Awalnya,
ia hanya seutas benang. Faktanya, bahkan ia jauh beribu-ribu lebih
halus dari benang yang kita tahu. Tipis, kecil, tak terlihat dan
terabaikan.
Anehnya, setiap kita melakukan sesuatu yang sama, ia menebal. Melakukan sekali lagi, iapun kembali menebal sekali lagi. Pengulangan menebalkan sekaligus menguatkan benang yang tadinya hanya seutas itu.
Sehari, seminggu, sebulan, setahun..benang itupun semakin kuat. Setelah kuat, benang itu segera menunjukkan kekuasaannya. Mereka (karena tidak lagi sehelai) mengontrol kehidupan seseorang, tanpa disadari. Menguasai cara berkata-kata, bertindak, bahkan setiap reaksi terhadap sesuatu.
Kekuasaan merekapun beragam, ada yang positif dan memuliakan, namun ada pula yang negatif, mengungkung, memperbudak bahkan menistakan.
Semuanya tergantung "penguatan" yang dilakukan tuannya. Di titik inilah mereka bisa jadi "senjata pamungkas" atau "senjata makan tuan". Sekali lagi, semua ditentukan oleh tuannya.
Benang itu adalah : neuro (syaraf) kita. Jalinannya yang kuat membentuk "kebiasaan" kita. Dan akhirnya bermuara pada "karakter". Kita adalah Sang Tuan, yang lewat pengulangan sikap, cara berpikir, reaksi, menyebabkan mereka 'berkembak-biak' menebal, menguat kemudian menguasai. Sehingga sebuah kebiasaan menjadi demikian "otomatis", namun jika disadari proses menenunnya ternyata jauh dari otomatis.
Anehnya, setiap kita melakukan sesuatu yang sama, ia menebal. Melakukan sekali lagi, iapun kembali menebal sekali lagi. Pengulangan menebalkan sekaligus menguatkan benang yang tadinya hanya seutas itu.
Sehari, seminggu, sebulan, setahun..benang itupun semakin kuat. Setelah kuat, benang itu segera menunjukkan kekuasaannya. Mereka (karena tidak lagi sehelai) mengontrol kehidupan seseorang, tanpa disadari. Menguasai cara berkata-kata, bertindak, bahkan setiap reaksi terhadap sesuatu.
Kekuasaan merekapun beragam, ada yang positif dan memuliakan, namun ada pula yang negatif, mengungkung, memperbudak bahkan menistakan.
Semuanya tergantung "penguatan" yang dilakukan tuannya. Di titik inilah mereka bisa jadi "senjata pamungkas" atau "senjata makan tuan". Sekali lagi, semua ditentukan oleh tuannya.
Benang itu adalah : neuro (syaraf) kita. Jalinannya yang kuat membentuk "kebiasaan" kita. Dan akhirnya bermuara pada "karakter". Kita adalah Sang Tuan, yang lewat pengulangan sikap, cara berpikir, reaksi, menyebabkan mereka 'berkembak-biak' menebal, menguat kemudian menguasai. Sehingga sebuah kebiasaan menjadi demikian "otomatis", namun jika disadari proses menenunnya ternyata jauh dari otomatis.
“The beginning of a habit is like an invisible thread, but
every time we repeat the act we strengthen the strand, add to it
another filament, until it becomes a great cable and binds us
irrevocably, thought and act” (Orison Swett Marden)
Ingat! Satu kata, satu tatapan, satu senyum ramah, satu kepedulian, satu kebaikan, satu ketulusan, satu amarah, satu dusta, satu kelicikan...SELALU berupa penguatan!
Semoga kita selalu diberi hikmat dan kekuatan oleh TUHAN..untuk selalu menenun "helai demi helai" kebiasaan dan karakter mulia, sehingga "otomatis" menghantarkan kita pada hidup yang mulia, sukses dan bermanfaat bagi orang lain
*
MTA (Made Teddy Artiana)