"Mulai dengan Bismillah, Luruskan Niat. Allah Maha Melihat!"


Showing posts with label Literature. Show all posts
Showing posts with label Literature. Show all posts

2014/01/14

WAWASAN SASTRA: Kepengarangan dan Konstruksi Sosial

Tahun 2000, yakni 38 tahun setelah polemik yang bersumber kepada satu dalil itu, bahwa kualitas ”kesucian” seorang pengarang terletak kepada orisinalitasnya, muncul buku Hidup Matinya Sang Pengarang yang disunting oleh Toeti Heraty. Isinya, berbagai pemikiran mengenai kepengarangan, yang pada mulanya memang menunjukkan posisi pengarang sebagai sosok genius dan agung, yang difungsikan sebagai sumber pencerahan bagi masyarakatnya, tetapi yang segera disusul dengan munculnya tesis kemandirian teks, menggusur sama sekali maksud dan tujuan pengarang. Maka dalam hal ini pembaca seolah bertiwikrama menjadi Mahapembaca, yang sambil ”membunuh” pengarang mendapat hak sepenuhnya melakukan pembermaknaannya sendiri. Kenapa bisa begitu?

Esai Roland Barthes yang juga diterjemahkan dalam buku ini, Kematian Sang Pengarang, menyampaikan bahwa sebetulnya pengarang dalam konteks yang kita bicarakan, bukan pendongeng tradisional, adalah tokoh modern yang dihasilkan masyarakat Barat pada saat keluar dari Abad Pertengahan, dipengaruhi empirisme Inggris, rasionalisme Perancis, dan keyakinan pribadi Reformasi tempat diketemukannya kehormatan individual atau manusia pribadi. Dalam sastra, pribadi pengarang menjadi sangat penting, sebelum digugurkan pendapat bahwa pengarang modern lahir pada waktu yang sama dengan teksnya; ia bukan subjek dari mana buku itu berasal dan setiap teks ditulis secara abadi kini dan di sini, yang dalam istilah linguistik disebut performatif, yakni hanya terdapat pada orang pertama dan dalam waktu kini, ketika tindak bicara tidak mempunyai isi lain dari tindak pengucapannya.

Menurut Barthes, teks bukan lagi deretan kata dengan makna teologis, yakni bahwa ada ”pesan” dari pengarang yang berperan bagaikan Tuhan, melainkan teks sebagai ruang multidimensi tempat telah dikawinkan dan dipertentangkan beberapa tulisan, tidak ada yang aslinya: teks adalah suatu tenunan dari kutipan, berasal dari seribu sumber budaya. Seorang pengarang diibaratkannya hidup di dalam kamus raksasa, tempat ia hidup hanya untuk meniru buku, dan buku ini sendiri hanya merupakan jaringan tanda, peniruan tanpa akhir. Suatu teks terdiri dari penulisan ganda, beberapa kebudayaan yang bertemu dalam dialog, dalam hubungan-hubungan, yang terkumpul bukan pada pengarang (yang kekiniannya sudah berlalu) tetapi pada pembaca, ruang tempat teks diguratkan tanpa ada yang hilang. Pembaca adalah seseorang yang memegang semua jalur dari mana tulisan dibuat dalam medan yang sama. Sehingga, menurut Barthes, mitos harus dibalik: Kelahiran pembaca harus diimbangi oleh kematian pengarang.

Namun, kita harus hati-hati dalam menafsir kata ”pengarang” ini karena menurut Michel Foucault dalam Siapa Itu Sang Pengarang? yang juga diterjemahkan di sini, di antara ulasannya yang panjang lebar, bahwa ”… akan sama kelirunya jika kita menyamakan pengarang dengan pengarang sebenarnya, kalau kita menyamakannya dengan pembicara fiktif; fungsi-pengarang dilaksanakan dan beroperasi dalam analisis itu sendiri, dalam pembagian dan jarak.” Nah, apakah ini berarti wacana yang menciptakan pengarang, dan pengarang tidak menciptakan apa-apa, karena fungsi bagian dari wacana?

Sampai di sini, untuk sementara disimpulkan bahwa (1) plagiarisme sebagai bentuk kebersalahan timbul dari mitos kesucian pengarang yang ditentukan oleh orisinalitasnya; (2) meski secara filosofis dominasi pengarang atas teks sudah terhapus, tidak berarti bahwa plagiarisme menjadi halal karena mengakui ketidakmungkinan untuk jadi asli tidaklah sama dengan pemberian izin untuk mengutip tanpa menyebutkan sumbernya; (3) plagiarisme sebagai masalah etis, meski moralitasnya merupakan tanggung jawab pelaku terhadap dirinya sendiri, layak diterjemahkan secara legal dan sosial, sejauh terdapat pihak yang karenanya mendapat kerugian dan ketidakadilan dalam segala bentuk; (4) setiap bentuk kebersalahan dalam konteks ini tentunya diandaikan dapat ditebus kembali.

Seno Gumira Ajidarma. Wartawan
Diambil dari link ini.

2012/02/07

Oliver Twist by Charles Dickens


Bertepatan dengan tanggal hari ini, 7 Februari, 200 tahun yang lalu, salah seorang cerpenis, novelis, lebih tepatnya sastrawan Inggris yang cukup berpengaruh terlahir. Dia adalah Charles Dickens. Nama lengkapnya Charles John Huffam Dickens (lahir di Landport, Inggris, 7 Februari 1812 – meninggal di London, 9 Juni 1870 pada umur 58 tahun).  

Charles Dickens termasuk dalam sastrawan di masa pemerintahan ratu Victoria dari Britannia Raya. Tentu nama sastrawan yang satu ini tidak asing bagi para pelajar sastra, atau bagi mereka yang berminat dalam kesusasteraan Inggris.

Semasa hidupnya Dickens menelurkan tidak kurang dari belasan novel. Diantara novel karya Dickens yang sangat berpengaruh adalah:

Diantara novel karya Dickens tersebut, bagi saya sendiri yang sangat menarik dan monumental karena merupakan kritik social Dickens terhadap kondisi masyarakat saat itu adalah novel ‘Oliver Twist’. Novel ini pulalah yang mengantarkan saya menjadi seorang Sarjana Sastra (SS) di jenjang S1 beberapa tahun yang lalu. Ya, saya melakukan pengkajian terhadap novel tersebut.

Hal yang saya angkat adalah kepribadian atau aspek kejiwaan si tokoh utama dalam novel, yakni si bocah Oliver, dan tokoh pembantu, Nancy. Saya mengangkat tema penilitian tentang kajian psikologi sastra dengan judul skripsi seperti berikut ini, ‘Psychological Aspects of Oliver and Nancy in Charles Dickens’ Novel, Oliver Twist; A study of Literary Psychology’. Namun, tidak akan saya bahas tentang kajian psikologi sastra tersebut di sini. Tulisan ini hanya sekedar pengingat ulang tahun sang sastrawan.

Oliver Twist (1838) sendiri merupakan novel kedua karya Charles Dickens. Karya ini awalnya diterbitkan sebagai cerita seri oleh Bentley’s Miscallany setiap bulan mulai bulan Pebruari 1837 dan terus berlangsung sampai April 1838. Oliver Twist adalah novel berbahasa Inggris pertama yang menggunakan tokoh protagonist seorang anak. Sebagai contoh awal dari sebuah novel sosial, Oliver Twist menyedot perhatian publik dari segala lapisan, termasuk Aturan Bagi Kaum Miskin yang menyebutkan kaum miskin harus bekerja di pabrik sebagai buruh dan pengrekrutan anak-anak sebagai kriminal. 

Dickens mengecam kemunafikan yang berlangsung di zaman itu dengan bahasa sarkasme dan sindiran tajam. Karya ini kemungkinan diinspirasi oleh kisah Robert Blincoe, seorang yatim piatu yang menjalani masa-masa sulit hidupnya sebagai seorang buruh anak-anak di perusahaan garmen di era 1830-an. Oliver Twist telah menjadi insiprasi sejumlah film dan program televisi dengan mengadaptasi ceritanya dan menjadi sebab utama kesuksesan film musikal dengan judul Oliver. Salah satu film terbaru tentang Oliver Twist dirilis tahun 1997 yang lalu, disutradarai oleh Tony Bill.

Saya sendiri sempat beberara kali menontonnya, dan terasa tetap seru. Apakah Anda tertarik untuk menontonnya juga? Atau bahkan berminat untuk melahap novelnya? Sila dicari di toko-toko buku kesayangan Anda.. hehehe, jadi promosi ya:D



2011/11/18

Saya Anti ‘Pemerintah’!


Kalau saja saya membuat tulisan ini di masa pemerintahan Orde Baru dulu, mungkin langsung diciduk oleh aparat keamanan. Media yang memuatnya pun akan dibredel. UU Subversif langsung dijadikan alasan. Tapi untunglah di masa kita sekarang kebebasan berpendapat sudah terus dihargai oleh Negara. Credit poin buat government. 

Menurut saya, sepanjang argumentasi yang disampaikan benar dan dapat dipertanggungjawabkan, maka pendapat bagaimanapun dan tentang apapun perlu diappresiasi sebagai penghormatan terhadap kemanusiaan. Kenapa? Karena jalan pikiran manusia itu unik dan tidak bisa dipaksakan untuk diseragamkan maka menghormati jalan pikiran seseorang, berarti menghormati pula nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri.
Lalu, apa argumentasi saya sehingga membuat tulisan yang mungkin terdengar frontal ini? Sederhana saja. Saya minta para pembaca sekalian mengembalikan kata ‘Pemerintah’  pada kata dasarnya, maka keluarlah kata ‘perintah’.

Kata ‘Perintah’ memiliki makna perkataan yg bermaksud menyuruh melakukan sesuatu; suruhan. Maka ‘pemerintah’ adalah orang atau sekelompok orang atau lembaga yang melakukan pekerjaan menyuruh melakukan sesuatu kepada pihak lain. Pemerintah itu inginnya mengeluarkan perintah terus.

Pemerintah’ bisa saja tidak melakukan kewajiban seperti apa yang harus dilakukan oleh yang diperintahnya. Kata pemerintah memunculkan dikotomi yang tajam antara ‘yang memerintah’ dengan ‘yang diperintah’. Relasinya seperti yang ‘berkuasa penuh’ dengan ‘tuna-kuasa’, seperti relasi ‘penjajah’ dan ‘terjajah’. Maka dalam sudut pandang ini, pemerintah pasti selalu merasa benar dan pandai, sementara pihak yg satunya adalah salah dan bodoh.

Hubungan seperti itu jelas tidak sehat dan menimbulkan ekses lain. Yang memerintah atau yang mengeluarkan perintah akan jadi jumawa dan merasa paling benar sehingga akan semakin sok kuasa. Sementara yang diperintah terus menerus akan merasa tertindas, perasaan inferiority complex bisa menjadi penyakit kronis.
Karena jumlah yang diperintah jauh lebih banyak daripada yang memerintah, maka orang-orang yang berpenyakit inferior di suatu negeri itu jauh lebih banyak pula. Akibatnya kontribusi kemajuan bangsa dari orang-orang yang inferior tentu saja sulit diharapkan. Di pihak lain, pemerintah yang sok dengan kuasanya akan bersikap semena-mena, karena rakyat mereka anggap hanyalah objek yang bisa disuruh-suruh, yang bisa diperintah terus.

Oleh karena itu, bagi kita yang selama ini terus di’dubbing massal’untuk menggunakan kata ‘pemerintah’ sebagai ganti predikat terhadap penyelenggara, pengurus, atau aparatur negara saatnyalah mulai sekarang merubah kata itu. Kita mulai dari lingkungan kita, hingga suatu saat diharapkan kata ‘pemerintah’ secara total diganti dengan ‘pengurus negara’ di semua level.

Gagasan ini terlihat sederhana dan sepele, tetapi tidak dalam jangka panjang. Terus menggunakan kata ‘pemerintah’ hanya akan membuat bangsa ini mandeg bahkan mundur ke era seperti zaman penjajahan dulu. Tentu kita semua sebagai anak bangsa yang cinta bangsa dan tanah air Indonesia tidak mau hal itu terjadi. Maka mulailah merubah kata ‘pemerintah’ itu. Karena seperti kata pepatah, change your word, change your world. Merubah kata, akan merubah dunia. Para penggiat NLP (Neuro Linguistics Program) meyakini bahwa mengganti kata akan merubah makna, akan merubah pikiran, dan selanjutnya akan merubah tindakan.

Demikian argumentasi saya menulis judul ini sebagai Saya Anti ‘Pemerintah’. Yang coba saya tolak adalah makna terselubung dalam kata ‘pemerintah’ itu, bukan anti pada pengurus Negara yang saat ini dikepalai oleh Presiden Soesilo bambang Yudhoyono. Mereka tetap kita dukung sampai akhir masa jabatannya. Jadi saya tidak menghasut kan kan pak Beye? Hehehe. Merdeka!

Salam anak negeri.
Bandung, 18 November 2011
Temukan juga disini : kompasiana
dan di: http://hminews.com/opini/saya-anti-%E2%80%98pemerintah%E2%80%99/ 

2009/11/23

2012, KIAMAT, DAN KITAB SUCI


AWW

Tahun 2012 tiba-tiba saja menjadi populer.

Plot diawali tahun 2009, diperlihatkan planet-planet beredar mengelilingi Matahari. Kemudian, close up, permukaan Matahari dengan ledakan solar flare-nya. Terlihat kegiatan yang luar biasa. Setting..pindah ke India tahun 2010, salah satu tambang, diberitakan temperatur didalam terowongan tambang naik hingga 120 derajat Fahreinheit. Pindah lagi kelokasi kegiatan laboratorium Astrofisika di New Delhi. Didiskusikan oleh para ahli, kegiatan ledakan di permukaan Matahari meningkat - mengancam Bumi.

Flare adalah ledakan besar di atmosfer Matahari yang dayanya setara dengan 66 juta kali ledakan bom atom Hiroshima. Coronal Mass Ejection atau CME merupakan ledakan sangat besar yang menyebabkan lontaran partikel berkecepatan 400 kilometer per detik, disebut partikel Neutrinos, yang mampu meningkatkan panas di Inti Bumi, hingga Bumi makin panas – menyebabkan retakan pada lempengan tektonis, gempa bumi, Tsunami, badai dsbnya.

Informasi tersebut dibawa hingga ke gedung putih, Washington DC.

Selanjutnya, singkat kata, Presiden Amerika Serikat, Wilson, menyimpulkan bahwa “ Dunia kita akan berakhir”.
Selanjutnya mudah ditebak, misi penyelamatan, untuk evakuasi sebagian kecil manusia “terpilih” dan sejumlah binatang. Bahtera Noah, 7 buah dibuat oleh gabungan 46 negara, diprakarsai Negara G8, dibuat di China dengan dana yang besar.
Tahun 2011, lukisan Monalisa yang ada di museum Louvre di Parispun diganti dengan yang palsu, untuk menyelamatkan karya seni dari bencana alam yang akan datang……21 Desember 2012.

Plot terakhir, diperlihatkan, bahwa sesudah tanggal 21 Desember 2012. Manusia Bumi meriset kalendarnya, mulai lagi tanggal 1 Tahun 01.

Itulah cuplikan film “2012” yang dibintangi oleh John Cussack. Kini diputar serentak di kota-kota besar di Indonesia.

Prediksi ini diawali karena, salah satunya, perhitungan kalender Bangsa Maya di dekat Mexico menyebutkan bahwa tepatnya tanggal 21 Desember 2012, merupakan "End of Times” - yang kemudian ditafsirkan oleh pembaca ahli sebagai akhir zaman. Kalender Bangsa Maya hingga saat ini termasuk kalender yang paling akurat yang pernah ada di bumi. Sudah banyak kejadian dan fenomena mereka kumpukan dan diterangkan dalam sebuah simbol-simbol dan karakter untuk meramal kehidupan budaya dan akhir jaman.
Pada manuskrip peninggalan suku yang dikenal menguasai ilmu falak dan sistem penanggalan ini, disebutkan pada tanggal di atas akan muncul gelombang galaksi yang besar sehingga mengakibatkan terhentinya semua kegiatan di muka Bumi ini. Ditafsirkan dalam ilustrasi, pusat Galaksi Bima Sakti, Matahari dan planet-planet terletak pada satu garis lurus, in – line. Itulah tanggal 21 Desember 2012.

Tidak kurang, banyak versi tentang 2012 yang diterbitkan dalam berbagai judul buku, sebut saja yang terkenal “ The End Of Time: The Maya Mistery Of 2012 oleh Anthony Aveni atau “Fingerprints Of The Gods” oleh Graham Hancock.

Di luar ramalan suku Maya yang belum diketahui dasar perhitungannya, menurut para ahli Astrofisika, termasuk di Indonesia - fenomena yang dapat diprakirakan kemunculannya pada sekitar tahun 2011-2012 adalah badai Matahari. Prediksi ini berdasarkan pemantauan pusat pemantau cuaca antariksa di beberapa negara sejak tahun 1960-an. Itulah yang disebut Solar Flares, yang siklusnya tiap 11 tahun sekali….yang kemudian diangkat menjadi Film Luar Biasa tentang Kiamat di Bumi.

Tetapi apakah memang akan terjadi Kiamat, kehancuran spesies manusia Bumi di tahun 2012? Banyak ilmuwan meragukan itu, bencana dahsyat mungkin iya, tetapi tidak memusnahkan umat manusia seluruhnya.

Gangguan cuaca Matahari ini dapat memengaruhi kondisi muatan antariksa hingga memengaruhi magnet Bumi, selanjutnya berdampak pada sistem kelistrikan, transportasi yang mengandalkan satelit navigasi global positioning system (GPS) dan sistem komunikasi yang menggunakan satelit komunikasi dan gelombang frekuensi tinggi (HF), serta dapat membahayakan kehidupan atau kesehatan manusia. Jika benar akan mempengaruhi magnet Bumi, maka pengguna alat pacu jantung dapat mengalami gangguan yang berarti.

Salah satu langkah antisipatif yang harus dijalankan di Indonesia, misalnya PLN harus mematikan listriknya menjelang Hari H, karena serbuan miliaran partikel electron yang disebut Neutrinos dengan kecepatan yang sangat tinggi. Serbuan ini memakan waktu beberapa hari, kurang dari seminggu.

Cukup mencemaskan bukan.

Sekali lagi, kegiatan Ledakan Matahari dan Coronal Mass Ejection atau CME, tetap dipantau terus oleh sejumlah Negara. Tahun 2010 baru diketahui bagaimana dampaknya ke Bumi.

Lalu bagaimana perspektif agama?

PERSPEKTIF KITAB SUCI ISLAM.
Sejumlah agama memberi deskripsi tentang Kiamat yang akan memusnahkan Human Race, Ras Manusia di Bumi. Namun untuk membatasi masalah, saya hanya akan melihat khusus dari perspektif Kitab Suci Muslim ya...:D.

Istilah Kiamat dalam bahasa Indonesia sebetulnya keliru diartikan oleh kita semua. Kiamat diambil dari bahasa al Qur’an atau bahasa Arab, dari asal kata “Qiyam” yang artinya “berdiri” atau “bangkit”. Dalam bahasa al Qur’an, makna “al Qiyaamah” adalah ” ketika tulang belulang manusia hingga jarinya disusun kembali dengan ketelitian yang tinggi, bangkit kembali, dan kemudian pindah kedimensi lain, tiba-tiba semua makhluk berdiri menunggu dipadang yang sangat luas - Pengadilan Akhir”. Ini adalah TAHAP KE-2.

Tahap pertama adalah “Kemusnahan makhluk di Bumi” secara umum disebut “as Sa'ah”, nama lain misalnya “al Qari'ah” artinya “The Great Shock” atau “al Waaqi'ah” artinya “Global Disaster”.

Mayoritas Muslim memiliki interpretasi bahwa yang disebut KIAMAT adalah kehancuran Alam Semesta, seluruh Jagad Raya, ini diyakini semenjak ratusan tahun yang lalu mungkin ribuan tahun yang lalu. Dapat dipahami, karena para Ulama dan para guru agama baik disekolah maupun di Masjid-masjid mengajarkan demikian termasuk para penulis buku Islam. Namun kalau kita teliti belasan surat dalam al Qur’an dengan latar belakang astronomi dan astrofisika , maka kita akan mendapat kesimpulan bahwa musnahnya umat manusia di Bumi berkaitan dengan “sekaratnya Bintang Matahari” yang mulai kehabisan bahan bakarnya, Hidrogen.
Karakter yang ditunjukkan adalah sekarat hingga padamnya Matahari, terbaca jelas pada surat at Takwir (menggulung/ berakhir) ayat 1 (The Folded Up, 81:1).

Kesalahan umum para pembaca adalah ketika menterjemahkan “kawkibun” jatuh berserakan dengan “bintang – bintang” jatuh berserakan. “Kawkibun” adalah planet-planet bukan bintang-bintang, ia bersinar tetapi bukan sumber cahaya (The Cleaving, 82:2).

Singkat kata al Qur’an menggambarkan As Sa'ah, proses musnahnya manusia dan sekaratnya Matahari sebagai berikut, dalam bahasa bebas:

Tahap 1:
Ketika Bumi berguncang dan benar-benar berguncang, demikian pula planet-planet berguncang sekeras-kerasnya kesemua arah. Ketika itu langit lemah (keseimbangan antara gaya nuklir Matahari dengan gaya gravitasinya terganggu). Dan langitpun terbelah (atmosfir pecah). Apakah yang kau ketahui tentang The Great Schock (Al Qariah: Peristiwa yang memukul jantung)? Yaitu ketika Manusia diterbangkan keangkasa bagaikan anai-anai, dan gunung-gunungpun dihambur-hamburkan bagai bulu domba. Beradu dan hancur. Air lautpun meluap keatas (dan tidak kembali lagi). Isi kuburanpun dibongkar diaduk berkali-kali. Bumi melepaskan segala isinya (keangkasa). Bumipun menjadi gundul dan kosong (tidak ada gunung, bukit, sungai, laut, ataupun tumbuh-tumbuhan lagi – karena semua ditarik keangkasa luar oleh gravitasi Matahari).

Tahap 2:
Bulan disatukan dengan Matahari (dihisap oleh gravitasi Matahari). Dan Matahari digulung (berakhir dan padam sinarnya). Dalam tahap ini manusia menjalani “kehidupan ke-2” sudah pindah kedimensi lain. Sulit dicerna seperti tidak masuk akal, tetapi itulah yang diberitakan Kitab Suci Islam.
Dalam bahasa sains proses tersebut memakan waktu yang lama, misalnya ketika Matahari Menjadi Red Giant (Raksasa Merah) membesar tetapi kehilangan sinarnya hingga padam (White Dwarf) memakan waktu lebih dari 500 juta tahun. Saat mulai Bulan kehilangan sinarnya hingga dihisap Matahari juga memakan waktu puluhan tahun lebih.

Ajaib, deskripsi tersebut - ternyata - serupa dengan simulasi komputer yang dilakukan oleh para astrofisikawan ketika ingin mengetahui, nasib Tata Surya di akhir siklus pertumbuhannya.

Lalu kapan itu terjadi?

Saat Matahari mulai menipis bahan bakarnya - masih cukup lama.
Dengan demikian jika ada bencana dahsyat di Bumi sebelum itu, tidak akan memusnahkan kehidupan dilingkungan Tata Surya, dan itu berbeda dengan deskripsi “As Saah” sebagaimana dijelaskan dalam Kitab Suci Muslim.

Dalam bahasa agama khususnya Islam. Terjadinya Kiamat (as Sa'ah) tidak diketahui pasti oleh manusia. Namun Tuhan memberi tanda-tanda, baik itu fenomena alam maupun fenomena sosial, yang memberi gambaran bahwa Kiamat makin dekat. Tanda besar yang diberikan oleh al Qur’an adalah “ Keluarnya “Daabah” atau (creature) "bisa serangga hingga ke mahluk apa saja. Sejenis mahluk yang akan mengatakan pada mereka bahwa Kiamat pasti terjadi” (The Ant, 27:82).

Kapan itu?

Ketika Bumi usianya senja, maka akan ada peristiwa alam dimana Magnet Bumi melemah atau bahkan mungkin berbalik arah. Fenomena alam yang sangat aneh itu akan menimbulkan gangguan bagi lingkungan hidup di Bumi, termasuk diantaranya sejumlah binatang yang mengandalkan sistem navigasinya – untuk menentukan arah – berdasarkan aliran medan magnet Bumi. Sebut saja, berbagai macam serangga yang sangat kecil, sejumlah jenis burung, ikan, dan lebah sangat bergantung pada system navigasi ini. Gangguan medan magnet Bumi yang mendekati nol menyebabkan perilaku binatang menjadi liar dan ‘disoriented’. Misalnya, burung dara, kupu-kupu, lebah madu, penyu laut (caretta carebba), lumba-lumba, paus, ikan salmon, udang besar, dan tikus tanah Zambia. Reaksi awal adalah muncul dari sarangnya.

Fenomena sosial yang akan ditunjukkan sebelum Kiamat, merujuk pada HR Muslim (catatan perkataan Nabi yang diceritakan kembali oleh sahabat) antara lain: (1) Musnahnya peradaban manusia (2) Hilangnya agama-agama dunia, dan (3) Kabah, Kiblat Muslim, hancur rata dengan tanah.

Bukankah sekarang ini kita masih mengenal agama-agama dengan baik? Ada Hindu, Budha, Yahudi, Nasrani dan Islam. Bukankah peradaban dunia masih ada ? Dan bukankah Mekkah dan Kabahnya masih berdiri. Magnet Bumipun masih berjalan dengan baik, walaupun ada indikasi melemah?

Dengan demikian, Kiamat Besar (as Saah), yang akan memusnahkan umat manusia – datangnya - masih sangat lama. Tetapi bencana kecil dan sedang, seperti bencana alam, musibah dan kematian, dapat datang sewaktu-waktu. Termasuk hari ini.

Film 2012 adalah film yang menggambarkan bencana alam ketika Coronal Mass Ejection (Ledakkan Nuklir Matahari - Neutrinos) terjadi di tahun 2012, yang mudah-mudahan tidak akan sedahsyat itu - ditambah kaitannya dengan kalendar bangsa Maya yang akan berakhir tanggal 21 Desember 2012 untuk satu siklus.

Diramu, dengan daya jual yang baik, jadilah tontonan teknologi yang dahsyat, bagi yang suka sains atau penggemar film fiksi.

taken from: http://www.facebook .com/topic. php?uid=56010311 874&topic=11716# /topic.php? uid=56010311874&topic=11716