"Mulai dengan Bismillah, Luruskan Niat. Allah Maha Melihat!"


2011/11/14

Beralihlah, Dari Ego Menuju Geo


Seorang bijak berkata bahwa dewasa itu adalah sikap. Sama sekali tidak terpaut dengan usia. Boleh jadi mereka yang usianya sudah tua namun belum dewasa, atau sebaliknya, seseorang yang relatif masih muda usianya tapi begitu dewasa sikapnya.

Sebenarnya dewasa itu seperti apa? Pasti akan kita temukan banyak jawaban untuk pertanyaan tersebut. Diantara jawaban yang saya temukan, kalimat berikut ini adalah favorit saya: ‘Orang yang semakin dewasa mulai mengalihkan perhatiannya dari dirinya sendiri ke orang lain! Ada perubahan sikap yang mulai terlihat bagi yang dewasa, terkait perhatian dan kepentingan. 

Semakin dewasa, semakin tidak memikirkan diri sendiri. Perhatiannya sudah tidak mementingkan diri sendiri lagi (ego), tapi bergeser terhadap memikirkan, mengusahakan, dan melayani kepentingan orang lain atau alam sekitarnya (geo). Sikap seperti ini jugalah yang disamakan dengan sikap kepahlawanan. Kepahlawanan itu tidak hanya memikirkan kepentingan orang lain, namun juga rela mengorbankan resources-nya untuk kepentingan orang lain yang lebih banyak. 

 Bagi yang memiliki sikap kepahlawanan ini sudah pasti kedewasaan menjadi identitas mereka. Identitas yang tidak perlu menuntut klaim. Karena klaim yang dilakukan oleh seseorang atas sikap atau hal kepahlawanan yang pernah dilakukannya hanyalah menunjukkan kekerdilan jiwanya.Sementara jiwa yang kerdil tak akan beroleh kebahagiaan. Berbeda dengan jiwa besar, jiwa dewasa, jiwa pahlawan, yang pasti akan berujung pada kebahagiaan. Kebahagian dalam melayani, membantu, dan berbagi. 

Berbagi bisa dengan cara apa saja. Bagi yang mampu secara ekonomi, dapat berbagi dengan hartanya. Bagi yang mampu secara ilmu, dapat berbagi dengan ilmu pengetahuanya. Bagi yang mampu secara tenaga, dapat berbagi dengan tenaganya. Demikian juga bagi yang memiliki kemampuan-kemampuan lainya. 

Kemampuan yang dimiliki oleh orang dewasa ini, mereka anggap adalah benar-benar ‘titipan’ Tuhan Yang Maha Pemberi. Dengan demikian, kewajiban untuk membagikannya adalah perintah yang tidak dapat dikompromikan. Apalagi dalam ajaran agama yang kita yakini, bahwa memberi adalah cara terbaik untuk dapat menerima. Semakin banyak memberi semakin banyak menerima, demikianlah sinyalemen dari the power of giving.

Karena orang dewasa sudah siap mengalihkan kepentingan dirinya (ego) menuju kepentingan orang lain atau  lingkungan dan alam sekitarnya (geo), maka the secret of giving itu sudah terbuka selebar-lebarnya bagi mereka. Semakin mereka melayani geo, semakin pula geo melayani ego. Sehingga janji Allah atas ganjaran bagi yang banyak bersedekah atau berinfak dalam surat al-Baqarah: 261 yang artinya sebagai berikut ini adalah sebuah kebenaran yang nyata.

"Perumpaan orang yang menginfaqkan hartanya pada jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang dikehendaki, Allah maha luas , lagi maha mengetahui." (QS. SURAH-AL-BAQARAH: 261).

Mudah-mudahan kita semua dapat menarik manfaat dari tulisan singkat ini, terutama bagi penulis sendiri. Amiin

*Pictures in this blog are powered by google
Bandung, 14 November 2011

2011/11/11

Status Sejuta Ummat: 111111


Hari ini kita menyaksikan hampir semua orang yang aktif di sosial media –entah itu Facebook, Twitter, Blackberry Messenger, Yahoo Messenger, dlsb- menuliskan angka berikut ini sebagai statusnya: 111111, atau bisa ditulis dengan bentuk lain: 11-11-11, 11-11-2011 atau sebelas sebelas sebelas. 

Kira-kira apa ya motivasi mereka (pembuat status) menulisnya? Macam-macam tentu, dan mereka sendirilah yang tahu persisnya. Namun dalam pandangan saya, setidaknya hal-hal berikut ini menjadi alasannya: mungkin ada yang hanya sekedar iseng saja, ada yang mengikuti ‘trending topic’, ada yang ingin terlihat gaul, ada yang selalu ingin ‘eksis’, dan mungkin juga ada yang percaya dari sisi ‘mistis’-nya? Semoga tidak percaya beneran ya, karena dikhawatirkan jadi perbuatan syirik.

And last but not least, ada juga yang punya motivasi untuk belajar menulis. Seperti saya saat ini. hehehe (maaf tidak bermaksud sombong:). Orang lain saja bisa dengan lincah dan mudahnya menggoreskan tintanya, atau menekan tut keyboardnya, atau memainkan jempolnya untuk menuliskan status fenomenal ini, lalu mengapa saya tidak tertantang untuk melatih diri untuk menulis? Atas dasar ‘tantangan internal’ itulah tulisan singkat ini terlahir.
--

Seandainya saja hari ini adalah Sabtu atau Minggu, atau hari libur nasional, saya yakin akan terjadi kawin massal pada hari ini. Walaupun tetap saja memang banyak yang melangsungkan pernikahannya di hari kerja ini. Bagi mereka semua kita doakan semoga menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warohmah. Amin.

Betapa tidak jadi fenomena, ternyata di masyarakat kita ‘kepercayaan’ pada angka-angka masih sulit dihilangkan. Meskipun dalam agama tidak ada ajarannya. Namun tetap saja fenomena hitung hari, hitung tanggal ini ‘dipercaya’ bisa mendatangkan kebaikan atau keburukan. 

Tadi saya sempat melihat ada seorang teman di Blackberry messenger yang menuliskan status seperti berikut ini: “11-11-11, It’s time to make a wish”. Lho? Ko harus menunggu satu momen seperti hari ini baru make a wish? Di hari lain memang tidak bisa? Tentu saja make a wish bisa kapanpun termasuk hari ini. Namun menganggap hari ini sangat istimewa dibandingkan hari-hari lain agak sedikit lebay ya. Entahlah. Namun ini nyata terjadi di sekitar kita. It’s a phenomenon.
--

Sebagai pribadi yang mengaku beriman kepada Allah yang Maha Kuasa dan Penentu takdir, tentu kita harus mengimani bahwa tidak ada kebaikan dan keburukan diluar takdir-NYA. Hanya DIA-lah penentu segalanya, pengatur kehidupan kita. Kebaikan dan keburukan tentu tidak datang dari tanggal cantik ini. Takdir sudah ditentukan untuk setiap masa yang kita lalui, termasuk hari ini 11-11-2011 dan hari-hari lainnya yang telah dan atau yang akan kita lalui. Mempercayai adanya ‘kekuatan’ 11-11-11 yang dapat mendatangkan kebaikan ataupun keburukan tentu merupakan hal yang terlarang karena mengarah pada ‘menyekutukan’ Tuhan Yang Maha Esa. Na'udzubillahi min dzalik.

Semoga kita senantiasa diberi hidayah dan inayah-Nya untuk selalu bisa berjalan di garis dien yang benar dan mulia serta terhindar dari hal-hal yang menjerumuskan kita kepada perbuatan menyekutukan-NYA. InsyaAllah wa Amiin ya Rabb ‘alamin. 

Berikut ini adalah beberapa ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang larangan berbuat syirik:
Allah SWT berfirman (yang artinya): 

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa besar." (An-Nisaa': 48).  

"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang lain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya." (An-Nisaa': 116). 

"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Jannah, dan tempatnya ialah Neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun." ( Al-Maa-idah: 72). 

“Barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka (adalah) ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (Al-Hajj: 31). 

"Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu: 'Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi'." (Az-Zumar: 65). 

Maha benar Allah dengan segala firman-NYA.
--

Bandung 11-11-2011; 18:32
*pictures in this blog are powered by google 
Dimuat juga di: http://hminews.com/news/status-sejuta-ummat-111111/

Mujaharah

Perbuatan “mujaharah (menyebarkan kemaksiatan)” tampaknya telah menjadi budaya sosial masa kini. Ditunjang oleh kemajuan sains dan teknologi, misalnya melalui HP dan internet, orang tidak merasa risih mempublikasikan kemaksiatan yang telah dilakukannya. Maka, tersebarlah video dan gambar porno yang telah dilakukannya tadi, lalu dilihat dan disaksikan oleh orang sedunia.

Bila rasa malu telah hilang di hati, maka itulah pertanda bahwa keimanan telah terbang meninggalkan diri…

Umat muslim yang baik tentulah memperhatikan pesan Nabinya….

كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إلاَّ الْمُجَاهِرِينَ وَإِنَّ مِنْ الْمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللهُ عَلَيْهِ فَيَقُولَ يَا فُلاَنُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللهِ عَنْهُ (البخارى ، ومسلم عن أبى هريرة) أخرجه البخارى (5/2254 ، رقم 5721) ، ومسلم (4/2291 ، رقم 2990) . (فتح الباري - ابن حجر - (ج 1 / ص 100) قوله إلا المجاهرين أي المعلنين بالمعصية والجهر ضد السر)

Seluruh ummatku dima’afkan kecuali mujahirin (orang-orang yang menyebarkan kemaksiatan)… Termasuk perbuatan mujaharah (menyebarkan maksiat); seseorang yang melakukan perbuatan (maksiat) tertentu di malam hari, kemudian di pagi hari – padahal Allah telah menutupi rahasianya— dia berkata: “Hai fulan! Semalam saya berbuat begini begitu…” Sungguh dia melewati malam hari dimana Tuhannya menutupi rahasianya. Lantas di pagi hari dia singkapkan rahasia yang ditutupi Allah terhadap dirinya.” (HR. Al Bukhari dan Muslim bersumber dari Abu Hurairah)
Na'udzubillahi min dzalik.
---
*Diambil dari tulisan Ustadz Abdul Muis Mahmud