"Mulai dengan Bismillah, Luruskan Niat. Allah Maha Melihat!"


2011/04/03

Bila Harus Menulis

Menulis tak lain dari berbicara pada diri sendiri, atau paling tidak seperti berbicara pada diri sendiri. Tapi kenyataannya betapa sulit itu dilakukan.

Bila kita mengeja diri membaca rasa, apakah kesulitan itu karena sang aku tidak pernah atau tidak biasa berbicara dengan/pada diri sendiri? Sedemikian asing dan tidak akrabkan sang aku dengan diri sendiri? sehingga berbica dan bertegur sapa pun jarang dilakukan.

Lalu, kalau kita berniat tuk berbicara dengan diri sendiri, apa yang harus kita ceritakan?

Seperti pada teman, sahabat akrab; mungkinkah kita berbagi cerita tentang pengalaman pahit, manis; kegagalan, kekecewaan, sakit hati, kebahagiaan, keberhasilan, dan lain sebagainya. Tapi kalau kita memang tidak pernah akrab dan mengenal baik diri kita sendiri, bagai mana mungkin kita mempercayainya (diri sendiri) untuk diajak bicara dan berbagi tentang sesuatu yang kita anggap rahasia pribadi, yang bahkan mungkin merupakan aib. Kita tidak mungkin menuliskan itu semua, apabila kita tidak pernah akrab dengan diri sendiri, sepertitidak mungkinnya menceritakan masalah-masalah pribadi pada orang lain.

Ketika menulis, kita harus siap untuk bertelanjang. Jangan kaget, bahwa pada kenyataannya setelah bertelanjang pun kita masih sulit untuk menceritakan diri kita secara utuh dan lengkap. karena, mungkin ada yang kita rasa tabu tuk dikatakan, dan ada pula bagian yang memang benar-benar tidak bisa kita lihat. perlu bantuan cermin atau orang lain tuk mengungkap bagian-bagian yang tersembunyi. atau, paling tidak dengan mengasosiasikan diri kita sebagai orang lain. Pikiran dan pengetahuan kita adalah diri kita sendiri, demikian juga dengan pengalaman-pengalaman kita adalah diri kita seutuhnya. Dengan demikian, ketika kita menulis apa pun, baik pikiran, pengalaman, perasaan atau apa pun, pada kenyataannya adalah menulis tentang diri kita sendiri.

Maka, kalau pun kita harus menulis; menulislah tentang diri kita sendiri.
--
Oleh: Gibson A.

MENULIS SAMA DENGAN MENGGOSIP

Hari pertama kuliah penulisan kreatif, saya bertemu dengan sejumlah mahasiswa semester 2. Umur mereka masih muda, penuh semangat, tapi tampak tak terarah. Motivasi mereka masih naik turun. Tapi mari kita mulai. Kegiatan menulis pun dimulai dengan nyaman, sesekali mereka cekikikan karena ternyata menulis itu memang mudah.

“Menulis sama dengan berbicara, yaitu mengeluarkan apa yang ada di pikiran. Bedanya hanya bentuk saja. Sementara mekanismenya sama, ada gagasan di benak lalu dikeluarkan dalam bentuk tulisan”.

Lalu muncullah sejumlah pertanyaan ini:

Kalau semudah itu, kenapa menulis begitu susah? Baru saja satu baris, terasa jelek dan tak pantas, lalu pikiran mentok dan kegiatan menulispun terhenti.

Itu soal kebiasaan saja. Berbicara terasa mudah karena sejak kecil kita diajari untuk berbicara, melihat orang lain menggosip berjam-jam, dan kita pun kerap mengekpresikan gagasan lewat bicara. Bila kita terbiasa menuliskan gagasan dan mempersedikit bicara, niscaya kita akan lebih mudah menuliskan gagasan daripada membicarakan gagasan.

Kebiasaan menulis di facebook, twit, atau chating sebenarnya bisa membantu. Asal saja sudah mulai diarahkan. Maksudnya coba deh menulis di fb itu janganhanya status iseng, tapi belajarlah menuliskan gagasan. Teruslah menulis, jangan pedulikan benar salahnya materi gagasan. Yang penting menulis saja dulu.

Jadi gimana caranya?

Kita kenali saja dulu sifat dasar pikiran. Kepala kita ini tak pernah berhenti bersuara, selalu saja ada yang dipikirkan. Bahkan pada saat diam, kepala kita terus memproduksi kata-kata yang menilai atau sekadar mereka-reka. Hampir 24 jam pikiran kita memproduksi kata-kata.

Menulis adalah memilih kata-kata, mengarahkannya dalam struktur tertentu sesuai dengan tujuan yang kita harapkan. Hanya saja, bagi pemula, biasanya struktur ketat, keinginan terlalu sempurna, sehingga pikiran justru mampet, nggak mengalir.

Inilah awal masalah dari kegiatan menulis. Begitu struktur terlalu ketat, pikiran-pikiran yang lewat seperti tidak ada gunanya,tak layak dituliskan. Ujung-ujungnya tak ada satupun yang bisa dituliskan. Mampet!

Kedua, kita kenali sifat gagasan. Gagasan itu liar, cepat datang dan cepat pergi. Ketika gagasan muncul dan tidak segera dituliskan atau dibicarakan, ia akan pergi, hilang dan musnah. Karena itu, Imam Ali bin Abi Thalib berpesan, “ikatlah pikiranmu dengan tulisan!”. Jadi, tuliskan gagasanmu itu segera.

Nah, soalnya adalah ketika kita menuliskannya, gagasan itu juga tak sepenuhnya bisa muncul. Ada sesuatu yang menghalanginya, alias mampet. Masalah ini muncul dari ketidakmampuan kita mengenali cara kerja pikiran yang begitu riuh rendah.

Ya, jadi gimana caranya?

Tuliskan tanpa berpikir.

Ini cara pertama yang sederhana. Tuliskan saja tanpa memikirkan struktur, titik-koma, huruf besar huruf kecil, nyambung atau nggak nyambung. Tuliskan saja. Hargai datangnya gagasan dengan mengikatnya.

Latihan dasarnya juga sederhana. Hanya lima menit saja. Ya, sediakan waktu sekitar lima menit, lalu tuliskan apa saja yang melintas di kepalamu, walaupun sekadar kata-kata “apa lagi ya…”, atau “mau nulis apa lagi?”

Terus gimana?

coba dulu tips yang ini, baru boleh tanya lagi!
--

Oleh: Bambang Q Anees

2011/04/01

Everyone is Important

By: Brian Tracy

Everyone has critical skills and knowledge that are important to many other people in the company.

Use Better Titles for Each Person
Some years ago, when I started in business, the job of the receptionist was to answer the telephone and direct the callers to the appropriate people. Today, however, her job is far more complicated and, therefore, more important. Since she is the first contact that most customers have with our business, her personality and temperament are extremely important.

Think About Your Customers
The prospective client who telephones begins forming an impression of us the instant that the telephone is answered. Then, because our companies are doing so many things, she must tactfully ascertain exactly how the caller may be best served and who is the best person in the company to direct the telephone call to.

One Person Can Make the Difference
In many cases, there are requests for further information, and follow-up telephone calls go through our front-office manager. Her ability to handle these calls effectively, to direct calls to the right people, to take accurate messages, and to act as the core person in a network of communications makes her job so important that it is essential that she sit in on all staff meetings and be aware of everything that is going on.


Keep Yourself Informed
Your job in your company also requires that you know a lot about what is going on everywhere else, as well as being thoroughly conversant with what you do. And the fastest and most accurate way of keeping current with what is going on is to develop and maintain a network of contacts, an informal team of people within your workplace who keep you informed and who you keep informed in turn.

Encourage Participation and Involvement
The old methods of command and control now exist only at the old-line companies, many of which are fighting for their very survival. Today, men and women want a high degree of participation and involvement in their work. They want an opportunity to discuss and thoroughly understand what they are doing and why they are doing it. People are no longer satisfied to be cogs in a big machine. They want to have an integral role in achieving goals that they participated in setting in the first place.

Build a Top Team
Being a team player is no longer something that is optional. Today, it is mandatory. If you want to achieve anything of consequence, you will need the help and cooperation of lots of people. Your main objective is to structure everything you do in such a way that, because you are constantly cooperating and working well with others, they are continually open to helping you achieve your goals.

Action Exercises
Here are two things you can do immediately to put these ideas into action.

First, recognize that every person in the company is essential to the smooth functioning of the organization. Take time regularly to discuss their jobs with them and understand what they do.

Second, identify the things that you do that can really affect the work of others. Then, look for ways to do your job so that you help others in every way possible.