2024/12/06
2024/08/07
TTL; A Holistic Marketing Approach!
Pict source: jagoanhosting.com |
In the realm of marketing, ATL (Above The Line) and BTL (Below The Line) strategies have long been recognized as complementary forces. ATL focuses on brand awareness, casting a wide net to reach a broad audience through mass media channels such as television, radio, and print. On the other hand, BTL zeroes in on direct engagement and sales, targeting specific groups through methods like direct mail, promotions, and events.
However, the advent of social media has significantly transformed the landscape. The once clear boundaries between ATL and BTL marketing have become increasingly blurred. Social media platforms have emerged as a powerful hybrid tool, capable of executing both ATL and BTL strategies simultaneously. With the ability to reach vast audiences and create brand awareness (an ATL function) while also facilitating direct interactions, personalized marketing, and driving conversions (BTL functions), social media uniquely straddles both realms.
Today, a single social media campaign can achieve widespread brand visibility, foster community engagement, and directly influence purchasing decisions. Marketers can utilize these platforms to deliver a cohesive strategy that maximizes the strengths of both ATL and BTL approaches. For example, a well-executed social media campaign can enhance brand image through creative content, viral trends, and influencer partnerships, fulfilling the ATL objective. Simultaneously, it can drive targeted promotions, personalized offers, and interactive engagements that lead to measurable sales results, aligning with BTL goals.
As the marketing landscape continues to evolve, the integration of ATL and BTL through social media represents a paradigm shift. It underscores the necessity for marketers to adopt a holistic approach that leverages the synergies of both strategies. By embracing the multifaceted capabilities of social media, businesses can create more dynamic, engaging, and effective marketing campaigns that resonate with today’s digital-savvy consumers.
The integration of both strategies (ATL and BTL) is now referred to as TTL (Through The Line). TTL embodies a holistic marketing approach that seamlessly blends the broad reach of ATL with the targeted engagement of BTL. By leveraging the strengths of both, businesses can create more comprehensive and impactful campaigns. In the digital age, where consumer behavior is constantly evolving, TTL allows for flexibility and adaptability, ensuring that marketing efforts are both wide-reaching and deeply personalized. Embracing TTL enables brands to navigate the complexities of modern marketing, ultimately driving greater brand loyalty and achieving more significant business results.
---
I also post this article in my Linkedin account: Click Here
2024/07/17
Bismillah, teteh Faina resmi belajar di Pesantren
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)
Faina bersama beberapa teman baru |
Pendidikan Agama yang Kuat: Salah satu alasan utama adalah keinginan agar putri kami mendapatkan pendidikan agama yang mendalam. Bagaimanapun, Pesantren dengan segala kelebihan dan kekurangannya insyaAllah dianggap mampu memberikan pemahaman yang lebih baik tentang ajaran Islam, Al-Qur'an, hadis, dan ilmu-ilmu keislaman lainnya. Semoga dengan bekal iman dan islam yang kuat dan melekat, maka anak-anak kita bisa menjadi ladang dan sekaligus investasi amal untuk kedua orang tuanya. InsyaAllah doa anak yang soleh/ah akan menjadi pahala jariyah hingga di akhirat kelak.
Pembentukan Akhlak dan Karakter: Orang tua berharap pesantren dapat membentuk karakter dan akhlak putra/inya agar menjadi pribadi yang lebih baik, disiplin, jujur, dan bertanggung jawab. Nilai-nilai moral dan etika yang diajarkan di pesantren dianggap penting untuk kehidupan sehari-hari.
Kemandirian dan Tanggung Jawab: Dengan hidup di lingkungan pesantren, orang tua berharap putri mereka akan belajar menjadi lebih mandiri dan bertanggung jawab. Mereka diharapkan mampu mengatur waktu, mengelola keuangan, dan mengatasi berbagai tantangan tanpa selalu bergantung pada orang tua.
Semoga Allah mudahkan untuk putera/i kita semua dalam rangka tolabul ilmi-nya.
Istimewa, kiriman team asatidz alBinaa |
source: https://albinaa.sch.id/ |
Source: https://albinaa.sch.id/ |
2024/07/11
Inilah Kaya yang Sebenarnya!
Kekayaan hati sangat ditekankan dalam ajaran Islam. Salah satu hadits terkenal mengenai hal ini diriwayatkan oleh Abu Hurairah, di mana Rasulullah SAW bersabda, "Laisal ghina 'an katsratil aradhi walakinnal ghina ghinan nafs," yang artinya: "Kekayaan bukanlah banyaknya harta benda, tetapi kekayaan adalah kekayaan jiwa (hati)." (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits ini mengajarkan bahwa kekayaan sejati tidak diukur dari seberapa banyak harta yang dimiliki seseorang, tetapi dari seberapa besar rasa puas dan cukup dalam hatinya. Seseorang yang kaya hati akan selalu merasa cukup dengan apa yang dimilikinya, meskipun secara materi mungkin tidak berlimpah. Sebaliknya, seseorang yang selalu merasa kurang, meskipun memiliki banyak harta, sebenarnya adalah orang yang miskin.
Kaya hati berarti memiliki rasa syukur yang mendalam atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Orang yang kaya hati tidak terjebak dalam siklus tanpa akhir untuk selalu menginginkan lebih. Ia mampu menikmati dan menghargai apa yang dimilikinya saat ini. Sifat ini membawa ketenangan dan kebahagiaan sejati, karena ia tidak tergantung pada faktor eksternal seperti harta benda atau status sosial. Selain itu, kaya hati juga mendorong seseorang untuk berbagi dengan orang lain. Seseorang yang merasa cukup dengan dirinya sendiri akan lebih mudah untuk bersedekah dan membantu sesama, karena ia tidak khawatir akan kekurangan. Inilah yang membuat kaya hati sangat penting dalam membangun masyarakat yang harmonis dan peduli terhadap sesama.
Lebih jauh lagi, kaya hati juga terkait dengan ketenangan batin dan kedamaian jiwa. Seseorang yang kaya hati tidak akan mudah merasa cemas atau khawatir tentang masa depan, karena ia yakin bahwa Allah SWT selalu menyediakan yang terbaik untuknya. Ketenangan batin ini merupakan salah satu bentuk kebahagiaan yang paling hakiki, yang tidak bisa dibeli dengan uang atau harta benda. Dengan demikian, kaya hati membawa seseorang pada tingkat spiritual yang lebih tinggi, dimana kebahagiaan tidak lagi bergantung pada hal-hal materi, melainkan pada kedekatan dengan Allah SWT.
Kaya hati juga mengajarkan pentingnya berbagi dan kepedulian sosial. Islam mendorong umatnya untuk saling membantu dan mendukung satu sama lain. Orang yang kaya hati akan lebih mudah mengulurkan tangan kepada yang membutuhkan, karena ia tidak terikat dengan harta bendanya. Sikap dermawan ini tidak hanya bermanfaat bagi orang lain, tetapi juga memperkaya hati dan jiwa pemberi, karena dengan berbagi, ia merasakan kebahagiaan dan kepuasan batin yang mendalam.
Dalam konteks keluarga, kaya hati juga sangat penting. Seseorang yang kaya hati akan mampu menciptakan suasana harmonis dan penuh kasih sayang dalam keluarganya. Ia akan lebih sabar dan bijaksana dalam menghadapi berbagai permasalahan keluarga, karena hatinya dipenuhi dengan rasa syukur dan qana'ah. Dengan demikian, kekayaan hati tidak hanya membawa kebaikan bagi individu, tetapi juga bagi keluarganya dan masyarakat sekitarnya.
Oleh karena itu, pendidikan tentang kaya hati perlu ditanamkan sejak dini. Anak-anak harus diajarkan untuk bersyukur atas segala nikmat yang mereka terima, merasa cukup dengan apa yang mereka miliki, dan selalu berbagi dengan sesama. Pendidikan ini tidak hanya dilakukan di rumah, tetapi juga di sekolah dan lingkungan masyarakat. Dengan demikian, generasi yang akan datang dapat tumbuh menjadi individu-individu yang kaya hati, yang akan membawa kebaikan bagi dirinya sendiri dan lingkungannya.
Pada akhirnya, kaya hati adalah salah satu bentuk ibadah kepada Allah SWT. Dengan memiliki hati yang kaya, seseorang tidak hanya menjalankan perintah Allah dalam hal bersyukur, berbagi, dan qana'ah, tetapi juga mencapai kedekatan dengan-Nya. Inilah kekayaan yang sebenarnya, yang membawa kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat. Semoga kita semua dapat meraih kekayaan hati dan menjadi hamba-hamba yang dicintai oleh Allah SWT.
2024/07/09
Oleh-oleh dari Al Falah Sragen!
Syukur alhamdulillah, 5 dan 6 Juli 2024, yang bertepatan dengan 29 dan 30 Dzulhijjah 1445 H kemarin, kami dari rombongan masjid alBarokah Bekasi (beberapa pengurus DKM dan jamaah) berada di masjid Raya Al Falah, Sragen Jawa Tengah, dalam rangka silaturrahmi dengan pengurus masjid Raya Al Falah. Selain menyambung silaturrahim, tujuan kami adalah ingin belajar. Kami kemas dalam acara 'studi banding', mengenai manajemen masjid.
Untuk yang belum terlalu mengenal masjid al Falah, kami sarankan untuk menonton profilnya di laman youtube mereka atau melalui akun-akun sosial medianya yang cukup viral. Ketik saja di kolom pencariannya 'Masjid Raya al Falah Sragen'. Akan banyak konten-konten kreatif nan menginspirasi kita dalam rangka memakmurkan masjid. Oh ya, sebagai catatan tambahan masjid ini sudah menjadi masjid percontohan tingkat nasional sejak 2022 lho!
Ustadz Kusnadi di tengah (koko putih dengan peci hitam) berfoto bersama rombongan DKM Al Barokah Bekasi, Jawa Barat |
Pada tulisan singkat ini saya tidak akan menuliskan kronologi perjalanan kami ke alFalah, tapi lebih pada 'ilmu dan pengalaman apa yang kami dapat dari sana. Ilmu dari sharing session bersama pengurus takmir masjid al Falah yang dipimpin oleh ustadz Kusnadi Ikhwani berjalan dengan sangat baik, lancar dan dalam suasana yang menyenangkan. Apalagi setelah 'sharing session' kami dijamu dengan sarapan pagi berupa nasi soto khas Sragen. Dengan mengikuti studi banding ini, harapannya adalah kami bisa melakukan hal yang sama di masjid tempat tinggal kami, seperti yang al Falah telah lakukan.
Mudah-mudahan catatan singkat ini menginspirasi pembaca sekalian juga! ***
Ada banyak cerita dan pengalaman yang disampaikan oleh ustadz Kusnadi kepada kami selama sharing session berlangsung. Semua ilmu dan pengalaman yang disampaikan itu, syukurnya lagi sudah beliau tuliskan pula dalam sebuah buku dengan judul 'Strategi manajemen masjid'.
Buku "Strategi Manajemen Masjid" karya Ustadz Kusnadi al Falah Sragen dimulai dengan penekanan pada pentingnya manajemen yang efektif dalam pengelolaan masjid. Masjid, menurut penulis, bukan hanya tempat ibadah tetapi juga pusat komunitas yang harus dikelola dengan baik untuk memenuhi kebutuhan jamaahnya. Ustadz Kusnadi memperkenalkan konsep dasar manajemen masjid yang meliputi visi, misi, dan tujuan. Ia menekankan bahwa setiap masjid harus memiliki visi dan misi yang jelas untuk mengarahkan semua kegiatan dan programnya.
Struktur organisasi yang baik sangat penting dalam pengelolaan masjid. Penulis menjelaskan peran dan tanggung jawab setiap anggota organisasi, termasuk imam, khatib, dan pengurus lainnya. Pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas sangat penting untuk menghindari konflik dan memastikan bahwa semua aspek pengelolaan masjid berjalan lancar. Selain itu, Ustadz Kusnadi memberikan strategi pengelolaan keuangan masjid, termasuk pengumpulan dana, pengelolaan anggaran, dan pentingnya transparansi serta akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan.
Sumber pendanaan masjid dapat berasal dari berbagai sumber seperti zakat, infak, sedekah, dan sumbangan dari donatur. Penulis juga menekankan pentingnya kerjasama dengan pihak ketiga untuk meningkatkan pendanaan. Perencanaan anggaran yang efektif sangat diperlukan untuk memastikan bahwa dana yang tersedia digunakan secara optimal untuk kegiatan masjid. Dalam hal manajemen program dan kegiatan, buku ini membahas tentang perencanaan dan pelaksanaan program serta kegiatan masjid. Ustadz Kusnadi memberikan contoh-contoh kegiatan yang dapat meningkatkan keterlibatan jamaah dan komunitas sekitar.
Inovasi dalam pengembangan program masjid sangat penting untuk menarik lebih banyak jamaah dan memenuhi kebutuhan mereka yang beragam. Buku ini juga memberikan panduan tentang bagaimana menjaga dan mengembangkan fasilitas masjid agar selalu dalam kondisi baik dan dapat memenuhi kebutuhan jamaah. Penulis menyarankan berbagai strategi pemeliharaan, termasuk inspeksi rutin, perbaikan berkala, dan pelibatan jamaah dalam menjaga kebersihan dan keindahan masjid.
Ki-Ka: Pak Jaka, Ust Agun, pak H Supra, pak Nung, pak Abo, pak H Rudi, Ust Suroso, ust H Syarif, pak Irpan, mas Imam dan saya (Feri) |
Komunikasi yang efektif antara pengurus masjid dan jamaah serta strategi untuk membangun hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar juga menjadi fokus buku ini. Ustadz Kusnadi mengajak pengurus masjid untuk memanfaatkan teknologi digital dalam meningkatkan komunikasi dan pelayanan kepada jamaah, seperti melalui media sosial dan aplikasi masjid. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) di masjid juga sangat penting. Penulis mengusulkan program-program pelatihan dan pendidikan berkelanjutan untuk pengurus masjid agar mereka dapat menjalankan tugasnya dengan lebih efektif.
Pelatihan kepemimpinan juga menjadi bagian penting dalam buku ini. Ustadz Kusnadi memberikan contoh-contoh program pelatihan kepemimpinan yang dapat membantu pengurus masjid dalam menjalankan tugas mereka. Selain itu, buku ini mengajak pembaca untuk berpikir kreatif dan inovatif dalam menyusun program dan kegiatan masjid. Penulis memberikan contoh-contoh kegiatan yang dapat meningkatkan partisipasi jamaah dan membuat masjid menjadi lebih dinamis.
Ustadz Kusnadi juga membahas berbagai tantangan yang sering dihadapi dalam manajemen masjid, seperti masalah konflik internal, kurangnya dana, dan minimnya partisipasi jamaah. Penulis menawarkan solusi praktis untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, dengan menekankan pentingnya musyawarah dan mencari jalan tengah dalam menyelesaikan permasalahan. Studi kasus dari berbagai masjid yang berhasil dalam menerapkan strategi manajemen yang efektif juga disajikan sebagai inspirasi bagi pengurus masjid lainnya.
Buku ini menutup dengan pandangan ke depan tentang perkembangan manajemen masjid. Ustadz Kusnadi menekankan pentingnya adaptasi terhadap perubahan zaman dan inovasi untuk memastikan masjid tetap relevan dan berdaya guna dalam memenuhi kebutuhan jamaah. Dengan membaca dan menerapkan isi buku ini, diharapkan masjid dapat lebih berdaya guna dan berperan lebih besar dalam membangun komunitas muslim yang kuat dan harmonis. Secara keseluruhan, buku "Strategi Manajemen Masjid" adalah panduan komprehensif yang sangat berguna bagi pengurus masjid dan masyarakat muslim pada umumnya. Buku ini tidak hanya memberikan teori-teori manajemen yang aplikatif, tetapi juga membekali pembaca dengan contoh-contoh nyata dan strategi praktis yang dapat langsung diterapkan.
Berikut ini adalah beberapa program unggulan masjid Raya Al-Falah Sragen:
1. Meng-0 kan bahkan pernah meng-Minus-kan Saldo tiap akhir bulan
2. Menyediakan Buka puasa dan sahur ramadhan 2000 porsi
3. Menyediakan Buka Puasa Senin dan Kamis
4. Minuman Gratis Selalu tersedia untuk jamaah
5. Memberangkatkan Umroh bagi jamaah sholat terawih yang paling rajin sholat.
6. Layanan Brigade Bersih Masjid yang melayani pembersihan Masjid-masjid sekitar Sragen
7. Menggaji Seluruh Karyawan (Abdi Dalem Masjid)
8. Memberikan Hadiah Sepeda Motor bagi jamaah sholat subuh terajin
9. ATM beras untuk kaum dhuafa
10. Mengganti barang yang hilang di dalam masjid
11. Parfum Gratis selalu tersedia
12. Penitipan barang Gratis dan ada petugas jaganya
13. Pemberdayaan PKL sekitar Masjid
14. Makan Gratis Setelah Kajian Subuh Ahad
15. Streaming Kajian di medsos Masjid Raya Al-Falah Sragen
16. Layanan EO Wedding / Pernikahan
17. Mendirikan Badan Usaha Milik Masjid (BUMM)
2024/07/03
Graduation Day of Faina and kak Syefa!
Makna Graduation Day bagi teteh Haura Faina (anak kedua kami)
Penanda Perjalanan Pertama: Bagi Faina, kelulusan menandai selesainya tahap pertama dalam pendidikan formal 6 tahun. Ini adalah momen penting di mana teteh segera mengakhiri masa kanak-kanak awal dan bersiap untuk tantangan yang lebih besar di jenjang SMP, insyaAllah pilihannya di SMPIT Boarding School AlBinaa.
Pencapaian dan Kebanggaan: Setiap siswa merasa bangga atas pencapaian yang telah diraih, termasuk teteh Faina. Mereka telah belajar banyak hal, mulai dari membaca, menulis, hingga berhitung. Selain itu, nilai-nilai moral dan sosial yang diajarkan di SD juga membentuk karakter mereka.
Kenangan Manis: Banyak kenangan manis yang tercipta selama enam tahun di SD, mulai dari teman-teman, guru-guru yang penuh perhatian, hingga berbagai kegiatan ekstrakurikuler dan lomba-lomba yang diikuti.
Makna Graduation Day bagi kak Syefa (anak pertama kami)
Langkah Menuju Kedewasaan: Kelulusan dari SMP menandai transisi dari masa remaja awal menuju masa remaja yang lebih matang. Siswa SMP akan menghadapi tantangan yang lebih kompleks di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Pencapaian Akademis dan Keterampilan: Siswa SMP tidak hanya menyelesaikan berbagai mata pelajaran akademis, tetapi juga mengembangkan keterampilan sosial, berpikir kritis, dan kreativitas. Mereka telah mempersiapkan diri untuk menghadapi pendidikan yang lebih tinggi dan dunia luar.
Persiapan untuk Masa Depan: Kelulusan dari SMP merupakan langkah penting dalam merencanakan masa depan. Siswa mulai mempertimbangkan minat dan bakat mereka, serta menentukan jurusan atau bidang yang ingin mereka tekuni di SMA atau SMK.
M. Syefa QIL bersama umi dan abi |
Muhammad Syefa QIL |
Pada saat acara wisuda SDIT Assalam Bekasi, tempat teteh Faina bersekolah, ditampilkan pula beberapa pertunjukan seni oleh semua kelas. Di antara yang tampil adalah Amira Hafiza (panggilan: Rara), anak ketiga kami, yang sedang berada di kelas IV, naik kelas V. Pertunjukan seni yang ditampilkan Rara beserta beberapa orang temannya adalah seni tari khas Batak, dengan iringan lagu manortor.
Amira Hafiza, kedua dari kiri |
Graduation day bagi anak SD dan SMP adalah momen yang penuh makna dan emosional. Ini adalah waktu untuk merayakan pencapaian, mengenang kenangan manis, dan mempersiapkan diri untuk tantangan yang lebih besar di masa depan. Bagi para siswa, hari kelulusan adalah titik awal dari perjalanan baru yang penuh harapan dan peluang. Bagi orang tua dan guru, ini adalah momen kebanggaan dan refleksi atas upaya bersama dalam mendidik dan membimbing generasi penerus bangsa. Semoga setiap siswa yang merayakan graduation day selalu diberikan kesuksesan dan keberkahan dalam langkah mereka selanjutnya.
Rabbanaa hab lanaa min azwaajinaa wa dzurriyyaatinaa qurrata a'yuniw waj'alnaa lil-muttaqiina imaamaa(n).
Artinya: "Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami penyejuk mata dari pasangan dan keturunan kami serta jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa."
2024/07/02
Cross Cultural Understanding: Blankon dan Keris dalam budaya Jawa
Pemahaman lintas budaya itu sangat penting diajarkan kepada generasi muda. Bahkan untuk orangtuanya sendiri. Apalagi dalam konteks kenegaraan kita yang sangat majemuk.
2024/06/24
Inisiatif dan Adaptabilitas: Kunci Sukses di Era Perubahan
Di tengah dinamika dunia yang terus berubah dengan cepat, dua kualitas yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan pribadi maupun profesional adalah inisiatif dan adaptabilitas. Kedua hal ini bukan sekadar skill biasa, tetapi prinsip yang mendasari kemampuan seseorang untuk bergerak maju dan berkembang dalam menghadapi tantangan dan perubahan yang tak terduga.
Inisiatif adalah kemampuan seseorang untuk bertindak secara proaktif tanpa perlu didorong atau dipaksa oleh orang lain. Orang yang memiliki inisiatif cenderung melihat peluang di tengah tantangan, mengambil langkah awal untuk memulai solusi, dan tidak menunggu instruksi untuk bertindak. Di tempat kerja, inisiatif sangat dihargai karena mencerminkan kemampuan seseorang untuk mengambil alih dan mengarahkan situasi menuju hasil yang positif.
Individu yang memiliki inisiatif seringkali menjadi pionir dalam mengusulkan ide baru, menemukan cara-cara baru untuk meningkatkan efisiensi, atau bahkan mengatasi masalah yang rumit dengan kreativitas dan keberanian. Mereka tidak hanya menunggu perintah, tetapi aktif menciptakan nilai tambah bagi diri mereka sendiri dan bagi organisasi tempat mereka bekerja.
Adaptabilitas: Menghadapi Perubahan dengan Fleksibilitas
Adaptabilitas adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan dengan cepat dan efektif. Di era di mana teknologi berkembang pesat dan dinamika pasar tidak stabil, adaptabilitas menjadi kunci untuk tetap relevan dan kompetitif. Kemampuan ini tidak hanya tentang fleksibilitas dalam mengubah strategi atau pendekatan kerja, tetapi juga tentang keinginan untuk terus belajar, mengembangkan keterampilan baru, dan menghadapi ketidakpastian dengan keyakinan.
Individu yang adaptif mampu mengubah arah ketika diperlukan, mengatasi hambatan dengan solusi yang kreatif, dan melihat perubahan sebagai peluang untuk tumbuh dan berkembang. Mereka tidak terpaku pada cara-cara lama yang mungkin sudah tidak relevan, melainkan siap untuk menyesuaikan diri dengan kondisi baru yang muncul.
Sinergi Inisiatif dan Adaptabilitas
Ketika inisiatif dan adaptabilitas digabungkan, mereka menciptakan sinergi yang kuat. Inisiatif memacu individu untuk memulai perubahan dan inovasi, sementara adaptabilitas memastikan mereka dapat bertahan dan berkembang melalui berbagai perubahan yang terjadi. Kombinasi kedua kualitas ini tidak hanya memungkinkan seseorang untuk sukses dalam karier, tetapi juga untuk menjadi agen perubahan yang positif dalam organisasi dan masyarakat.
Mengembangkan Inisiatif dan Adaptabilitas
Untuk mengembangkan inisiatif dan adaptabilitas, penting untuk:
- Meningkatkan kesadaran diri: Kenali kekuatan dan kelemahan pribadi untuk dapat mengambil langkah berdasarkan kebutuhan.
- Menumbuhkan proaktivitas: Jangan hanya menunggu arahan, tetapi ambil inisiatif dalam menyelesaikan tugas dan menciptakan peluang baru.
- Membangun ketahanan: Hadapi rintangan sebagai pelajaran dan kesempatan untuk tumbuh lebih kuat.
- Mempertajam keterampilan belajar: Selalu terbuka untuk mempelajari hal baru dan menyesuaikan diri dengan perkembangan terbaru dalam bidang kerja.
Dengan mengasah kualitas inisiatif dan adaptabilitas ini, seseorang tidak hanya dapat berhasil dalam karier mereka, tetapi juga menjadi teladan dalam menghadapi tantangan global yang terus berubah. Inisiatif dan adaptabilitas bukan hanya sekadar kemampuan, tetapi sikap hidup yang membedakan mereka yang mampu bertahan dan berkembang di tengah perubahan yang tidak terelakkan.
InsyaAllah!
#masyaAllahtabarakallahu
---
Artikel menarik lainnya.
TTL; A Holistic Marketing Approach!
Navigating the Intersection of Human Empowerment and AI Technology
2024/04/06
TAHUN 1700-an awal, BATAHAN JADI REBUTAN BELANDA DAN INGGRIS
Bangsa Eropa ketiga yang datang ke pantai barat Sumatera adalah orang Inggris. Seperti yang diungkapkan Dennis Lombard, terdapat armada Inggris di wilayah tersebut pada kuartal terakhir abad ke-16, dan Aceh merupakan salah satu wilayah pertama yang dikunjungi armada Inggris. Kehadiran Inggris di kawasan tersebut atas perintah langsung Ratu Inggris, Queen Elizabeth I. Sang ratu menyiapkan sebuah surat yang ditulis dengan tinta emas di atas kertas halus dan disampaikan oleh "utusan kerajaan" bernama Sir James Lancaster. Dalam suratnya, Ratu Elizabeth menyebut Raja Aceh sebagai "saudara laki-lakinya" dan menulis, "Kepada saudara ku, Raja Aceh Darussalam. Utusan Ratu Inggris juga dikabarkan membawa sederet "suvenir", berupa satu set perhiasan dari berlian rubi. Pendekatan “soft diplomacy” Inggris memungkinkan penguasa Aceh membuka perdagangan di Kutarajah.
Puncak kehadiran militer Inggris di wilayah tersebut terjadi pada tahun 1685 ketika mereka merebut Bengkulu dan membangun benteng di sana.
British East India Company (EIC) sejak 1685 mendirikan pusat perdagangan lada Bencoolen dan kemudian gudang penyimpanan di tempat yang sekarang menjadi Kota Bengkulu. Saat itu, ekspedisi EIC dipimpin oleh Ralph Ord dan William Cowley untuk mencari pengganti pusat perdagangan lada setelah Pelabuhan Banten jatuh ke tangan VOC, dan EIC dilarang berdagang di sana. Traktat dengan Kerajaan Selebar pada tanggal 12 Juli 1685 mengizinkan Inggris untuk mendirikan benteng dan berbagai gedung perdagangan. Benteng York didirikan tahun 1685 di sekitar muara Sungai Serut.
Dalam sebuah dokumen berbahasa Inggris dengan ejaan abad 19, ditemukan bahwa dari arah Bengkulu, Inggris melalui perusahaan dagangnya EIC yang ditopang dengan kekuatan militer kerajaan, sebenarnya mereka ingin meluaskan pengaruh dagangnya ke arah utara, menyusuri pantai Barat Sumatera. Bandar-bandar atau pelabuhan yang masih dikuasai Belanda melalui VOC adalah Indrapura, Padang, Pariaman, Tiku, Pasaman, Batahan, Barus dan Daya. Melihat dari paragraf-paragraf sebelumnya dan dibandingkan dengan tahun terbitnya buku ini, diperkirakan Batahan jatuh ke tangan Inggris sekira tahun 1717. Ini beberapa tahun sebelum Batahan dipimpin oleh Raja Perempuan, Puti Bulan Tasingik (yang menurut catatan almarhum papa Fahmi Husin, beliau jadi Raja Perempuan sekira tahun 1725). Dokumen ini ditemukan di buku dengan judul MODERN HISTORY or PRESENT STATE OF ALL NATIONS, volume 1, ditulis oleh Mr. Salmon. Tahun terbit 1739. Kata Batahan muncul dua kali di halaman 190.
Teks asli, dalam huruf English of 18th century.
When we were driven from Bencoulen, it seems neither Bantall or Mocho-Mocho were ever attacked, though they were much leſs able to have defended themselves; which confirms me in the opinion, that though the natives did reſent ſome ill uſage they had met with, yet the advantageous trade they carried on with the Engliſh, as well as their dread of the Dutch, foon inclined them to be reconciled to us again.
To the northward of the Engliſh ſettlements on the west coaft of Sumatra ſtand the towns of Indrapour, Padang, Priaman, Tecou, Paflaman, Batahan, Barros and Daya. Indrapour is the firſt Dutch ſettlement to the northward of the Engliſh, and lyes two degrees fouth; Padang lyes in one degree thirty minutes, Priaman in fifty minutes, Tecou in thirty minutes fouth latitude, and Pafla- man almoft under the line; ſo that the Dutch fettlements on the west coaft extend from two degrees fouth latitude to the equator, and of theſe Padang is the principal; Batahan is one degree to the northward of the line, Barros in two degrees thirty minutes north, and Daya four degrees fifty minutes north. Here, and in the rest of the country to the northward of the equator, the King of Achen ſtill retains his fovereignty; and I don't find that any European nation are in poffeffion of his ports; but the fouthern parts of the island are ſo awed and restrained of their liberty by the Dutch, that they dare not trade with any other people.
TERJEMAHAN BEBAS by GoogleTranslate:
Saat kami diusir dari Bencoulen, sepertinya Bantall maupun Muko-Muko tidak pernah diserang, meski mereka kurang mampu mempertahankan diri; Hal ini menguatkan pendapat saya, bahwa meskipun penduduk asli tidak menyukai perlakuan buruk yang pernah mereka alami (oleh penjajah sebelumnya), namun keuntungan perdagangan yang mereka lakukan dengan orang Inggris, serta rasa takut mereka terhadap Belanda, membuat mereka cenderung untuk berdamai kembali dengan kami. .
Di sebelah utara pemukiman Inggris di pantai barat Sumatra berdiri kota Indrapura, Padang, Pariaman, Tiku, Pasaman, Batahan, Barus dan Daya. Indrapura adalah pemukiman Belanda pertama di utara Inggris, dan terletak dua derajat keempat; Padang terletak pada satu derajat tiga puluh menit, Pariaman lima puluh menit, Tiku tiga puluh menit lintang empat, dan Pasaman hampir berada di bawah garis; sehingga pemukiman Belanda di pantai barat terbentang dari dua derajat lintang empat sampai garis khatulistiwa, dan Padang adalah yang utama; Batahan berada satu derajat ke arah utara, Barros dua derajat tiga puluh menit ke utara, dan Daya empat derajat lima puluh menit ke utara. Di sini, dan di wilayah lain di utara khatulistiwa, Raja Achen masih mempertahankan kedaulatannya; dan saya tidak menemukan satu pun negara Eropa yang kewalahan dengan pelabuhannya; namun bagian keempat pulau ini terlalu kagum dan dibatasi kebebasannya oleh Belanda, sehingga mereka tidak berani berdagang dengan negara lain.
SEBELUM RAJA PEREMPUAN DINOBATKAN, TELAH ADA DUA PEMIMPIN DI BATAHAN
Berdasarkan catatan dari cerita turun temurun dan dihubungkan dengan tahun kelahiran Willem Iskandar (1840)-seorang tokoh Mandailing yang kelak jadi tokoh pendidikan tingkat nasional-, yang dalam garis keturunan di kerajaan Pidoli Lombang merupakan keturunan ketujuh dari Raja Baginda Soaloon (Raja di Pidoli Lombang). Sementara Puti Bulan Tasingik (Tersingit) yang kelak menjadi Raja Perempuan di Batahan adalah putra dari Sutan Kumala bin Baginda Soaloon. Artinya Puti Bulan Tasingik ini adalah cucu dari Raja Pidoli Lombang, Baginda Soaloon.
Rentang kekuasaan Raja Perempuan di Batahan itu diperkirakan antara 1725-1750. Sebelum itu, pemerintahan di Batahan masih belum berbentuk kerajaan. Kepemimpinan di Batahan masih didasarkan pada kepemimpinan tradisional berdasarkan kelompok pendatang yang kemudian menetap di Batahan. Dua kelompok besar yang ada masing-masing adalah rombongan dari Indrapura dan rombongan dari Aceh. Sebenarnya ada kelompok-kelompok kecil yang sudah duluan ada dan datang kemudian, namun karena jumlahnya tidak signifikan maka mereka memilih untuk membaurkan diri dengan rombongan Indrapura atau rombongan Aceh.
Dua nama pemimpin Batahan yang pernah tercatat pada masa sebelum Raja Perempuan itu adalah Orang Kaya Bungsu dan Sutan Muda. Yang disebut pertama terindikasi sebagai puak Indrapura dan yang kedua adalah kelompok Aceh. Dokumen mengenai nama mereka ini dapat dilihat di sebuah buku lama dengan judul ONZE KENNIS VAN SUMATRA'S WESTKUST , OMSTREEKS DE HELFT DER ACHTTIENDE EEUW, halaman 516. Tahun peristiwanya adalah 1693.
BATAHAN berada di bawah kekuasaan dua penguasa: Orang Kaja Boengsoe dan Soetan Moeda. Berdasarkan kontrak tahun 1693, hal itu terjadi wilayah ini melekat pada Perseroan. Satu atau dua hari dari pantai terdapat empat tambang emas "kaya", yang dikerjakan oleh masyarakat Rau. dari Batahan adalah Batta.
Sistem pemerintahan resmi yang pernah berkuasa di Batahan yang berkaitan dengan Belanda bermula ketika Batahan menjadi kekuriaan Batahan. Tercatat yang menjadi Kepala Kuria pertama adalah Sotu gelar Majo Dirajo (sekira 1841-1846). Dari era Raja Perempuan hingga terbentuknya kekuriaan ini, Batahan dipimpin oleh beberapa orang Raja, diantaranya yang dikenal adalah Sutan Gagar Alam.
Kepala Kuria yang pernah memimpin Batahan berturut-turut sejak era Sotu gelar Majo Dirajo adalah Abdur Rahman, kemudian M. Basir gelar Sutan Mulia Rajo, selanjutnya Abdul Muluk gelar Sutan Bandaro Rajo, diteruskan oleh M. Tahar gelar Sutan Amir, lalu digantikan oleh M. Yunus Sutan Maharajo Adat (1932) kemudian sempat digantikan oleh pelaksana tugas Onder Voorzitter dari Datuk Kubangan, setelah itu ada Hasan Rancak gelar Sutan Marah Alam Dunia. Semua kepala Kuria ini selain dari Onder Voorzitter juga berpredikat sebagai Tuongku.
Dibawah Kepala Kuria, ini beberapa Datuk-datuk Pengulu Kaum/ Kepala Kampung. Yang pernah tercatat diantaranya adalah Naratab atau Datuk Bukik di Pasar Batahan; Ibrahim atau Datuk Parhimpunan di Kampung Kapas; Buang Sati atau Datuk Ambosa di Bintungan Bejangkar; Abdul Yakin alias Datuk Bonsu di Sitodung; Datuk Malompah di Batu Sondat; Datuk Baru di Banjar Aur; Datuk Manuncang di Singiang dan Datuk Mudo di Kubangan.
Setelah itu ada masa transisi di era kemerdekaan Republik Indonesia. Sistem pemerintahannya disebut sebagai Komite Nasional. Bertindak sebagai ketua adalah Amirudin, dengan delapan orang anggota, masing-masing adalah Zainal Bahri, Marajan, Jabarudin, M. Daud Nasution, Marah Muhammad, Karnan Nazir, Basrah dan Abdul Manaf.
Setelah bentuk pemerintahan berubah menjadi Kedewanan Negeri Batahan, Komite Nasional yang berjumlah sembilan orang termasuk ketuanya, bertransormasi menjadi Dewan Negeri Batahan. Semua anggota Komite Nasional masuk menjadi anggota Dewan Negeri Batahan ini, dengan struktur tambahan seorang sekretaris. Ketua pertama Dewan Negeri Batahan ini adalah Zainal Bahri (1946-1951) dengan sekretaris Karnan Nazir (menjadi sekretaris terlama hingga 1958). Tiga orang ketua Dewan Negeri yang pernah memimpin sampai 1979 itu adalah Zainal Bahri (1946-1951), Marajan (1951-1952) dan Jabarudin (1952-1979).