"Mulai dengan Bismillah, Luruskan Niat. Allah Maha Melihat!"


2012/02/08

Meningkatkan Produktivitas Kerja Anda


Salah satu faktor penentu utama kelangsungan hidup sebuah perusahaan adalah produktivitas kerja para karyawannya. Akhir-akhir ini ditengarai jika produktivitas kerja karyawan pada umumnya semakin hari semakin menurun, bukannya semakin meningkat. Alasannya macam-macam; jalanan yang semakin macet, sering pusing atau sakit perut, pelanggan semakin sulit dipuaskan dan lain sebagainya. Masalahnya, perusahaan tidak bisa hidup dengan alasan-alasan itu, melainkan dari produktivitas kerja karyawannya.



Sayangnya, banyak karyawan yang menganggap frase produktivitas itu sebagai jargon perusahaan untuk memeras keringat mereka. Padahal, produktif atau tidaknya seorang karyawan sangat menentukan layak tidaknya dia untuk terus diberi kesempatan kerja. Perusahaan bisa mencari karyawan lain yang mau bekerja secara produktif. Sedangkan orang yang biasa tidak produktif, pasti sulit mendapatkan pekerjaan baru yang langgeng. Oleh sebab itu saya mengajak Anda untuk terus menerus meningkatkan produktivitas kerja Anda di kantor. Sebagai modalnya, saya uraikan 5 tindakan berikut ini.



1. Mengoptimalkan waktu selama jam kerja Anda. Silakan cermati bagaimana Anda memanfaatkan waktu selama jam kerja. Apakah Anda ‘beristirahat’ makan siang lebih lama dari seharusnya. Atau ‘ngopi’ sambil merumpi di kantin bersama teman-teman. Atau berlama-lama di halaman facebook dan situs-situs yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan. Jam kerja adalah waktu untuk bekerja. Maka tidak seharusnya Anda melakukan aktivitas yang tidak sejalan dengan pekerjaan selama jam kerja.



2. Memastikan efektivitas kerja Anda. Mengerjakan tugas-tugas secara efektif berarti melakukannya dengan zero defect, alias tanpa cacat. Di pabrik, produk cacat akan ditolak, dibuang, atau didaur ulang. Di kantor, pekerjaan cacat ditandai dengan banyaknya kesalahan sehingga harus diulang lagi, atau delay sehingga menghambat kinerja orang lain, atau ‘asal jadi’ sehingga tidak bisa digunakan untuk mendukung penyelesaian pekerjaan lainnya. Pastikan efektivitas kerja Anda tinggi sehingga Anda bisa menjadi bagian dari proses bisnis dengan produktivitas tinggi.



3. Mengoptimalkan ‘kapasitas terpasang’ pribadi Anda. Banyak pabrik yang memiliki kapasitas produksi tinggi tetapi secara aktual hanya menghasilkan produk dalam jumlah yang sangat sedikit. Begitu pula dengan manusia. Betapa besarnya kapasitas pribadi yang Anda miliki. Seandainya Anda terus menerus berusaha mengoptimalkan penggunaan ‘kapasitas terpasang’ dalam diri Anda itu, maka pastilah semakin hari produktivitas Anda semakin meningkat juga. Mengapa? Karena kapasitas diri Anda itu nyaris tidak ada batasnya.



4. Ingatlah bahwa kinerja Anda menentukan reputasi Anda. Anda pasti ingin mempunyai reputasi yang baik. Di kantor, ukuran reputasi itu dikaitkan dengan produktivitas kerja. Jika produktivitas kerja Anda tinggi, maka reputasi Anda baik. Tetapi, jika produktivitas Anda buruk, maka boleh jadi nama Anda tertera dalam daftar orang-orang yang tidak layak untuk terus dipekerjakan. Dengan mengingat hal ini, semoga Anda lebih terdorong untuk menunjukkan bahwa Anda adalah orang yang memiliki reputasi baik, melalui kinerja produktif Anda.



5. Ingatlah bahwa pekerjaan Anda adalah amanah. Alasan terpenting Anda bekerja adalah karena perusahaan berkomitmen untuk menggaji Anda. Ketika Anda menerima uang itu, maka Anda berutang komitmen yang sama kepada perusahaan yang hanya bisa dibayar dengan produktivitas kerja Anda. Jangan meniru orang-orang yang hanya nebeng penghidupan dari kantornya karena setiap rupiah yang kita terima dari perjanjian kerja yang sudah kita sepakati adalah amanah yang harus kita lunasi. Jika di dunia Anda tidak bisa melunasi amanah itu, boleh jadi diakhirat Anda dipaksa untuk mengembalikannya. So, start now to fulfill your amanah.



Meningkatkan produktivitas bukanlah soal memberi lebih banyak kepada perusahaan, melainkan tentang mengaktualisasikan lebih banyak kemampuan tersembunyi yang sudah kita miliki sejak lahir. Ini soal pertanggungjawaban kepada diri sendiri, dan Dzat yang telah menciptakannya.



Mari Berbagi Semangat!

Dadang Kadarusman - 12 Mei 2011

Natural Intelligence Contemplator

2012/02/07

Oliver Twist by Charles Dickens


Bertepatan dengan tanggal hari ini, 7 Februari, 200 tahun yang lalu, salah seorang cerpenis, novelis, lebih tepatnya sastrawan Inggris yang cukup berpengaruh terlahir. Dia adalah Charles Dickens. Nama lengkapnya Charles John Huffam Dickens (lahir di Landport, Inggris, 7 Februari 1812 – meninggal di London, 9 Juni 1870 pada umur 58 tahun).  

Charles Dickens termasuk dalam sastrawan di masa pemerintahan ratu Victoria dari Britannia Raya. Tentu nama sastrawan yang satu ini tidak asing bagi para pelajar sastra, atau bagi mereka yang berminat dalam kesusasteraan Inggris.

Semasa hidupnya Dickens menelurkan tidak kurang dari belasan novel. Diantara novel karya Dickens yang sangat berpengaruh adalah:

Diantara novel karya Dickens tersebut, bagi saya sendiri yang sangat menarik dan monumental karena merupakan kritik social Dickens terhadap kondisi masyarakat saat itu adalah novel ‘Oliver Twist’. Novel ini pulalah yang mengantarkan saya menjadi seorang Sarjana Sastra (SS) di jenjang S1 beberapa tahun yang lalu. Ya, saya melakukan pengkajian terhadap novel tersebut.

Hal yang saya angkat adalah kepribadian atau aspek kejiwaan si tokoh utama dalam novel, yakni si bocah Oliver, dan tokoh pembantu, Nancy. Saya mengangkat tema penilitian tentang kajian psikologi sastra dengan judul skripsi seperti berikut ini, ‘Psychological Aspects of Oliver and Nancy in Charles Dickens’ Novel, Oliver Twist; A study of Literary Psychology’. Namun, tidak akan saya bahas tentang kajian psikologi sastra tersebut di sini. Tulisan ini hanya sekedar pengingat ulang tahun sang sastrawan.

Oliver Twist (1838) sendiri merupakan novel kedua karya Charles Dickens. Karya ini awalnya diterbitkan sebagai cerita seri oleh Bentley’s Miscallany setiap bulan mulai bulan Pebruari 1837 dan terus berlangsung sampai April 1838. Oliver Twist adalah novel berbahasa Inggris pertama yang menggunakan tokoh protagonist seorang anak. Sebagai contoh awal dari sebuah novel sosial, Oliver Twist menyedot perhatian publik dari segala lapisan, termasuk Aturan Bagi Kaum Miskin yang menyebutkan kaum miskin harus bekerja di pabrik sebagai buruh dan pengrekrutan anak-anak sebagai kriminal. 

Dickens mengecam kemunafikan yang berlangsung di zaman itu dengan bahasa sarkasme dan sindiran tajam. Karya ini kemungkinan diinspirasi oleh kisah Robert Blincoe, seorang yatim piatu yang menjalani masa-masa sulit hidupnya sebagai seorang buruh anak-anak di perusahaan garmen di era 1830-an. Oliver Twist telah menjadi insiprasi sejumlah film dan program televisi dengan mengadaptasi ceritanya dan menjadi sebab utama kesuksesan film musikal dengan judul Oliver. Salah satu film terbaru tentang Oliver Twist dirilis tahun 1997 yang lalu, disutradarai oleh Tony Bill.

Saya sendiri sempat beberara kali menontonnya, dan terasa tetap seru. Apakah Anda tertarik untuk menontonnya juga? Atau bahkan berminat untuk melahap novelnya? Sila dicari di toko-toko buku kesayangan Anda.. hehehe, jadi promosi ya:D



2012/02/02

Empat Dasar Kepemimpinan Efektif

Hari ini saya mencoba browsing di mesin pencari internet dan mencari artikel dengan kata kunci persis sama dengan judul artikel ini. Hasilnya saya temukan lebih dari sejuta delapan ratus ribu artikel terkait. Wow, luarbiasa bukan? Sudah begitu banyak ulasan tentangnya; Kepemimpinan Efektif. Para pembaca sekalian pun mungkin sudah sering menjumpai tulisan dengan judul yang sama. 

Lalu kenapa harus ditulis lagi jika sudah banyak? Alasannya sederhana saja; saya menggunakan pepatah orang Minang berikut sebagai alasannya; lanca kaji dek diulang; bisa karena terbiasa. Lagi pula, tidak semua artikel sama cara penyajiannya meskipun sama judulnya. Mudah-mudahan saja artikel singkat ini menambah lagi satu hal yang berbeda dan baru untuk wawasan kita semua. Semoga.

Sebagai informasi tambahan, artikel ini saya sarikan dari salah satu bab dari buku Andrei Gostik dengan judul: The Carrot Principle. Menurutnya berikut inilah hal-hal yang mendasari kepemimpinan yang efektf.
Mari kita mulai saja:

Pertama: Penentuan tujuan.

Seorang pemimpin harus memastikan dari awal bahwa semua anggota teamnya memahami maksud dan tujuan organisasi. Apa visi dan misi organisasi harus sudah terinternalisasi di diri masing-masing anggota. Inilah salah satu alasan kenapa banyak di dinding-dinding kantor perusahaan kita jumpai figura bertuliskan Visi, Misi, dan Kebijakan Mutu perusahaan tersebut. Karena top management menginginkan semua yang terlibat di organisasinya tahu arah dan tujuan organisasinya.

Team tidak akan kehilangan arah dalam memacu roda organisasi dengan adanya fase penentuan tujuan ini di awal. Inilah fase mendasar dalam organisasi, dan pemimpin efektif terbiasa melaksanakannya.

Kedua: Komunikasi.

Semua kebijakan, keputusan, informasi atau berita apapun yang dibuat oleh top management terkait kebaikan perusahaan harus dikomunikasikan dengan baik kepada semua anggota team. Banyak media yang bisa digunakan untuk menyampaikannya. Pemimpin biasa dalam mengomunikasikan sesuatu kepada teamnya tentu sudah terbiasa menggunakan media email, notes, memo dinas, chat-group, atau internal communication tools lainnya. 

Dan bagi pemimpin efektif, media-media itu saja tidak cukup. Ada banyak alasan dari pemimpin efektif, kenapa media itu saja tidak cukup. Salah satunya adalah, tidak semua karyawan dalam teamnya mau membaca. Membaca pun, belum tentu semua mendapat pemahaman yang sama. Karena itu pemimpin efektif akan membuat cara komunikasi yang lebih ‘intim’. Man-to-man communication. Dia akan temui langsung teamnya, dan memastikan setiap anggota teamnya memahami apa yang dikomunikasikannya tersebut.

Ketiga: Kepercayaan.

Komunikasi yang efektif didasari dengan adanya saling percaya antara pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi tersebut; dalam hal ini antara leader dengan bawahannya. Penentuan arah tujuan organisasi sudah dibuat, kemudian dikomunikasikan dan komunikasinya dibangun di atas kepercayaan. Bagaimana mungkin bawahan bisa menerima dan mengikuti instruksi atasan bila bawahannya tidak ‘percaya’ kepada leadernya. Prinsip ini sangat dipahami oleh pemimpin efektif.

Keempat: Akuntabilitas (Pertanggungjawaban)

Dasar keempat adalah pertanggungjawaban atau akuntabilitas. Banyak pemimpin yang akhirnya gagal menjalankan beberapa proyek karena melalaikan dasar ini. Hal ini tidak dimaksudkan untuk mencari siapa yang bersalah atas kegagalan organisasi, tapi ditujukan untuk menuntut pertanggungjawaban dari semua orang yang terlibat dalam organisasi tersebut. Prinsip ini memunculkan kaidah check-list; monitoring. 

Semua karyawan atau bawahan merasa diawasi sehingga setiap saat mereka terpacu untuk memberikan yang terbaik. Kalaupun suatu saat mereka ‘bisa saja’ merasa tidak diawasi, kinerjanya tetap bisa mengutamakan yang terbaik karena mereka juga akan mempertanggungjawabkan pekerjaannya tersebut kepada atasannya di akhir pekerjaan / proyek.

*Picture is powered by google

Simak juga artikel berikut:
Empat Dasar Kepemimpinan Efektif
Mengatasi Bawahan yang Sulit
Modal Dasar kepemimpinan
The Power of FERI