Picture is powered by google |
Hingga suatu ketika si ibu berniat minta nasihat ke seorang
bijak yang dia kenal dan juga tokoh yang sangat dikaguminya, Mahatma Gandi. Ya,
si ibu menemui tokoh besar india yang luar biasa itu. Dia membawa anaknya
serta.
Sampai di tempat tuan Gandhi berada, si ibu menceritakan
maksud dan tujuan dari kedatangannya. Setelah mendengar semua cerita dari si
ibu, tuan Gandhi hanya berucap, ‘Datanglah kembali, seminggu lagi’. Hanya itu
saja kalimat dari pengajar gerakan a-himsa itu. Tidak ada kalimat lain yang
disampaikannya. Karena hormatnya, si ibu menuruti, bersama sang anak ia kembali
pulang ke rumahnya.
Minggu depannya, si ibu kembali datang ke tempat Gandhi. Kemudian
Gandhi menghampiri si anak dan menasihatinya. Setelah menerima nasihat dari
Gandhi si ibu dan anak pun pulang. Benar saja, setelah menerima nasihat
tersebut kebiasaan makan permen si anak berhenti total. Tentu saja si ibu
sangat senang melihat perubahan dari anaknya itu. Namun ia bertanya-tanya dalam
hati, ko bisa ya nasihat tuan Gandhi yang hanya sekali itu saja bisa merubah
kebiasaan si anak.
Dengan rasa penasaran yang sangat, si ibu kembali menemui tuan
Gandhi dan bertanya, ‘Wahai tuan guru, apa kiranya kalimat yang tuan guru
nasihatkan ke anak saya?”. Tuan Gandhi menjawab dengan tenangnya, ‘Saya hanya minta, Nak, jangan makan permen
lagi ya karena bisa merusak gigimu’. Ha, ekspresi si ibu semakin terlihat
bingung. Terus si ibu menanyakan, “Kenapa kalau hanya dengan satu kalimat
nasihat itu saja saya harus menunggu selama seminggu? Tuan Gandhi menjawab, “Ketika
pertama kali ibu datang, saya masih suka mengkonsumsi permen juga. Sehingga
saya meminta ibu untuk kembali menemui saya seminggu kemudian. Dan selama
seminggu itu saya menghentikan kebiasaan saya makan permen”.
Wow, luar biasa! sebuah kisah yang sangat inspiratif telah
diajarkan oleh founding father India itu kepada dunia. Cerita ini demikian hebatnya sehingga sudah
menjadi menu wajib bagi guru-guru
kepemimpinan dalam menyampaikan contoh role-model leadership pada setiap trainingnya, atau istilah yang
sering disampaikan oleh para trainer ilmu kepemimpinan masa kini adalah walk the talk. Laksanakan apa yang Anda
ucapkan. Selaraskan ujaran dan tindakan. Back up your talks with real actions!
Kalimat yang berdaya ubah dahsyat terhadap sikap dan
pandangan orang lain adalah kalimat lisan
yang dibuktikan dengan tindakan. Walk the talk, seperti kisah di atas.
Jika seorang pemimpin pandai berkata-kata, namun tindakan tidak menampilkan kesesuaian
dengan perkataannya itu, percayalah, pemimpin seperti ini hanya sedang berjalan
menuju pinggir jurang degradasi.
Semoga kita semua
bisa menjadi pemimpin yang walk the talk,
di level manapun kita berada. Amin.
Bandung, 15 November 2011
*Dimuat juga di http://hminews.com
*Dimuat juga di http://hminews.com