"Mulai dengan Bismillah, Luruskan Niat. Allah Maha Melihat!"


2011/12/14

Coaching vs Counselling



Kurangnya pembahasan mengenai coaching dan counseling tidak dipungkiri menyebabkan banyak pemimpin melakukan kedua proses ini secara kurang tepat. Kebanyakan pemimpin menganggap coaching dan counseling sebagai satu hal, atau bahkan tertukar antara konsep coaching dan counseling. Untuk menghindari hal tersebut, berikut merupakan tabel lengkap yang membandingkan setiap aspek proses coaching dan counseling.


COACHING
COUNSELLING
Tujuan
Membantu karyawan mengatasi masalah kinerja karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan
Membantu karyawan agar mampu mengatasi masalah pribadi yang mengganggu kinerja
Proses
Atasan mendengarkan dan menentukan apakah yang dikerjakan karyawan sudah benar atau masih salah ; memberikan umpan balik dan memperlihatkan bagaimana sebaiknya hal tersebut dilakukan/dicapai
Karyawan mengevaluasi situasi dan perilakunya. Atasan mendengarkan dan mendorong agar perasaan terungkap jelas. Atasan membimbing karyawan sampai pada alternatif solusi
Diberikan Ketika
  • Terjadi perubahan arah bisnis sehingga tuntutan terhadap kinerja karyawan berubah
  • Karyawan baru pertama kali bekerja (fresh graduate)
  • Karyawan ditempatkan pada posisi baru (mutasi/promosi)
  • Karyawan tidak memahami standar kinerja yang dituntut
  • Karyawan membutuhkan penguatan atas prestasinya
  • Karyawan akan mendapat tugas yang lebih menantang
  • Karyawan sulit menentukan prioritas dalam bekerja
  • Karyawan diproyeksikan menjadi ”star” di unit kerjanya
  • Karyawan akan menjalani sesi performance review
  • Terjadi reorganisasi, karyawan di-PHK
  • Terjadi perubahan imbalan menjadi lebih kecil dari sebelumnya
  • Karyawan mengalami demosi jabatan
  • Karyawan tidak puas dengan atasan
  • Karyawan terlibat konflik dengan rekan kerja
  • Karyawan stress dengan beban kerjanya
  • Karyawan tidak mau mengerjakan tugas baru
  • Karyawan mengalami depresi karena kegagalan di pekerjaan
  • Karyawan takut dipromosikan
Manfaat
  • Karyawan lebih produktif, kualitas hasil kerja meningkat, proses kerja berlangsung lebih efisien karena kesalahan kerja relatif berkurang
  • Motivasi dan inisiatif kerja karyawan lebih meningkat karena adanya penguatan dan umpan balik yang positif
  • Karyawan lebih bebas mengembangkan kreativitas dan inovasi karena risiko sudah diperhitungkan matang
  • Bagi atasan : pekerjaan jadi lebih ringan karena delegasi berjalan baik, dan dimungkinkan terjadi kaderisasi
  • Karyawan lebih percaya diri dan berinisiatif dalam bekerja
  • Tingkat absensi dan turnover berkurang karena karyawan lebih puas dengan pekerjaan dan situasi kerja
  • Konflik antarpribadi berkurang
  • Masalah interpersonal dapat teratasi sebelum membesar

Pentingnya Coaching dan Counseling
Menurut paradigma change management, keberhasilan organisasi terletak pada kemampuannya beradaptasi terhadap berbagai perubahan yang muncul di lingkungan. Pemberdayaan karyawan menjadi penting dalam upaya membentuk pribadi yang mampu beradaptasi terhadap perubahan. Penerapan coaching yang efektif oleh pemimpin akan membantu karyawan untuk selalu belajar mengatasi masalah secara mandiri, dan pada akhirnya melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan pribadi mereka secara berkesinambungan.

Selain itu, karyawan akan lebih mudah menghadapi perubahan yang terjadi di organisasinya apabila kebutuhan rasa aman mereka secara pribadi dapat dipenuhi. Rasa aman karyawan dapat ditumbuhkan jika organisasi membuktikan dengan tulus bahwa karyawan selalu mendapat perhatian secara pribadi. Hal ini bisa dicapai lewat aktivitas counseling, dimana pemimpin membangun hubungan personal dengan membantu karyawan menghadapi masalah pribadinya.

Menjadi pemimpin saat ini tidak lagi cukup bermodalkan visi, misi, sistem penghargaan, maupun sistem hukuman yang jelas. Sekarang, pemimpin juga menjadi figur yang bertugas mengasuh anggota unit kerjanya untuk bisa bekerja secara maksimal sesuai potensinya masing-masing. Menjadi tanggung jawab pemimpin apabila anggota unit kerja tidak bisa menunjukkan kinerja terbaiknya. Oleh karena itu, hendaknya pemimpin bisa lebih proaktif dengan bersedia turun tangan untuk membantu karyawan mengatasi masalah-masalahnya. Ketika karyawan telah berhasil mengatasi satu masalahnya, maka satu beban masalah pemimpin juga ikut terangkat. Pada akhirnya, pemimpin juga ‘kan yang diuntungkan?

Source: Klik Disini

2011/12/10

20 Gejala Menurunnya Prestasi


Jika Anda saat ini adalah berpredikat sebagai seorang leader atau manager yang memimpin beberapa karyawan di perusahaan tempat Anda bekerja, tentu saja selalu menginginkan karyawan atau teamnya tersebut memperoleh pencapaian performansi yang baik yang pada ujungnya mencapai sasaran KPI (Key Performance Indicator) yang sudah ditetapkan. Untuk memastikan performansi yang baik dengan prestasi yang baik dapat tercapai tentu Anda semua sudah memiliki check list dalam proses monitoringnya. Check list atau daftar periksa inilah yang penting untuk jadi tool yang akan membantu Anda melakukan pengawasan program/ kinerja. 

Jika segala sesuatunya berjalan lancar, tentu saja tidak ada masalah. Lain cerita jika banyak ketidaksesuaian yang dilakukan oleh karyawan Anda. Kinerja bisa jadi tidak maksimal. Hasil pun menjadi tidak mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Kondisi seperti ini tentu tidak diinginkan. Bahkan wajib dan harus dihindari. Lalu bagaimana cara mengatasi masalah ini?

Saya mengajukan hal berikut yang diharapkan bisa membantu para manager/ leader untuk menghindari kemungkinan performansi yang tidak baik. Buatlah daftar periksa terhadap kinerja karyawan dengan memperhatikan 20 gejala menurunnya prestasi berikut ini*:

1.       Produktifitas berkurang
2.       Kualitas kerja menurun
3.       Tidak bisa menepati jadwal
4.       Melakukan berbagai tugas yang tidak penting, tetapi menunda tugas yang penting
5.       Menghindar dari penugasan yang lebih menantang
6.       Tidak dapat memfokuskan diri pada tugas-tugas yang penting
7.       Kacau
8.       Menggantungkan diri pada orang lain\
9.       Sering meninggalkan pekerjaan tanpa izin
10.   Menolak penugasan
11.   Sering absen
12.   Tidak mimiliki inisiatif
13.   Kurang persiapan untuk menghadapi rapat maupun presentasi
14.   Selalu mengeluh
15.   Tidak mempunyai hubungan baik dengan pelanggan
16.   Melempar kesalahan pada karyawan lain
17.   Selalu membela diri
18.   Tidak mau bekerjasama dengan karyawan lain, begitu pula sebaliknya karyawan lain tidak mau bekerjasama dengannya
19.   Membesar-besarkan masalah sepele
20.   Cepat marah, selalu komplain tentang pekerjaan

Demikianlah 20 gejala menurunnya prestasi karyawan yang perlu dimonitoring oleh para manager dan leader. Jika sudah banyak ditemukan terjadi di team Anda, maka bisa berdampak sangat tidak baik kepada pencapaian perusahaan. Diharapkan dengan mengetahui gejala-gejala awal ini, para manager dan leader bisa dengan cepat melakukan tindakan pencegahan bahkan perbaikan, sehingga prestasi karyawan dan kinerja team secara keseluruhan tetap baik. Disinilah letak pentingnya daftar periksa tersebut. Karena akan sangat membantu para manager dan leader sedari awal sebelum kinerja atau prestasi teamnya benar-benar menurun. 

Semoga bermanfaat. Salam sukses!
*20 gejala diambil dari modul CCM (M2VP)
*picture is powered by google

Bandung, 10 Desember 2011
Temukan juga di: Kompasiana

2011/12/07

Echoing of Universe (Part 1)

Pada acara sharing-session dengan rekan-rekan agents di contact center di tempat saya bekerja minggu lalu, saya menampilkan sebuah film singkat tentang sikap online (melayani pelanggan) oleh seorang agent di salah satu contact center di Amerika.

Saya memang sengaja menampilkan film singkat dalam sharing-session itu. Lumayan baik untuk menarik perhatian peserta.
Bagaimanapun, kesan yang dibawa oleh media audio visual diakui telah banyak membantu para trainer dalam menyampaikan materi trainingnya. Demikian juga dalam dunia edukasi secara umum.

Pada tulisan ini saya tidak membahas tentang manfaat dan arti penting media video dalam edukasi secara khusus. Tapi lebih pada pesan yang tersirat yang diperoleh dari film itu. Dalam film tersebut, terlihat ada seorang agent yang tampak tenang dalam melayani pelanggan. Intonasinya hangat, ramah dan bersahabat, walaupun terlihat dari ekspresi wajahnya dia sedang menangani call keluhan (complaint). Suara agent terdengar sangat baik. Namun, sejurus kemudian, tidak disangka dia melakukan sesuatu hal yang sangat tidak diperkenankan dalam dunia layanan contact center. Dia memarahi dan mengintimidasi pelanggan. Ko bisa?
Ya, si agent memarahi pelanggan sejadi-jadinya. Tapi dia punya cara agar lampiasan amarahnya itu tidak terdengar. Dia menekan tombol ‘mute’ di call master (unit /perangkat pesawat telepon dalam berkomunikasi di call center).

----Bersambung
*Picture is powered by google