"Mulai dengan Bismillah, Luruskan Niat. Allah Maha Melihat!"


2012/02/09

Apa sih POLITIK itu?

Berikut ini adalah ungkapan yang cukup sarkastik. Terasa getir. Namun, inilah yang sering terlihat di banyak negara, khususnya negara-negara berkembang yang banyak dipimpin oleh pemerintahan yang lalim. Tulisan berikut  menuntut kedewasaan kita dalam memahaminya.
--


Seorang anak kecil bertanya pada ayahnya,"Ayah, dapatkah kau jelaskan apakah politik itu? Ayah  berkata,"Nak, aku akan menjelaskan seperti ini: Aku adalah pencari nafkah bagi keluarga, jadi sebutlah aku KAPITALISME.

Ibumu, dia adalah pengatur keuangan, sehingga kita sebut dia PEMERINTAH. Kami disini untuk memenuhi kebutuhanmu sehingga kau kita sebut RAKYAT. Bibi pembantu kita anggap sebagai BURUH. Sekarang adikmu yang masih bayi, kita sebut dia MASA DEPAN. Sekarang pikirkanlah hal ini dan  pertimbangkanlah apakah ini masuk akal bagimu.

Anak tersebut masuk ke kamarnya dan memikirkan apa yang baru saja dikatakan ayahnya. Tengah malam, dia mendengar adiknya menangis, lalu dia bangun dan memeriksanya, dan dia menemukan adiknya basah kuyup dan kotor, karena adiknya pipis dan buang air besar.

Anak itu lantas pergi ke kamar orang tuanya, dan melihat ibunya sedang tidur nyenyak serta mendengkur. Dia tak ingin membangunkan ibunya, karenanya ia pergi ke kamar pembantu. Pintunya terkunci, dan dia mengintip dari lubang kunci, dia melihat ayahnya sedang bercinta dengan si pembantu. Dia menyerah dan kembali ke kamarnya.

Pagi berikutnya, anak kecil itu berkata pada ayahnya, "Kurasa sekarang aku, mengerti apa itu politik",
Ayah menjawab, "Bagus, Nak, ceritakan padaku pendapatmu tentang politik.",

Si anak segera menjawab: "Ketika Kapitalisme sedang memanfaatkan Buruh, Pemerintah tidur, Rakyat hanya bisa menonton dan bingung, melihat Masa Depan berada dalam kesulitan besar.
---
'Disebarluaskan oleh milis-milis para aktivis' Saya sendiri sulit men-trace siapa penulis awalnya:)
*picture is powered by google

2012/02/08

Meningkatkan Produktivitas Kerja Anda


Salah satu faktor penentu utama kelangsungan hidup sebuah perusahaan adalah produktivitas kerja para karyawannya. Akhir-akhir ini ditengarai jika produktivitas kerja karyawan pada umumnya semakin hari semakin menurun, bukannya semakin meningkat. Alasannya macam-macam; jalanan yang semakin macet, sering pusing atau sakit perut, pelanggan semakin sulit dipuaskan dan lain sebagainya. Masalahnya, perusahaan tidak bisa hidup dengan alasan-alasan itu, melainkan dari produktivitas kerja karyawannya.



Sayangnya, banyak karyawan yang menganggap frase produktivitas itu sebagai jargon perusahaan untuk memeras keringat mereka. Padahal, produktif atau tidaknya seorang karyawan sangat menentukan layak tidaknya dia untuk terus diberi kesempatan kerja. Perusahaan bisa mencari karyawan lain yang mau bekerja secara produktif. Sedangkan orang yang biasa tidak produktif, pasti sulit mendapatkan pekerjaan baru yang langgeng. Oleh sebab itu saya mengajak Anda untuk terus menerus meningkatkan produktivitas kerja Anda di kantor. Sebagai modalnya, saya uraikan 5 tindakan berikut ini.



1. Mengoptimalkan waktu selama jam kerja Anda. Silakan cermati bagaimana Anda memanfaatkan waktu selama jam kerja. Apakah Anda ‘beristirahat’ makan siang lebih lama dari seharusnya. Atau ‘ngopi’ sambil merumpi di kantin bersama teman-teman. Atau berlama-lama di halaman facebook dan situs-situs yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan. Jam kerja adalah waktu untuk bekerja. Maka tidak seharusnya Anda melakukan aktivitas yang tidak sejalan dengan pekerjaan selama jam kerja.



2. Memastikan efektivitas kerja Anda. Mengerjakan tugas-tugas secara efektif berarti melakukannya dengan zero defect, alias tanpa cacat. Di pabrik, produk cacat akan ditolak, dibuang, atau didaur ulang. Di kantor, pekerjaan cacat ditandai dengan banyaknya kesalahan sehingga harus diulang lagi, atau delay sehingga menghambat kinerja orang lain, atau ‘asal jadi’ sehingga tidak bisa digunakan untuk mendukung penyelesaian pekerjaan lainnya. Pastikan efektivitas kerja Anda tinggi sehingga Anda bisa menjadi bagian dari proses bisnis dengan produktivitas tinggi.



3. Mengoptimalkan ‘kapasitas terpasang’ pribadi Anda. Banyak pabrik yang memiliki kapasitas produksi tinggi tetapi secara aktual hanya menghasilkan produk dalam jumlah yang sangat sedikit. Begitu pula dengan manusia. Betapa besarnya kapasitas pribadi yang Anda miliki. Seandainya Anda terus menerus berusaha mengoptimalkan penggunaan ‘kapasitas terpasang’ dalam diri Anda itu, maka pastilah semakin hari produktivitas Anda semakin meningkat juga. Mengapa? Karena kapasitas diri Anda itu nyaris tidak ada batasnya.



4. Ingatlah bahwa kinerja Anda menentukan reputasi Anda. Anda pasti ingin mempunyai reputasi yang baik. Di kantor, ukuran reputasi itu dikaitkan dengan produktivitas kerja. Jika produktivitas kerja Anda tinggi, maka reputasi Anda baik. Tetapi, jika produktivitas Anda buruk, maka boleh jadi nama Anda tertera dalam daftar orang-orang yang tidak layak untuk terus dipekerjakan. Dengan mengingat hal ini, semoga Anda lebih terdorong untuk menunjukkan bahwa Anda adalah orang yang memiliki reputasi baik, melalui kinerja produktif Anda.



5. Ingatlah bahwa pekerjaan Anda adalah amanah. Alasan terpenting Anda bekerja adalah karena perusahaan berkomitmen untuk menggaji Anda. Ketika Anda menerima uang itu, maka Anda berutang komitmen yang sama kepada perusahaan yang hanya bisa dibayar dengan produktivitas kerja Anda. Jangan meniru orang-orang yang hanya nebeng penghidupan dari kantornya karena setiap rupiah yang kita terima dari perjanjian kerja yang sudah kita sepakati adalah amanah yang harus kita lunasi. Jika di dunia Anda tidak bisa melunasi amanah itu, boleh jadi diakhirat Anda dipaksa untuk mengembalikannya. So, start now to fulfill your amanah.



Meningkatkan produktivitas bukanlah soal memberi lebih banyak kepada perusahaan, melainkan tentang mengaktualisasikan lebih banyak kemampuan tersembunyi yang sudah kita miliki sejak lahir. Ini soal pertanggungjawaban kepada diri sendiri, dan Dzat yang telah menciptakannya.



Mari Berbagi Semangat!

Dadang Kadarusman - 12 Mei 2011

Natural Intelligence Contemplator

2012/02/07

Oliver Twist by Charles Dickens


Bertepatan dengan tanggal hari ini, 7 Februari, 200 tahun yang lalu, salah seorang cerpenis, novelis, lebih tepatnya sastrawan Inggris yang cukup berpengaruh terlahir. Dia adalah Charles Dickens. Nama lengkapnya Charles John Huffam Dickens (lahir di Landport, Inggris, 7 Februari 1812 – meninggal di London, 9 Juni 1870 pada umur 58 tahun).  

Charles Dickens termasuk dalam sastrawan di masa pemerintahan ratu Victoria dari Britannia Raya. Tentu nama sastrawan yang satu ini tidak asing bagi para pelajar sastra, atau bagi mereka yang berminat dalam kesusasteraan Inggris.

Semasa hidupnya Dickens menelurkan tidak kurang dari belasan novel. Diantara novel karya Dickens yang sangat berpengaruh adalah:

Diantara novel karya Dickens tersebut, bagi saya sendiri yang sangat menarik dan monumental karena merupakan kritik social Dickens terhadap kondisi masyarakat saat itu adalah novel ‘Oliver Twist’. Novel ini pulalah yang mengantarkan saya menjadi seorang Sarjana Sastra (SS) di jenjang S1 beberapa tahun yang lalu. Ya, saya melakukan pengkajian terhadap novel tersebut.

Hal yang saya angkat adalah kepribadian atau aspek kejiwaan si tokoh utama dalam novel, yakni si bocah Oliver, dan tokoh pembantu, Nancy. Saya mengangkat tema penilitian tentang kajian psikologi sastra dengan judul skripsi seperti berikut ini, ‘Psychological Aspects of Oliver and Nancy in Charles Dickens’ Novel, Oliver Twist; A study of Literary Psychology’. Namun, tidak akan saya bahas tentang kajian psikologi sastra tersebut di sini. Tulisan ini hanya sekedar pengingat ulang tahun sang sastrawan.

Oliver Twist (1838) sendiri merupakan novel kedua karya Charles Dickens. Karya ini awalnya diterbitkan sebagai cerita seri oleh Bentley’s Miscallany setiap bulan mulai bulan Pebruari 1837 dan terus berlangsung sampai April 1838. Oliver Twist adalah novel berbahasa Inggris pertama yang menggunakan tokoh protagonist seorang anak. Sebagai contoh awal dari sebuah novel sosial, Oliver Twist menyedot perhatian publik dari segala lapisan, termasuk Aturan Bagi Kaum Miskin yang menyebutkan kaum miskin harus bekerja di pabrik sebagai buruh dan pengrekrutan anak-anak sebagai kriminal. 

Dickens mengecam kemunafikan yang berlangsung di zaman itu dengan bahasa sarkasme dan sindiran tajam. Karya ini kemungkinan diinspirasi oleh kisah Robert Blincoe, seorang yatim piatu yang menjalani masa-masa sulit hidupnya sebagai seorang buruh anak-anak di perusahaan garmen di era 1830-an. Oliver Twist telah menjadi insiprasi sejumlah film dan program televisi dengan mengadaptasi ceritanya dan menjadi sebab utama kesuksesan film musikal dengan judul Oliver. Salah satu film terbaru tentang Oliver Twist dirilis tahun 1997 yang lalu, disutradarai oleh Tony Bill.

Saya sendiri sempat beberara kali menontonnya, dan terasa tetap seru. Apakah Anda tertarik untuk menontonnya juga? Atau bahkan berminat untuk melahap novelnya? Sila dicari di toko-toko buku kesayangan Anda.. hehehe, jadi promosi ya:D