2013/08/15
2013/07/19
Dua Amalan yang Mudah Diterima Allah SWT
Dua amalan yang mudah diterima oleh Allah SWT adalah ‘sholat Tahajjud’ dan ‘Shaum’. Kenapa bisa? Karena dua amalan ini bisa menjaukan manusia dari sikap riya (ingin dilhat orang) dan sum’ah (ingin didengar orang). Melaksanakan keduanya mengajarkan sikap ikhlas.
Keduanya tidak dapat dipamer-pamer. Selain dengan sikap ikhlas, dua amalan ini tentu harus dilakukan dengan tuntunan al-Qur’an dan as-Sunnah. Dalam hal tuntunan beribadah ini, kita berpedoman kepada ilmu fiqh, agar terhindar dari hal-hal yang sesat menyesatkan (bid’ah, dll).
Sikap ikhlas dan dilaksanakan sesuai tuntunanya adalah syarat untuk diterimanya amalan manusia oleh Allah SWT. Sebagaimana kita lihat pada keterangan berikut:
Merujuk kepada dalil-dalil dari Al Quran dan Al Hadits kita bisa menemukan bahwa syarat pokok diterimanya amalan seorang hamba ada dua:
1. Ikhlas karena Allah subhanahu wa ta’ala.
2. Mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dua syarat ini disebutkan dengan jelas dalam akhir surat al-Kahfi:
(فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً)
“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seoran gpun dalam beribadat kepada Rabb-nya.” (QS. Al Kahfi: 110)
Oleh karena itu Imam Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat ini berkata, “Dua hal ini merupakan dua rukun amal yang diterima. (Jadi suatu amalan) harus ikhlas karena Allah dan sesuai dengan syari’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Lihat: Mudzakkirah fil ‘Aqidah, karya Dr. Shalih bin Sa’ad as-Suhaimy, hal: 9-12).
Sholat tahajud di tengah malam, tidak ada yang melihat. Jadi bisa terhidar dari sifat pamer.
Bershaum, juga tidak dapat dibedakan secara penampakan fisik. Oleh karenanya, manusia hanya semata-mata berkomitmen dengan Rabb-nya.
Kedua-duanya benar-benar mendidik keikhlasan hati kita. Beribadah hanya karena Allah SWT. Tidak ada tujuan lain kecuali ingin mencapai ridha-NYA. insyaAllah kita terus berusaha untuk melaksanakannya. Dan kita memohon agar Allah istiqomahkan kita. Aamiin.
#Ta’limBa’daJum’ah
11 Ramadhan 1434 H
Keduanya tidak dapat dipamer-pamer. Selain dengan sikap ikhlas, dua amalan ini tentu harus dilakukan dengan tuntunan al-Qur’an dan as-Sunnah. Dalam hal tuntunan beribadah ini, kita berpedoman kepada ilmu fiqh, agar terhindar dari hal-hal yang sesat menyesatkan (bid’ah, dll).
Sikap ikhlas dan dilaksanakan sesuai tuntunanya adalah syarat untuk diterimanya amalan manusia oleh Allah SWT. Sebagaimana kita lihat pada keterangan berikut:
Merujuk kepada dalil-dalil dari Al Quran dan Al Hadits kita bisa menemukan bahwa syarat pokok diterimanya amalan seorang hamba ada dua:
1. Ikhlas karena Allah subhanahu wa ta’ala.
2. Mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dua syarat ini disebutkan dengan jelas dalam akhir surat al-Kahfi:
(فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً)
“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seoran gpun dalam beribadat kepada Rabb-nya.” (QS. Al Kahfi: 110)
Oleh karena itu Imam Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat ini berkata, “Dua hal ini merupakan dua rukun amal yang diterima. (Jadi suatu amalan) harus ikhlas karena Allah dan sesuai dengan syari’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Lihat: Mudzakkirah fil ‘Aqidah, karya Dr. Shalih bin Sa’ad as-Suhaimy, hal: 9-12).
Sholat tahajud di tengah malam, tidak ada yang melihat. Jadi bisa terhidar dari sifat pamer.
Bershaum, juga tidak dapat dibedakan secara penampakan fisik. Oleh karenanya, manusia hanya semata-mata berkomitmen dengan Rabb-nya.
Kedua-duanya benar-benar mendidik keikhlasan hati kita. Beribadah hanya karena Allah SWT. Tidak ada tujuan lain kecuali ingin mencapai ridha-NYA. insyaAllah kita terus berusaha untuk melaksanakannya. Dan kita memohon agar Allah istiqomahkan kita. Aamiin.
#Ta’limBa’daJum’ah
11 Ramadhan 1434 H
2013/06/27
Belajar Menjadi Ramah
Tulisan singkat ini saya salin-rekat dari akun twitter saya @feri_s pada tanggal 27 Juni 2013.
Semoga menginspirasi.
1. Senang kalo bertemu dg orang yg#ramah? Yuk, kita pelajari sifat2nya agar kita menyenangkan juga bg siapapun yg ketemu kita. #ramah
Semoga menginspirasi.
1. Senang kalo bertemu dg orang yg
2. Diantara definisinya: Ramah itu baik hati dan menarik budi bahasanya. Manis tutur kata dan sikapnya. #ramah
3. Jika berjumpa dg yg belum dikenal, ia mengenalkan diri duluan. Tp bukan sksd: sok kenal sok dekat :) #ramah
4. Jika berjumpa dg yg sudah dikenal, ia menyapa terlebih dahulu. Tidak pura2 tak melihat, apalagi buang muka. #ramah
5. Jika berpapasan dengannya, ia tersenyum terlebih dahulu. Senyum sudah menjadi kebutuhan baginya:) #ramah
6. Kalau bicara dengannya, ia menyimak. Banyak mendengar baru bicara. Banyak bertanya daripada menasihati. #ramah
7. Memandangnya membawa kesejukan. Tatapannya memuliakan. Tidak mimik artifisial, apalagi lebay. #ramah
8. Tamu yg di rumahnya akan merasa betah. Menyenangkan bersama keluarganya. Dan jika dia yg bertamu, dia pandai membawa diri. #ramah
9. Dalam bertetangga, ia peduli dengan sesama. Yg lagi beruntung disambanginya, yg lagi malang dijenguknya. #ramah
10. Kalau bertanya padanya, ia menjelaskan tanpa menggurui. Giliran dia yg bertanya, ia bisa menghargai bukan menghakimi. #ramah
11. Jika memuji terasa tulus. Jika terpaksa menasihati, terasa mengajak bersamanya, bukan menyuruh. #ramah
12. Lama2 terlihat, ciri orang ramah ini sama dgn ciri orang yang menyenangkan. Ya, sifat #ramah ini mmg membawa kesenangan bagi siapapun.
13. Semoga menginspirasi, dan kita bisa menyelami ciri2 ini serta
mengejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari. Selamat sore. Salam #ramah.
Subscribe to:
Posts (Atom)