencakup kemampuan menerapkan konsep, teori, atau teknik untuk memecahkan masalah nyata.

    Contoh: Menggunakan hukum Newton untuk menjelaskan fenomena gerak benda di kehidupan sehari-hari.

  4. Menganalisis (Analyzing)
    Pada tahap ini, siswa diharapkan mampu memecah informasi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan memahami hubungan di antara bagian-bagian tersebut. Mereka mampu membedakan antara fakta dan opini, mengidentifikasi pola, atau mengevaluasi argumen.

    Contoh: Menganalisis struktur argumen dalam sebuah artikel atau membandingkan dua teori ekonomi yang berbeda.

  5. Mengevaluasi (Evaluating)
    Di level ini, siswa menilai atau mengevaluasi informasi, ide, atau metode berdasarkan kriteria tertentu. Mereka dapat membuat penilaian, memberikan kritik, atau mempertahankan argumen dengan menggunakan bukti yang mendukung.

    Contoh: Mengevaluasi efektivitas sebuah kebijakan lingkungan atau menilai validitas argumen dalam debat.

  6. Mencipta (Creating)
    Level tertinggi dalam Taksonomi Bloom yang telah direvisi adalah Creating (mencipta). Pada tahap ini, siswa menggunakan berbagai informasi yang mereka miliki untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik itu produk, teori, atau solusi. Mereka mampu menggabungkan elemen-elemen yang ada dengan cara baru untuk menghasilkan karya yang orisinal dan inovatif.

    Contoh: Merancang eksperimen sains baru, menulis cerita orisinal, atau mengembangkan aplikasi teknologi baru.

Pentingnya Revisi Taksonomi Bloom

Revisi Taksonomi Bloom membawa beberapa perubahan penting dalam cara kita memandang proses berpikir. Dalam model asli, level tertinggi adalah Evaluasi (Evaluation), namun dalam revisi, level ini digantikan oleh Mencipta (Creating). Ini menyoroti pentingnya kreativitas dan inovasi dalam pendidikan modern, di mana siswa tidak hanya diharapkan untuk memahami dan mengevaluasi informasi, tetapi juga menggunakannya untuk menghasilkan sesuatu yang baru.

Perubahan lain yang penting adalah peralihan dari kata benda ke kata kerja, yang mencerminkan pembelajaran sebagai proses aktif. Ini juga memperkuat gagasan bahwa pendidikan bukan hanya tentang mengingat dan memahami, tetapi juga tentang menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta sesuatu yang bermakna.

Dengan memahami Taksonomi Bloom yang baru, para pendidik dapat merancang pembelajaran yang lebih menantang dan holistik, serta mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi pada siswa mereka. Model ini juga memberi kerangka untuk menyusun soal ujian, proyek, atau tugas-tugas yang lebih terarah pada pengembangan kompetensi kritis dan kreatif.

No comments:

Post a Comment