"Mulai dengan Bismillah, Luruskan Niat. Allah Maha Melihat!"


2011/11/15

Gandhi dan Walk the Talk


Picture is powered by google
Diceritakan pada suatu ketika ada seorang ibu yang mulai gusar dengan kebiasaan anaknya yang terus memakan permen. Sudah berkali-kali si ibu menasihati si anak agar tidak terus mengkonsumsinya. Si Ibu melarang karena khawatir gigi anaknya akan cepat berlubang dan rusak. Namun si anak tidak terlalu menghiraukan nasihat ibunya itu dan tetap saja meneruskan kesukaannya.

Hingga suatu ketika si ibu berniat minta nasihat ke seorang bijak yang dia kenal dan juga tokoh yang sangat dikaguminya, Mahatma Gandi. Ya, si ibu menemui tokoh besar india yang luar biasa itu. Dia membawa anaknya serta. 

Sampai di tempat tuan Gandhi berada, si ibu menceritakan maksud dan tujuan dari kedatangannya. Setelah mendengar semua cerita dari si ibu, tuan Gandhi hanya berucap, ‘Datanglah kembali, seminggu lagi’. Hanya itu saja kalimat dari pengajar gerakan a-himsa itu. Tidak ada kalimat lain yang disampaikannya. Karena hormatnya, si ibu menuruti, bersama sang anak ia kembali pulang ke rumahnya. 

Minggu depannya, si ibu kembali datang ke tempat Gandhi. Kemudian Gandhi menghampiri si anak dan menasihatinya. Setelah menerima nasihat dari Gandhi si ibu dan anak pun pulang. Benar saja, setelah menerima nasihat tersebut kebiasaan makan permen si anak berhenti total. Tentu saja si ibu sangat senang melihat perubahan dari anaknya itu. Namun ia bertanya-tanya dalam hati, ko bisa ya nasihat tuan Gandhi yang hanya sekali itu saja bisa merubah kebiasaan si anak.

Dengan rasa penasaran yang sangat, si ibu kembali menemui tuan Gandhi dan bertanya, ‘Wahai tuan guru, apa kiranya kalimat yang tuan guru nasihatkan ke anak saya?”. Tuan Gandhi menjawab dengan tenangnya, ‘Saya hanya minta, Nak, jangan makan permen lagi ya karena bisa merusak gigimu’. Ha, ekspresi si ibu semakin terlihat bingung. Terus si ibu menanyakan, “Kenapa kalau hanya dengan satu kalimat nasihat itu saja saya harus menunggu selama seminggu? Tuan Gandhi menjawab, “Ketika pertama kali ibu datang, saya masih suka mengkonsumsi permen juga. Sehingga saya meminta ibu untuk kembali menemui saya seminggu kemudian. Dan selama seminggu itu saya menghentikan kebiasaan saya makan permen”. 

Wow, luar biasa! sebuah kisah yang sangat inspiratif telah diajarkan oleh founding father India itu kepada dunia. Cerita ini demikian hebatnya sehingga sudah menjadi menu wajib bagi guru-guru kepemimpinan dalam menyampaikan contoh role-model leadership pada setiap trainingnya, atau istilah yang sering disampaikan oleh para trainer ilmu kepemimpinan masa kini adalah walk the talk. Laksanakan apa yang Anda ucapkan. Selaraskan ujaran dan tindakan. Back up your talks with real actions!

Kalimat yang berdaya ubah dahsyat terhadap sikap dan pandangan orang lain adalah kalimat lisan yang dibuktikan dengan tindakan. Walk the talk, seperti kisah di atas. Jika seorang pemimpin pandai berkata-kata, namun tindakan tidak menampilkan kesesuaian dengan perkataannya itu, percayalah, pemimpin seperti ini hanya sedang berjalan menuju pinggir jurang degradasi.

Semoga kita semua bisa menjadi pemimpin yang walk the talk, di level manapun kita berada. Amin. 

Bandung, 15 November 2011
*Dimuat juga di http://hminews.com

2011/11/14

Beralihlah, Dari Ego Menuju Geo


Seorang bijak berkata bahwa dewasa itu adalah sikap. Sama sekali tidak terpaut dengan usia. Boleh jadi mereka yang usianya sudah tua namun belum dewasa, atau sebaliknya, seseorang yang relatif masih muda usianya tapi begitu dewasa sikapnya.

Sebenarnya dewasa itu seperti apa? Pasti akan kita temukan banyak jawaban untuk pertanyaan tersebut. Diantara jawaban yang saya temukan, kalimat berikut ini adalah favorit saya: ‘Orang yang semakin dewasa mulai mengalihkan perhatiannya dari dirinya sendiri ke orang lain! Ada perubahan sikap yang mulai terlihat bagi yang dewasa, terkait perhatian dan kepentingan. 

Semakin dewasa, semakin tidak memikirkan diri sendiri. Perhatiannya sudah tidak mementingkan diri sendiri lagi (ego), tapi bergeser terhadap memikirkan, mengusahakan, dan melayani kepentingan orang lain atau alam sekitarnya (geo). Sikap seperti ini jugalah yang disamakan dengan sikap kepahlawanan. Kepahlawanan itu tidak hanya memikirkan kepentingan orang lain, namun juga rela mengorbankan resources-nya untuk kepentingan orang lain yang lebih banyak. 

 Bagi yang memiliki sikap kepahlawanan ini sudah pasti kedewasaan menjadi identitas mereka. Identitas yang tidak perlu menuntut klaim. Karena klaim yang dilakukan oleh seseorang atas sikap atau hal kepahlawanan yang pernah dilakukannya hanyalah menunjukkan kekerdilan jiwanya.Sementara jiwa yang kerdil tak akan beroleh kebahagiaan. Berbeda dengan jiwa besar, jiwa dewasa, jiwa pahlawan, yang pasti akan berujung pada kebahagiaan. Kebahagian dalam melayani, membantu, dan berbagi. 

Berbagi bisa dengan cara apa saja. Bagi yang mampu secara ekonomi, dapat berbagi dengan hartanya. Bagi yang mampu secara ilmu, dapat berbagi dengan ilmu pengetahuanya. Bagi yang mampu secara tenaga, dapat berbagi dengan tenaganya. Demikian juga bagi yang memiliki kemampuan-kemampuan lainya. 

Kemampuan yang dimiliki oleh orang dewasa ini, mereka anggap adalah benar-benar ‘titipan’ Tuhan Yang Maha Pemberi. Dengan demikian, kewajiban untuk membagikannya adalah perintah yang tidak dapat dikompromikan. Apalagi dalam ajaran agama yang kita yakini, bahwa memberi adalah cara terbaik untuk dapat menerima. Semakin banyak memberi semakin banyak menerima, demikianlah sinyalemen dari the power of giving.

Karena orang dewasa sudah siap mengalihkan kepentingan dirinya (ego) menuju kepentingan orang lain atau  lingkungan dan alam sekitarnya (geo), maka the secret of giving itu sudah terbuka selebar-lebarnya bagi mereka. Semakin mereka melayani geo, semakin pula geo melayani ego. Sehingga janji Allah atas ganjaran bagi yang banyak bersedekah atau berinfak dalam surat al-Baqarah: 261 yang artinya sebagai berikut ini adalah sebuah kebenaran yang nyata.

"Perumpaan orang yang menginfaqkan hartanya pada jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang dikehendaki, Allah maha luas , lagi maha mengetahui." (QS. SURAH-AL-BAQARAH: 261).

Mudah-mudahan kita semua dapat menarik manfaat dari tulisan singkat ini, terutama bagi penulis sendiri. Amiin

*Pictures in this blog are powered by google
Bandung, 14 November 2011

2011/11/11

Status Sejuta Ummat: 111111


Hari ini kita menyaksikan hampir semua orang yang aktif di sosial media –entah itu Facebook, Twitter, Blackberry Messenger, Yahoo Messenger, dlsb- menuliskan angka berikut ini sebagai statusnya: 111111, atau bisa ditulis dengan bentuk lain: 11-11-11, 11-11-2011 atau sebelas sebelas sebelas. 

Kira-kira apa ya motivasi mereka (pembuat status) menulisnya? Macam-macam tentu, dan mereka sendirilah yang tahu persisnya. Namun dalam pandangan saya, setidaknya hal-hal berikut ini menjadi alasannya: mungkin ada yang hanya sekedar iseng saja, ada yang mengikuti ‘trending topic’, ada yang ingin terlihat gaul, ada yang selalu ingin ‘eksis’, dan mungkin juga ada yang percaya dari sisi ‘mistis’-nya? Semoga tidak percaya beneran ya, karena dikhawatirkan jadi perbuatan syirik.

And last but not least, ada juga yang punya motivasi untuk belajar menulis. Seperti saya saat ini. hehehe (maaf tidak bermaksud sombong:). Orang lain saja bisa dengan lincah dan mudahnya menggoreskan tintanya, atau menekan tut keyboardnya, atau memainkan jempolnya untuk menuliskan status fenomenal ini, lalu mengapa saya tidak tertantang untuk melatih diri untuk menulis? Atas dasar ‘tantangan internal’ itulah tulisan singkat ini terlahir.
--

Seandainya saja hari ini adalah Sabtu atau Minggu, atau hari libur nasional, saya yakin akan terjadi kawin massal pada hari ini. Walaupun tetap saja memang banyak yang melangsungkan pernikahannya di hari kerja ini. Bagi mereka semua kita doakan semoga menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warohmah. Amin.

Betapa tidak jadi fenomena, ternyata di masyarakat kita ‘kepercayaan’ pada angka-angka masih sulit dihilangkan. Meskipun dalam agama tidak ada ajarannya. Namun tetap saja fenomena hitung hari, hitung tanggal ini ‘dipercaya’ bisa mendatangkan kebaikan atau keburukan. 

Tadi saya sempat melihat ada seorang teman di Blackberry messenger yang menuliskan status seperti berikut ini: “11-11-11, It’s time to make a wish”. Lho? Ko harus menunggu satu momen seperti hari ini baru make a wish? Di hari lain memang tidak bisa? Tentu saja make a wish bisa kapanpun termasuk hari ini. Namun menganggap hari ini sangat istimewa dibandingkan hari-hari lain agak sedikit lebay ya. Entahlah. Namun ini nyata terjadi di sekitar kita. It’s a phenomenon.
--

Sebagai pribadi yang mengaku beriman kepada Allah yang Maha Kuasa dan Penentu takdir, tentu kita harus mengimani bahwa tidak ada kebaikan dan keburukan diluar takdir-NYA. Hanya DIA-lah penentu segalanya, pengatur kehidupan kita. Kebaikan dan keburukan tentu tidak datang dari tanggal cantik ini. Takdir sudah ditentukan untuk setiap masa yang kita lalui, termasuk hari ini 11-11-2011 dan hari-hari lainnya yang telah dan atau yang akan kita lalui. Mempercayai adanya ‘kekuatan’ 11-11-11 yang dapat mendatangkan kebaikan ataupun keburukan tentu merupakan hal yang terlarang karena mengarah pada ‘menyekutukan’ Tuhan Yang Maha Esa. Na'udzubillahi min dzalik.

Semoga kita senantiasa diberi hidayah dan inayah-Nya untuk selalu bisa berjalan di garis dien yang benar dan mulia serta terhindar dari hal-hal yang menjerumuskan kita kepada perbuatan menyekutukan-NYA. InsyaAllah wa Amiin ya Rabb ‘alamin. 

Berikut ini adalah beberapa ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang larangan berbuat syirik:
Allah SWT berfirman (yang artinya): 

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa besar." (An-Nisaa': 48).  

"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang lain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya." (An-Nisaa': 116). 

"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Jannah, dan tempatnya ialah Neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun." ( Al-Maa-idah: 72). 

“Barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka (adalah) ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (Al-Hajj: 31). 

"Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu: 'Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi'." (Az-Zumar: 65). 

Maha benar Allah dengan segala firman-NYA.
--

Bandung 11-11-2011; 18:32
*pictures in this blog are powered by google 
Dimuat juga di: http://hminews.com/news/status-sejuta-ummat-111111/