"Mulai dengan Bismillah, Luruskan Niat. Allah Maha Melihat!"


2013/08/16

Cara 'Gila' Abu Nawas Luaskan Rumah yang Sempit

Bukan Abu Nawas namanya kalau tidak bisa menyelesaikan persoalan rumit. Cara-cara tak biasa seringkali keluar dari idenya.

Seperti dikisahkan di masanya, hidup seorang laki-laki yang tinggal di sebuah rumah yang luas. Ia tinggal bersama seorang istri dan 3 orang anaknya yang masih kecil-kecil. Suatu saat laki-laki itu merasa rumahnya semakin sempit. Dia pun ingin memperluas rumahnya tetapi enggan mengeluarkan uang untuk meluaskannya.

Setelah berpikir, pergilah dia ke rumah Abu Nawas, si cerdik yang sangat tersohor di negeri Islam saat itu. Laki-laki itu meminta saran dari Abu Nawas bagaimana cara memperluas rumah tanpa harus mengeluarkan biaya.

Mendengar kisahnya, Abu Nawas menyuruh laki-laki itu untuk membeli sepasang ayam jantan dan betina kemudian kandangnya ditaruh di dalam rumah. Laki-laki itu merasa aneh dengan saran Abu Nawas, tetapi tanpa berpikir panjang dia ikut saran Abu Nawas. Dia pergi ke pasar dan membeli sepasang ayam jantan dan betina.

Hari berikutnya dia datang kembali ke rumah Abu Nawas. Dia mengeluh rumahnya semakin sempit dan bau karena ayam-ayam yang dibelinya. Mendengar cerita itu, Abu Nawas hanya tersenyum dan menyuruh menambahkan sepasang bebek yang kandangnya juga ditaruh di dalam rumah. Dia bertambah heran, tetapi dia tetap menuruti nasehat Abu Nawas.

3 Hari berlalu, datanglah dia ke rumah Abu Nawas lagi. Dia bercerita kalau rumahnya semakin semrawut semenjak kehadiran bebek. Abu Nawas justru menyuruhnya untuk menambahkan kambing yang kandangnya juga ditaruh dalam rumah.

Hari berikutnya laki-laki itu kembali datang ke rumah Abu Nawas. Lelaki itu menceritakan bahwa istrinya marah sepanjang hari, anak-anaknya menangis, hewan-hewan berkotek dan mengembik, ditambah hewan-hewan itu juga mengeluarkan bau tak sedap. Abu Nawas hanya tersenyum mendengarnya. Kemudian Abu Nawas menyuruhnya untuk menjual hewan-hewan itu satu persatu mulai dari ayam yang dijual terlebih dahulu, bebek, kemudian yang terakhir kambing.

Datanglah lelaki itu ke rumah Abu Nawas setelah selesai menjual kambingnya.

Abu Nawas:"Kulihat wajahmu cerah hai fulan, bagaimana kondisi rumahmu saat ini?"

Si lelaki:"Alhamdulillah ya Abu, sekarang rasanya rumahku sangat lega karena ayam dan kandangnya sudah tidak ada. Kini istriku sudah tidak marah-marah lagi, anak-anakku juga sudah tidak rewel."

Abu Nawas: "(sambil tersenyum) Nah, kau lihat kan, sekarang rumahmu sudah menjadi luas padahal kau tidak menambah bangunan apapun atau memperluas tanah bangunanmu. Sesungguhnya rumahmu itu cukup luas, tapi hanya hatimu yang sempit sehingga kau tak melihat betapa luasnya rumahmu. Mulai sekarang kau harus lebih banyak bersyukur karena masih banyak orang yang rumahnya lebih sempit darimu. Sekarang pulanglah kamu, dan atur rumah tanggamu, dan banyaklah bersyukur atas apa yang dirizkikan Tuhan padamu, dan jangan banyak mengeluh."

*Dikutip dari detik.com / rubrik hikayat

2013/07/19

Dua Amalan yang Mudah Diterima Allah SWT

Dua amalan yang mudah diterima oleh Allah SWT adalah ‘sholat Tahajjud’ dan ‘Shaum’. Kenapa bisa? Karena dua amalan ini bisa menjaukan manusia dari sikap riya (ingin dilhat orang) dan sum’ah (ingin didengar orang). Melaksanakan keduanya mengajarkan sikap ikhlas.

Keduanya tidak dapat dipamer-pamer. Selain dengan sikap ikhlas, dua amalan ini tentu harus dilakukan dengan tuntunan al-Qur’an dan as-Sunnah. Dalam hal tuntunan beribadah ini, kita berpedoman kepada ilmu fiqh, agar terhindar dari hal-hal yang sesat menyesatkan (bid’ah, dll).

Sikap ikhlas dan dilaksanakan sesuai tuntunanya adalah syarat untuk diterimanya amalan manusia oleh Allah SWT. Sebagaimana kita lihat pada keterangan berikut:

Merujuk kepada dalil-dalil dari Al Quran dan Al Hadits kita bisa menemukan bahwa syarat pokok diterimanya amalan seorang hamba ada dua:

1.    Ikhlas karena Allah subhanahu wa ta’ala.

2.    Mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dua syarat ini disebutkan dengan jelas dalam akhir surat al-Kahfi:

(فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً)

“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seoran gpun dalam beribadat kepada Rabb-nya.” (QS. Al Kahfi: 110)

Oleh karena itu Imam Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat ini berkata, “Dua hal ini merupakan dua rukun amal yang diterima. (Jadi suatu amalan) harus ikhlas karena Allah dan sesuai dengan syari’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Lihat: Mudzakkirah fil ‘Aqidah, karya Dr. Shalih bin Sa’ad as-Suhaimy, hal: 9-12).

Sholat tahajud di tengah malam, tidak ada yang melihat. Jadi bisa terhidar dari sifat pamer.

Bershaum, juga tidak dapat dibedakan secara penampakan fisik. Oleh karenanya, manusia hanya semata-mata berkomitmen dengan Rabb-nya.

Kedua-duanya benar-benar mendidik keikhlasan hati kita. Beribadah hanya karena Allah SWT. Tidak ada tujuan lain kecuali ingin mencapai ridha-NYA. insyaAllah kita terus berusaha untuk melaksanakannya. Dan kita memohon agar Allah istiqomahkan kita. Aamiin.

#Ta’limBa’daJum’ah

11 Ramadhan 1434 H