"Mulai dengan Bismillah, Luruskan Niat. Allah Maha Melihat!"


2009/11/23

2012, KIAMAT, DAN KITAB SUCI


AWW

Tahun 2012 tiba-tiba saja menjadi populer.

Plot diawali tahun 2009, diperlihatkan planet-planet beredar mengelilingi Matahari. Kemudian, close up, permukaan Matahari dengan ledakan solar flare-nya. Terlihat kegiatan yang luar biasa. Setting..pindah ke India tahun 2010, salah satu tambang, diberitakan temperatur didalam terowongan tambang naik hingga 120 derajat Fahreinheit. Pindah lagi kelokasi kegiatan laboratorium Astrofisika di New Delhi. Didiskusikan oleh para ahli, kegiatan ledakan di permukaan Matahari meningkat - mengancam Bumi.

Flare adalah ledakan besar di atmosfer Matahari yang dayanya setara dengan 66 juta kali ledakan bom atom Hiroshima. Coronal Mass Ejection atau CME merupakan ledakan sangat besar yang menyebabkan lontaran partikel berkecepatan 400 kilometer per detik, disebut partikel Neutrinos, yang mampu meningkatkan panas di Inti Bumi, hingga Bumi makin panas – menyebabkan retakan pada lempengan tektonis, gempa bumi, Tsunami, badai dsbnya.

Informasi tersebut dibawa hingga ke gedung putih, Washington DC.

Selanjutnya, singkat kata, Presiden Amerika Serikat, Wilson, menyimpulkan bahwa “ Dunia kita akan berakhir”.
Selanjutnya mudah ditebak, misi penyelamatan, untuk evakuasi sebagian kecil manusia “terpilih” dan sejumlah binatang. Bahtera Noah, 7 buah dibuat oleh gabungan 46 negara, diprakarsai Negara G8, dibuat di China dengan dana yang besar.
Tahun 2011, lukisan Monalisa yang ada di museum Louvre di Parispun diganti dengan yang palsu, untuk menyelamatkan karya seni dari bencana alam yang akan datang……21 Desember 2012.

Plot terakhir, diperlihatkan, bahwa sesudah tanggal 21 Desember 2012. Manusia Bumi meriset kalendarnya, mulai lagi tanggal 1 Tahun 01.

Itulah cuplikan film “2012” yang dibintangi oleh John Cussack. Kini diputar serentak di kota-kota besar di Indonesia.

Prediksi ini diawali karena, salah satunya, perhitungan kalender Bangsa Maya di dekat Mexico menyebutkan bahwa tepatnya tanggal 21 Desember 2012, merupakan "End of Times” - yang kemudian ditafsirkan oleh pembaca ahli sebagai akhir zaman. Kalender Bangsa Maya hingga saat ini termasuk kalender yang paling akurat yang pernah ada di bumi. Sudah banyak kejadian dan fenomena mereka kumpukan dan diterangkan dalam sebuah simbol-simbol dan karakter untuk meramal kehidupan budaya dan akhir jaman.
Pada manuskrip peninggalan suku yang dikenal menguasai ilmu falak dan sistem penanggalan ini, disebutkan pada tanggal di atas akan muncul gelombang galaksi yang besar sehingga mengakibatkan terhentinya semua kegiatan di muka Bumi ini. Ditafsirkan dalam ilustrasi, pusat Galaksi Bima Sakti, Matahari dan planet-planet terletak pada satu garis lurus, in – line. Itulah tanggal 21 Desember 2012.

Tidak kurang, banyak versi tentang 2012 yang diterbitkan dalam berbagai judul buku, sebut saja yang terkenal “ The End Of Time: The Maya Mistery Of 2012 oleh Anthony Aveni atau “Fingerprints Of The Gods” oleh Graham Hancock.

Di luar ramalan suku Maya yang belum diketahui dasar perhitungannya, menurut para ahli Astrofisika, termasuk di Indonesia - fenomena yang dapat diprakirakan kemunculannya pada sekitar tahun 2011-2012 adalah badai Matahari. Prediksi ini berdasarkan pemantauan pusat pemantau cuaca antariksa di beberapa negara sejak tahun 1960-an. Itulah yang disebut Solar Flares, yang siklusnya tiap 11 tahun sekali….yang kemudian diangkat menjadi Film Luar Biasa tentang Kiamat di Bumi.

Tetapi apakah memang akan terjadi Kiamat, kehancuran spesies manusia Bumi di tahun 2012? Banyak ilmuwan meragukan itu, bencana dahsyat mungkin iya, tetapi tidak memusnahkan umat manusia seluruhnya.

Gangguan cuaca Matahari ini dapat memengaruhi kondisi muatan antariksa hingga memengaruhi magnet Bumi, selanjutnya berdampak pada sistem kelistrikan, transportasi yang mengandalkan satelit navigasi global positioning system (GPS) dan sistem komunikasi yang menggunakan satelit komunikasi dan gelombang frekuensi tinggi (HF), serta dapat membahayakan kehidupan atau kesehatan manusia. Jika benar akan mempengaruhi magnet Bumi, maka pengguna alat pacu jantung dapat mengalami gangguan yang berarti.

Salah satu langkah antisipatif yang harus dijalankan di Indonesia, misalnya PLN harus mematikan listriknya menjelang Hari H, karena serbuan miliaran partikel electron yang disebut Neutrinos dengan kecepatan yang sangat tinggi. Serbuan ini memakan waktu beberapa hari, kurang dari seminggu.

Cukup mencemaskan bukan.

Sekali lagi, kegiatan Ledakan Matahari dan Coronal Mass Ejection atau CME, tetap dipantau terus oleh sejumlah Negara. Tahun 2010 baru diketahui bagaimana dampaknya ke Bumi.

Lalu bagaimana perspektif agama?

PERSPEKTIF KITAB SUCI ISLAM.
Sejumlah agama memberi deskripsi tentang Kiamat yang akan memusnahkan Human Race, Ras Manusia di Bumi. Namun untuk membatasi masalah, saya hanya akan melihat khusus dari perspektif Kitab Suci Muslim ya...:D.

Istilah Kiamat dalam bahasa Indonesia sebetulnya keliru diartikan oleh kita semua. Kiamat diambil dari bahasa al Qur’an atau bahasa Arab, dari asal kata “Qiyam” yang artinya “berdiri” atau “bangkit”. Dalam bahasa al Qur’an, makna “al Qiyaamah” adalah ” ketika tulang belulang manusia hingga jarinya disusun kembali dengan ketelitian yang tinggi, bangkit kembali, dan kemudian pindah kedimensi lain, tiba-tiba semua makhluk berdiri menunggu dipadang yang sangat luas - Pengadilan Akhir”. Ini adalah TAHAP KE-2.

Tahap pertama adalah “Kemusnahan makhluk di Bumi” secara umum disebut “as Sa'ah”, nama lain misalnya “al Qari'ah” artinya “The Great Shock” atau “al Waaqi'ah” artinya “Global Disaster”.

Mayoritas Muslim memiliki interpretasi bahwa yang disebut KIAMAT adalah kehancuran Alam Semesta, seluruh Jagad Raya, ini diyakini semenjak ratusan tahun yang lalu mungkin ribuan tahun yang lalu. Dapat dipahami, karena para Ulama dan para guru agama baik disekolah maupun di Masjid-masjid mengajarkan demikian termasuk para penulis buku Islam. Namun kalau kita teliti belasan surat dalam al Qur’an dengan latar belakang astronomi dan astrofisika , maka kita akan mendapat kesimpulan bahwa musnahnya umat manusia di Bumi berkaitan dengan “sekaratnya Bintang Matahari” yang mulai kehabisan bahan bakarnya, Hidrogen.
Karakter yang ditunjukkan adalah sekarat hingga padamnya Matahari, terbaca jelas pada surat at Takwir (menggulung/ berakhir) ayat 1 (The Folded Up, 81:1).

Kesalahan umum para pembaca adalah ketika menterjemahkan “kawkibun” jatuh berserakan dengan “bintang – bintang” jatuh berserakan. “Kawkibun” adalah planet-planet bukan bintang-bintang, ia bersinar tetapi bukan sumber cahaya (The Cleaving, 82:2).

Singkat kata al Qur’an menggambarkan As Sa'ah, proses musnahnya manusia dan sekaratnya Matahari sebagai berikut, dalam bahasa bebas:

Tahap 1:
Ketika Bumi berguncang dan benar-benar berguncang, demikian pula planet-planet berguncang sekeras-kerasnya kesemua arah. Ketika itu langit lemah (keseimbangan antara gaya nuklir Matahari dengan gaya gravitasinya terganggu). Dan langitpun terbelah (atmosfir pecah). Apakah yang kau ketahui tentang The Great Schock (Al Qariah: Peristiwa yang memukul jantung)? Yaitu ketika Manusia diterbangkan keangkasa bagaikan anai-anai, dan gunung-gunungpun dihambur-hamburkan bagai bulu domba. Beradu dan hancur. Air lautpun meluap keatas (dan tidak kembali lagi). Isi kuburanpun dibongkar diaduk berkali-kali. Bumi melepaskan segala isinya (keangkasa). Bumipun menjadi gundul dan kosong (tidak ada gunung, bukit, sungai, laut, ataupun tumbuh-tumbuhan lagi – karena semua ditarik keangkasa luar oleh gravitasi Matahari).

Tahap 2:
Bulan disatukan dengan Matahari (dihisap oleh gravitasi Matahari). Dan Matahari digulung (berakhir dan padam sinarnya). Dalam tahap ini manusia menjalani “kehidupan ke-2” sudah pindah kedimensi lain. Sulit dicerna seperti tidak masuk akal, tetapi itulah yang diberitakan Kitab Suci Islam.
Dalam bahasa sains proses tersebut memakan waktu yang lama, misalnya ketika Matahari Menjadi Red Giant (Raksasa Merah) membesar tetapi kehilangan sinarnya hingga padam (White Dwarf) memakan waktu lebih dari 500 juta tahun. Saat mulai Bulan kehilangan sinarnya hingga dihisap Matahari juga memakan waktu puluhan tahun lebih.

Ajaib, deskripsi tersebut - ternyata - serupa dengan simulasi komputer yang dilakukan oleh para astrofisikawan ketika ingin mengetahui, nasib Tata Surya di akhir siklus pertumbuhannya.

Lalu kapan itu terjadi?

Saat Matahari mulai menipis bahan bakarnya - masih cukup lama.
Dengan demikian jika ada bencana dahsyat di Bumi sebelum itu, tidak akan memusnahkan kehidupan dilingkungan Tata Surya, dan itu berbeda dengan deskripsi “As Saah” sebagaimana dijelaskan dalam Kitab Suci Muslim.

Dalam bahasa agama khususnya Islam. Terjadinya Kiamat (as Sa'ah) tidak diketahui pasti oleh manusia. Namun Tuhan memberi tanda-tanda, baik itu fenomena alam maupun fenomena sosial, yang memberi gambaran bahwa Kiamat makin dekat. Tanda besar yang diberikan oleh al Qur’an adalah “ Keluarnya “Daabah” atau (creature) "bisa serangga hingga ke mahluk apa saja. Sejenis mahluk yang akan mengatakan pada mereka bahwa Kiamat pasti terjadi” (The Ant, 27:82).

Kapan itu?

Ketika Bumi usianya senja, maka akan ada peristiwa alam dimana Magnet Bumi melemah atau bahkan mungkin berbalik arah. Fenomena alam yang sangat aneh itu akan menimbulkan gangguan bagi lingkungan hidup di Bumi, termasuk diantaranya sejumlah binatang yang mengandalkan sistem navigasinya – untuk menentukan arah – berdasarkan aliran medan magnet Bumi. Sebut saja, berbagai macam serangga yang sangat kecil, sejumlah jenis burung, ikan, dan lebah sangat bergantung pada system navigasi ini. Gangguan medan magnet Bumi yang mendekati nol menyebabkan perilaku binatang menjadi liar dan ‘disoriented’. Misalnya, burung dara, kupu-kupu, lebah madu, penyu laut (caretta carebba), lumba-lumba, paus, ikan salmon, udang besar, dan tikus tanah Zambia. Reaksi awal adalah muncul dari sarangnya.

Fenomena sosial yang akan ditunjukkan sebelum Kiamat, merujuk pada HR Muslim (catatan perkataan Nabi yang diceritakan kembali oleh sahabat) antara lain: (1) Musnahnya peradaban manusia (2) Hilangnya agama-agama dunia, dan (3) Kabah, Kiblat Muslim, hancur rata dengan tanah.

Bukankah sekarang ini kita masih mengenal agama-agama dengan baik? Ada Hindu, Budha, Yahudi, Nasrani dan Islam. Bukankah peradaban dunia masih ada ? Dan bukankah Mekkah dan Kabahnya masih berdiri. Magnet Bumipun masih berjalan dengan baik, walaupun ada indikasi melemah?

Dengan demikian, Kiamat Besar (as Saah), yang akan memusnahkan umat manusia – datangnya - masih sangat lama. Tetapi bencana kecil dan sedang, seperti bencana alam, musibah dan kematian, dapat datang sewaktu-waktu. Termasuk hari ini.

Film 2012 adalah film yang menggambarkan bencana alam ketika Coronal Mass Ejection (Ledakkan Nuklir Matahari - Neutrinos) terjadi di tahun 2012, yang mudah-mudahan tidak akan sedahsyat itu - ditambah kaitannya dengan kalendar bangsa Maya yang akan berakhir tanggal 21 Desember 2012 untuk satu siklus.

Diramu, dengan daya jual yang baik, jadilah tontonan teknologi yang dahsyat, bagi yang suka sains atau penggemar film fiksi.

taken from: http://www.facebook .com/topic. php?uid=56010311 874&topic=11716# /topic.php? uid=56010311874&topic=11716

Menjadi Penguasa Belum Tentu Memimpin


Kamis, 19 November 2009 | 03:21 WIB



Dari pengalaman berpartai sejak gemuruh reformasi 1998, Anis Matta berpendapat, memimpin bangsa jauh lebih berat dari sekadar memenangi pemilihan umum. Ketika kemenangan tidak disertai kapasitas memimpin, distribusi kekuasaan politik harus dilakukan sehingga ide besar untuk kesejahteraan rakyat tak dapat diwujudkan.

Anis Matta, yang turut membidani kelahiran Partai Keadilan, kini bermetamorfosis menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), memandang gerakan dakwah perlu menjadi perjuangan yang melembaga dalam struktur politik karena inti dari gerakan itu adalah penyadaran untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

Ia meyakini bahwa partai politik yang mengandalkan figur untuk memimpin akan habis di tengah jalan. Sosok figur cepat atau lambat akan berakhir, sementara ide terus berkembang. Partai politik hanya akan bertahan dengan ide dan organisasi yang tangguh.

Meski begitu, sejak era Orde Lama, negeri ini sudah menghabiskan banyak energi untuk konflik ideologi yang disebut Anis tidak relevan bagi pertumbuhan bangsa semajemuk Indonesia. Konflik aliran yang dilabeli sebagai kelompok Islam dan nasionalis, misalnya.

Berikut petikan wawancara Kompas dengan Anis Matta, beberapa waktu lalu:

PKS dipandang membawa politik beridentitas Islam. Seberapa aliran politik ini mengakomodasi pluralisme?

Kita ini bangsa yang majemuk, lahir dari beragam identitas lokal, dibentuk oleh satu identitas besar sebagai bangsa. Penting bagi setiap kelompok politik untuk mempunyai basis ideologi. Itu adalah referensi pembelajaran untuk merumuskan masa depan. Kita bisa punya banyak referensi dan Islam adalah salah satunya.

Tidak ada satu bangsa yang diwarnai hanya oleh satu ideologi, pasti selalu beragam, apalagi bangsa sebesar kita.

Adalah kesalahan besar untuk mengeliminasi identitas kelompok. Namun, kesalahan juga bagi kelompok jika tidak bisa mengintegrasikan ideologinya dalam kehidupan berbangsa. Dibutuhkan proses integrasi karena selama ini kita kerap hidup dalam dikotomi. Saya tidak perlu memisahkan identitas saya sebagai Muslim dan orang Indonesia karena itu bukan dua hal yang bertentangan.

Sekarang ini kita justru perlu lebih banyak lagi sumber pembelajaran untuk mengisi kevakuman pemikiran dari mana pun datangnya, termasuk dari Barat dan Islam.

Pluralisme adalah fakta yang membentuk watak keindonesiaan kita. Tidak ada satu agama yang datang ke Indonesia bisa menghilangkan pluralisme tadi. Kita ini bangsa yang luar biasa elastis dan begitu terbuka.

Ketika membawa Islam dalam perpolitikan, kami juga datang dengan kesadaran pluralisme seperti itu. Tetapi, pluralisme bukan berarti kita tidak mempunyai identitas.

Bagaimana Anda memandang penerapan syariat Islam dalam hukum formal di Indonesia?

Ketika merumuskan suatu regulasi, misalnya di DPR, kita perlu memakai banyak referensi. Kita mempelajari hukum dari Barat, dari Timur, syariat Islam juga salah satunya.

Banyak orang keliru memandang soal ini. Syariat Islam itu amat luas dan bagian hukum pidana dalam syariat Islam sebenarnya hanya sedikit. Hukum pidana dalam Islam itu membutuhkan terms and conditions (persyaratan) untuk diterapkan. Misalnya, hukum potong tangan hanya bisa diterapkan bila pada umumnya masyarakat sudah sejahtera.

Contoh lain, hukum rajam untuk perzinaan. Rajam adalah sanksi, tetapi untuk sampai pada sanksi, proses pembuktiannya terlalu rumit. Misalnya, diperlukan empat orang yang menyaksikan seseorang berzina dan menyaksikan dengan amat jelas. Seseorang bisa disaksikan oleh empat orang berzina sejelas itu mungkin ketika memproduksi film porno, live show, atau membuat pesta seks. Artinya tidak sekadar berzina, tetapi mempertontonkan perzinaan.

Saya melihat salah pandang seperti itu tidak terjadi pada syariat Islam, tetapi juga banyak sumber hukum yang lain. Proses pembuatan hukum di Indonesia sering tidak matang karena referensinya tidak betul-betul dipahami dengan baik.

Sebagai Wakil Ketua DPR, apa yang akan Anda lakukan menyikapi itu?

Dalam periode saya sekarang, misi saya pribadi di pimpinan DPR adalah memperkuat infrastruktur legislasi. Pekerjaan politisi seharusnya berbasis intelektual karena yang kita buat adalah aturan bagi semua orang. DPR itu, menurut saya, adalah akal kolektif bangsa Indonesia.

DPR harus mempunyai basis riset akademis yang kuat dalam pembuatan regulasi. Saya sudah mengusulkan di pimpinan DPR agar kita segera membangun perpustakaan besar sejenis dengan perpustakaan kongres di AS, yang merupakan perpustakaan terbesar di AS. Basis riset perlu menjadi tulang punggung pembuatan regulasi. Metode dengar pendapat dan studi banding yang dipakai selama ini hanya jadi sentuhan akhir saja.

Tetapi, makin mudah sekarang menjadi anggota DPR?

Sistem politik memungkinkan untuk itu. Media sosialisasi pun jauh lebih luas, tetapi fenomena ini tidak akan bertahan lama. Tidak semua yang masuk ke politik akan bertahan sebagai politisi, Menurut saya, yang akan bertahan di dunia politik ini adalah mereka yang punya niat baik dan kompetensi untuk memberi. Mereka yang mencari hidup di dunia politik tidak akan bertahan.

Bagaimana Anda melihat perpolitikan di Indonesia sekarang?

Perkembangan politik kita sekarang sangat menjanjikan. Kita adalah bangsa besar yang diberi kesempatan berkompetisi secara sehat oleh sistem politik kita, mulai dari struktur tertinggi hingga tingkat desa, terjadi suatu seleksi kepemimpinan secara sistemik. Cepat atau lambat, sistem ini akan memilih putra-putra terbaik dari bangsa kita ini untuk memimpin. Yang paling diuntungkan oleh sistem ini adalah mereka yang berumur 10-15 tahun pada awal reformasi. Mereka hidup dalam era kompetisi dan menyiapkan diri lebih baik untuk memimpin. Sekarang masih banyak karut-marut, tetapi sistem ini akan memproduksi output yang jauh lebih baik di kemudian hari, bukan sekarang.

Bagaimana Anda melihat kepemimpinan nasional pada 2014 dan setelahnya?

Saya melihat PKS punya dua masalah, soal kapasitas untuk memimpin di tataran strategis dan kapasitas untuk menang di tataran taktis. Menurut saya, memenangi pemilu itu pekerjaan yang tidak terlalu sulit, memimpin lebih sulit. Kita belajar dari kepemimpinan di era Reformasi selama 10 tahun terakhir ini. Bagaimana parpol muncul mendadak, menjadi besar, lalu turun terus. Bagaimana seorang pemimpin atau figur naik, kemudian turun dan lenyap seketika.

Misalkan Anda seorang presiden, kalau Anda tidak datang dengan sebuah tim yang besar, pekerjaan pertama yang harus Anda lakukan adalah distribusi politik, membagi-bagikan kekuasaan itu pada orang lain, Tim yang Anda bentuk pada saat memimpin itu adalah tim yang dicomot dari sana-sini. Tak akan ada satu ide besar yang bisa direalisasikan dengan cara itu.

Karena itu, saya berpikir bahwa ini bukan sekadar persoalan figur, kita perlu bicara tentang ide-ide besar dan kapasitas besar untuk memimpin. Tidak semua yang menang itu akhirnya berkuasa dan tidak semua yang berkuasa pada akhirnya memimpin. Saya malah khawatir negeri kita ini sebenarnya dipimpin oleh the ghost leaders (para pemimpin bayangan).

Dulu penguasa adalah sekaligus pemimpin. Soekarno berkuasa dan benar-benar memimpin, tidak ada ghost leaders di zamannya, Soeharto berkuasa dan benar-benar memimpin. Sekarang ini yang ada adalah the ghost leaders. Mereka itulah pemimpin sebenarnya, cuma kita tidak tahu siapa.

Saya kira bukan keharusan PKS mengajukan calon pemimpin sendiri pada 2014. Lebih penting mempertahankan posisi yang kokoh dalam arus besar politik sambil memberi bukti bahwa kami punya kapasitas dengan kinerja yang baik.

***

ANIS MATTA

• Lahir: Bone, Sulawesi Selatan, 7 Desember 1968

• Jabatan: Wakil Ketua DPR (2009-2014)

• Pendidikan:
• Sarjana Strata 1 bidang Syariat Islam dari LIPIA (1992)
• KSA IX Lemhannas (2001)

• Karier:
• Direktur Pusat Studi Islam Al-Manar

• Presiden Komisaris PT Manara Inti Tijara
• Komisaris PT Indo Media Green Pages
• Dosen Agama Islam Fakultas Ekonomi UI, Program Extention (1996 -1998)
• Anggota DPR 2004-2009• Anggota DPR 2009-2014
• Kegiatan Lain:

• Anggota Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
• Anggota Majelis Hikmah PP Muhammadiyah (2000-2005)
• Anggota Ikatan Alumni Lemhannas (2001-2006)
• Sekjen DPP Partai Keadilan Sejahtera (2003-2010) [Kompas, 19/11/2009]
Oleh: Nur Hidayati

2009/09/25

Indonesia, Truly Atlantis……….





7 March 2009 611 views 3 Comments
atlantis3

Ingat iklan pariwisata Malaysia yang cantik itu ? Malaysia, Truly Asia…
Banyak orang kita yang sebal melihat iklan yang bagus itu, karena banyak hal-hal yang digambarkan dalam iklan itu sebenarnya lebih banyak dijumpai di pelbagai wilayah Indonesia dari pada di Malaysia.
Yah, kita selalu ‘keduluan’ oleh mereka.
Hal lain yang menyebalkan menyangkut negeri tercinta ini adalah manakala ada yang mengatakan bahwa banyak orang di Amerika atau di luar negeri yang tidak mengenal Indonesia. Katanya mereka tahu Bali, tapi Indonesia itu dimana sih…., konon tanya mereka…..
Tapi perkembangan terbaru rada beda ; mempromosikan Indonesia akhir-akhir ini mestinya ibarat mendayung perahu ke hilir, yang didorong arus sungai dari belakang. Banyak kemudahan yang didapat secara gratis.
Bukan hanya akibat kedatangan Hillary Rodam Clinton, tapi terutama oleh ulah Prof. Arysio N. dos Santos yang menerbitkan buku yang menggemparkan : “Atlantis the Lost Continents Finally Found”.
Dimana ditemukannya ?
Secara tegas dinyatakannya bahwa lokasi Atlantis yang hilang sejak kira-kira 11.600 tahun yang lalu itu adalah di Indonesia (!).
Selama ini, benua yang diceritakan Plato 2.500 tahun yang lalu itu adalah benua yang dihuni oleh bangsa Atlantis yang memiliki peradaban yang sangat tinggi dengan alamnya yang sangat kaya, yang kemudian hilang tenggelam ke dasar laut oleh bencana banjir dan gempa bumi sebagai hukuman dari para Dewa. Kisah Atlantis ini dibahas dari masa ke masa, dan upaya penelusuran terus pula dilakukan guna menemukan sisa-sisa peradaban tinggi yang telah dicapai oleh bangsa Atlantis itu.
Pencarian dilakukan di samudera Atlantik, Laut Tengah, Caribea, sampai ke kutub Utara. Pencarian ini sama sekali tidak ada hasilnya, sehingga sebagian orang beranggapan bahwa yang diceritakan Plato itu hanyalah negeri dongeng semata.

santos

Profesor Santos yang ahli Fisika Nuklir ini menyatakan bahwa Atlantis tidak pernah ditemukan karena dicari di tempat yang salah.
Lokasi yang benar secara menyakinkan adalah Indonesia, katanya. Dia mengatakan bahwa dia sudah meneliti kemungkinan lokasi Atlantis selama 29 tahun terakhir ini.
Ilmu yang digunakan Santos dalam menelusur lokasi Atlantis ini adalah ilmu Geologi, Astronomi, Paleontologi, Archeologi, Linguistik, Ethnologi, dan Comparative Mythology.
Kualifikasi Santos dapat dilihat dengan cara di KLIK DISINI.
Buku Santos sewaktu ditanyakan ke ‘Amazon.com’ seminggu yang lalu ternyata habis tidak bersisa. Bukunya ini terlink ke 400 buah sites di Internet, dan websitenya sendiri menurut Santos selama ini telah dikunjungi sebanyak 2.500.000 visits.
Ini adalah iklan gratis untuk mengenalkan Indonesia secara efektif ke dunia luar, yang tidak memerlukan dana 1 sen pun dari Pemerintah RI.
Sebagaimana dapat diikuti dari websitenya, Plato menulis tentang Atlantis pada masa dimana Yunani masih menjadi pusat kebudayaan Dunia Barat (Western World).
Sampai saat ini belum dapat dideteksi apakah sang ahli falsafah ini hanya menceritakan sebuah mitos, moral fable, science fiction, ataukah sebenarnya dia menceritakan sebuah kisah sejarah. Ataukah pula dia menjelaskan sebuah fakta secara jujur bahwa Atlantis adalah sebuah realitas absolut ?
Plato bercerita bahwa Atlantis adalah sebuah negara makmur dengan emas, batuan mulia, dan ‘mother of all civilazation’ dengan kerajaan berukuran benua yang menguasai pelayaran, perdagangan, menguasai ilmu metalurgi, memiliki jaringan irigasi, dengan kehidupan berkesenian, tarian, teater, musik, dan olahraga.
Warga Atlantis yang semula merupakan orang-orang terhormat dan kaya, kemudian berubah menjadi ambisius. Para dewa kemudian menghukum mereka dengan mendatangkan banjir, letusan gunung berapi, dan gempa bumi yang sedemikian dahsyatnya sehingga menenggelamkan seluruh benua itu.
Kisah-kisah sejenis atau mirip kisah Atlantis ini yang berakhir dengan bencana banjir dan gempa bumi, ternyata juga ditemui dalam kisah-kisah sakral tradisional di berbagai bagian dunia, yang diceritakan dalam bahasa setempat.
Menurut Santos, ukuran waktu yang diberikan Plato 11.600 tahun BP (Before Present), secara tepat bersamaan dengan berakhirnya Zaman Es Pleistocene, yang juga menimbulkan bencana banjir dan gempa yang sangat hebat.
Bencana ini menyebabkan punahnya 70% dari species mamalia yang hidup saat itu, termasuk kemungkinan juga dua species manusia : Neandertal dan Cro-Magnon.
Sebelum terjadinya bencana banjir itu, pulau Sumatera, pulau Jawa, Kalimantan dan Nusa Tenggara masih menyatu dengan semenanjung Malaysia dan benua Asia.

atlantis1

Gambar 1 : Atlantis

Sulawesi, Maluku dan Irian masih menyatu dengan benua Australia dan terpisah dengan Sumatera dan lain-lain itu. Kedua kelompok pulau ini dipisahkan oleh sebuah
Gambar 2 : Atlantis (National Geographic Magazine)
Gambar 2 : Atlantis (National Geographic Magazine)

selat yang mengikuti garis ‘Wallace’. Lihat gambar 1.
Posisi Indonesia terletak pada 3 lempeng tektonis yang saling menekan, yang menimbulkan sederetan gunung berapi mulai dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan terus ke Utara sampai ke Filipina yang merupakan bagian dari ‘Ring of Fire’.
Gunung utama yang disebutkan oleh Santos, yang memegang peranan penting dalam bencana ini adalah Gunung Krakatau dan ‘sebuah gunung lain’ (kemungkinan Gunung Toba). Gunung lain yang disebut-sebut (dalam kaitannya dengan kisah-kisah mytologi adalah Gunung Semeru, Gunung Agung, dan Gunung Rinjani.
Bencana alam beruntun ini menurut Santos dimulai dengan ledakan dahsyat gunung Krakatau, yang memusnahkan seluruh gunung itu sendiri, dan membentuk sebuah kaldera besar yaitu selat Sunda yang jadinya memisahkan pulau Sumatera dan Jawa.
Letusan ini menimbulkan tsunami dengan gelombang laut yang sangat tinggi, yang kemudian menutupi dataran-dataran rendah diantara Sumatera dengan Semenanjung Malaysia, diantara Jawa dan Kalimantan, dan antara Sumatera dan Kalimantan.
Abu hasil letusan gunung Krakatau yang berupa ‘fly-ash’ naik tinggi ke udara dan ditiup angin ke seluruh bagian dunia yang pada masa itu sebagian besar masih ditutup es (Zaman Es Pleistocene) .
Abu ini kemudian turun dan menutupi lapisan es. Akibat adanya lapisan abu, es kemudian mencair sebagai akibat panas matahari yang diserap oleh lapisan abu tersebut.
Gletser di kutub Utara dan Eropah kemudian meleleh dan mengalir ke seluruh bagian bumi yang rendah, termasuk Indonesia.
Banjir akibat tsunami dan lelehan es inilah yang menyebabkan air laut naik sekitar 130 meter diatas dataran rendah Indonesia. Dataran rendah di Indonesia tenggelam dibawah muka laut, dan yang tinggal adalah dataran tinggi dan puncak-puncak gunung berapi. Lihat Gambar 1.
Tekanan air yang besar ini menimbulkan tarikan dan tekanan yang hebat pada lempeng-lempeng benua, yang selanjutnya menimbulkan letusan-letusan gunung berapi selanjutnya dan gempa bumi yang dahsyat. Akibatnya adalah berakhirnya Zaman Es Pleitocene secara dramatis.
Dalam bukunya Plato menyebutkan bahwa Atlantis adalah negara makmur yang bermandi matahari sepanjang waktu. Padahal zaman pada waktu itu adalah Zaman Es, dimana temperatur bumi secara menyeluruh adalah kira-kira 15 derajat Celcius lebih dingin dari sekarang.
Lokasi yang bermandi sinar matahari pada waktu itu hanyalah Indonesia yang memang terletak di katulistiwa.
Plato juga menyebutkan bahwa luas benua Atlantis yang hilang itu “….lebih besar dari Lybia (Afrika Utara) dan Asia Kecil digabung jadi satu…”. Luas ini persis sama dengan luas kawasan Indonesia ditambah dengan luas Laut China Selatan..
Menurut Profesor Santos, para ahli yang umumnya berasal dari Barat, berkeyakinan teguh bahwa peradaban manusia berasal dari dunia mereka. Tapi realitas menunjukkan bahwa Atlantis berada di bawah perairan Indonesia dan bukan di tempat lain.

maya_titanosiris1

Santos telah menduga hal ini lebih dari 20 tahunan yang lalu sewaktu dia mencermati tradisi-tradisi suci dari Junani, Roma, Mesir, Mesopotamia, Phoenicia, Amerindian, Hindu, Budha, dan Judeo-Christian.
Walau dikisahkan dalam bahasa mereka masing-masing, ternyata istilah-istilah yang digunakan banyak yang merujuk ke hal atau kejadian yang sama.
Santos menyimpulkan bahwa penduduk Atlantis terdiri dari beberapa suku/etnis, dimana 2 buah suku terbesar adalah Aryan dan Dravidas.
Semua suku bangsa ini sebelumya berasal dari Afrika 3 juta tahun yang lalu, yang kemudian menyebar ke seluruh Eurasia dan ke Timur sampai Auatralia lebih kurang 1 juta tahun yang lalu.
Di Indonesia mereka menemukan kondisi alam yang ideal untuk berkembang, yang menumbuhkan pengetahuan tentang pertanian serta peradaban secara menyeluruh. Ini terjadi pada zaman Pleistocene.
Pada Zaman Es itu, Atlantis adalah surga tropis dengan padang-padang yang indah, gunung, batu-batu mulia, metal berbagai jenis, parfum, sungai, danau, saluran irigasi, pertanian yang sangat produktif, istana emas dengan dinding-dinding perak, gajah, dan bermacam hewan liar lainnya.
Menurut Santos, hanya Indonesialah yang sekaya ini (!).
Ketika bencana yang diceritakan diatas terjadi, dimana air laut naik setinggi kira-kira 130 meter, penduduk Atlantis yang selamat terpaksa keluar dan pindah ke India, Asia Tenggara, China, Polynesia, dan Amerika.
Suku Aryan yang bermigrasi ke India mula-mula pindah dan menetap di lembah Indus. . Karena glacier Himalaya juga mencair dan menimbulkan banjir di lembah Indus, mereka bermigrasi lebih lanjut ke Mesir, Mesopotamia, Palestin, Afrika Utara, dan Asia Utara.
Di tempat-tempat baru ini mereka kemudian berupaya mengembangkan kembali budaya Atlantis yang merupakan akar budaya mereka.
Catatan terbaik dari tenggelamnya benua Atlantis ini dicatat di India melalui tradisi-tradisi cuci di daerah seperti Lanka, Kumari Kandan, Tripura, dan lain-lain. Mereka adalah pewaris dari budaya yang tenggelam tersebut..
Suku Dravidas yang berkulit lebih gelap tetap tinggal di Indonesia..
Migrasi besar-besaran ini dapat menjelaskan timbulnya secara tiba-tiba atau seketika teknologi maju seperti pertanian, pengolahan batu mulia, metalurgi, agama, dan diatas semuanya adalah bahasa dan abjad di seluruh dunia selama masa yang disebut Neolithic Revolution.
Bahasa-bahasa dapat ditelusur berasal dari Sansekerta dan Dravida. Karenanya bahasa-bahasa di dunia sangat maju dipandang dari gramatika dan semantik.
Contohnya adalah abjad. Semua abjad menunjukkan adanya “sidik jari” dari India yang pada masa itu merupakan bagian yang integral dari Indonesia.
Dari Indonesialah lahir bibit-bibit peradaban yang kemudian berkembang menjadi budaya lembah Indus, Mesir, Mesopotamia, Hatti, Junani, Minoan, Crete, Roma, Inka, Maya, Aztek, dan lain-lain.
Budaya-budaya ini mengenal mitos yang sangat mirip. Nama Atlantis diberbagai suku bangsa disebut sebagai Tala, Attala, Patala, Talatala, Thule, Tollan, Aztlan, Tluloc, dan lain-lain.
Itulah ringkasan teori Profesor Santos yang ingin membuktikan bahwa benua atlantis yang hilang itu sebenarnya berada di Indonesia.
Bukti-bukti yang menguatkan Indonesia sebagai Atlantis, dibandingkan dengan lokasi alternative lainnya disimpulkan Profesor Santos dalam suatu matrix yang disebutnya sebagai ‘Checklist’ (KLIK DISINI).
Terlepas dari benar atau tidaknya teori ini, atau dapat dibuktikannya atau tidak kelak keberadaan Atlantis di bawah laut di Indonesia, teori Profesor Santos ini sampai saat ini ternyata mampu menarik perhatian orang-orang luar ke Indonesia.
Teori ini juga disusun dengan argumentasi atau hujjah yang cukup jelas.
Kalau ada yang beranggapan bahwa kualitas bangsa Indonesia sekarang sama sekali “tidak meyakinkan” untuk dapat dikatakan sebagai nenek moyang dari bangsa-bangsa maju yang diturunkannya itu, maka ini adalah suatu proses maju atau mundurnya peradaban yang memakan waktu lebih dari sepuluh ribu tahun.
Contoh kecilnya, ya perbandingan yang sangat populer tentang orang Malaysia dan Indonesia; dimana 30 tahunan yang lalu mereka masih belajar dari kita, dan sekarang mereka relatif berada di depan kita.
Allah SWT juga berfirman bahwa nasib manusia ini memang Dia pergilirkan. Yang mulia suatu saat akan menjadi hina, dan sebaliknya.
Profesor Santos akan terus melakukan penelitian lapangan lebih lanjut guna membuktikan teorinya. Kemajuan teknologi masa kini seperti satelit yang mampu memetakan dasar lautan, kapal selam mini untuk penelitian (sebagaimana yang digunakan untuk menemukan kapal ‘Titanic’), dan beragam peralatan canggih lainnya diharapkannya akan mampu membantu mencari bukti-bukti pendukung yang kini diduga masih tersembunyi di dasar laut di Indonesia.
Apa yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan bangsa Indonesia ?
Bagaimana pula pakar Indonesia dari berbagai disiplin keilmuan menanggapi teori yang sebenarnya “mengangkat” Indonesia ke posisi sangat terhormat : sebagai asal usul peradaban bangsa-bangsa seluruh dunia ini ?
Coba dong beri pula perhatian yang memadai.
Atau coba kita renungkan penyebab Atlantis dulu dihancurkan : penduduk cerdas terhormat yang berubah menjadi ambisius serta berbagai kelakuan buruk lainnya (mungkin ‘korupsi’ salah satunya). Nah, salah-salah Indonesia sang “mantan Atlantis” ini bakal kena hukuman lagi nanti kalau tidak mau berubah seperti yang ditampakkan bangsa ini secara terang-terangan sekarang ini.
Khususnya bagi warga Minang, ada juga ‘utak-atik’ yang bisa dilakukan.
Santos mengatakan berdasarkan penelitiannya bahwa berbagai kisah tentang negara bak ‘surga’ yang kemudian menjadi hilang, bencana banjir besar, letusan gunung berapi, dan gempa dahsyat ditemui pada kisah-kisah berbagai bangsa di seluruh dunia. Kisah ini mirip satu dengan lainnya.
Apa pula kata Tambo Minangkabau tentang ranah Minang zaman baheula ?
“….Pada maso sabalun babalun balun, urang balun pinangpun balun, samaso tanah ameh ko sabingkah jo Simananjuang, kok gunuang baru sabingkah batu, tanah darek balun lai leba……, lah timbua gunung Marapi” (Pada masa serba belum, orang belum pinangpun belum, semasa tanah emas ini masih menyatu dengan Semenanjung, gunung baru sebingkah batu, tanah daratan belum lebar, sudah timbul gunung Merapi). Ada lagi “…waktu bumi basintak naiak, lauik basintak turun…” (Sewaktu daratan bergerak naik, laut bergerak turun).
‘………Samaso tanah ameh sabingkah jo Simananjuang’ , ini adalah masa sewaktu Atlantis masih exist.

menhir_mahat2_t2
Salah satu Menhir di Mahat

Konon kabarnya pula, sejumlah menhir yang berjumlah 800an buah di Mahat posisinya menghadap kearah matahari terbit, atau kearah Timur.
Arah Timur dari Mahat adalah arah lokasi Atlantis versi Santos yang tenggelam oleh tsunami, banjir, letusan gunung berapi dan gempa bumi.Arah Timur dari Mahat adalah arah lokasi Atlantis versi Santos yang tenggelam oleh tsunami, banjir, letusan gunung berapi dan gempa bumi..
Pulau Sumaterapun ternyata tertulis dalam kisah Atlantis, yang disebut sebagai Taprobane.
Dulu Taprobane ini diartikan sebagai Ceylon, tapi kalau melihat ukuran besarnya tidak syak lagi bahwa Taprobane adalah Sumatera yang dikisahkan kaya dengan emas, batuan mulia, dan beragam binatang termasuk gajah.
Itulah kira-kira teori Santos secara sangat ringkas.
Bagi yang berminat untuk membaca lebih jelas, dapat langsung ke website Profesor Santos http://atlan. org/ atau membeli bukunya yang disebutkan diatas ke penerbit ‘Amazon.com’ (kalau sudah ada terbitan barunya).
Dan….perusahaan penerbangan mana yang akan memulai dengan iklan : Indonesia, Truly Atlantis………[eb]

(taken from: milist LM)