"Mulai dengan Bismillah, Luruskan Niat. Allah Maha Melihat!"


2013/10/08

Perbedaan Call Center dan Contact Center

Pada beberapa kesempatan training untuk new-hired agent contact center/ call center sering saya tanyakan hal sesuai judul di atas? Umumnya para 'new comers' ini belum mengetahui perbedaannya. Mereka bilang, itu hanya berbeda pada penggunaan katanya saja: yang satu menggunakan kata 'contact' atau yang lainnya pakai kata 'call'. Benarkah demikian? Tidak sepenuhnya salah:).

Lalu apa perbedaannya? Bagi pembaca yang pernah bekerja atau setidaknya bersinggungan kegiatannya dengan dunia call center / contact center mungkin sudah sangat memahaminya. Tapi biarlah. Saya tetap menjelaskannya disini. Siapa tahu ada di antara pembaca blog ini yang memang belum mengetahuinya.

Secara fungsi, call center dan contact center hampir sama. Keduanya merupakan titik 'pertemuan' antara pelanggan dengan perusahaan / organisasi melalui 'wakil'nya. Secara umum, 'wakil' ini sering disebut sebagai agent, officer, customer service representative, dan lain-lain. Media 'pertemuannya' bisa macam-macam. Jika media yang digunakan adalah telefon saja, maka inilah yang kita sebut sebagai call center. Ia merupakan pusat layanan pelanggan melalui telefon yang dapat dimanfaatkan oleh pelanggan untuk mendapatkan informasi, melakukan permintaan, dan juga menyampaikan keluhan terkait produk atau jasa yang mereka gunakan atau dapatkan dari perusahaan / organisasi tertentu.

Dengan pengertian yang sama, contact center juga demikian halnya. Hanya  di contact center, media yang digunakan tidak hanya telefon saja. Tapi bisa memanfaatkan multi channels seperti fax, email, messaging, on-line chat, social media, dan lain-lain.

Demikian penjelasan singkat tentang perbedaan Call Center dan Contact Center.
Semoga bermanfaat.

#Untuk Contact Center Indonesia yang Lebih Baik!

Baca juga artikel terkait berikut:
Relokasi Contact Center atau Multi-sites
Proses dan Sikap Layanan seorang Agent Contact Center
Pengertian FCR dan Repeated Calls di Contact Center
Perbedaan Call Center dan Contact Cente
Tentang AHT (Average Handling Time)

Cara Meraih Cinta Allah SWT

Setiap muslim pasti bercita-cita untuk mendapatkan cinta Allah. Sebab bila kita sudah menjadi kekasih-Nya, seluruh kebaikan duniawi dan ukhrawi bisa kita gapai dengan mudah. Persoalannya, bagaimana agar cita-cita tersebut menjadi kenyataan? Sesungguhnya banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menggapai cinta-Nya, namun karena keterbatasan lahan, saya akan membahas yang pokoknya saja.

Pertama, membaca, memahami, dan mengamalkan Al Qur’an. Cara ini akan melahirkan cinta dan kerinduan kepada-Nya, syukur dan sabar, tawadhu (rendah hati) dan khusyu, serta seluruh sifat yang bisa mengantarkan pada cinta dan ridha-Nya. (Ibnu Rajab, Ikhtiyaar Al-Uula, hal 114)

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami (Allah) turunkan kepadamu, yang didalamnya penuh berkah, supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapatkan pelajaran orang-orang yang mau menggunakan akalnya”. (Q.S. Shaad 38:29).

Al Qur’an adalah kitab suci yang harus difahami, bukan sekedar dibaca. Fakta menunjukkan, banyak yang rajin membaca Al Qur’an tapi tidak faham isinya, sehingga tidak bersemangat untuk mengamalkannya. Untuk itu, biasakan juga membaca terjemahannya untuk membantu pemahaman.

Pengalaman menunjukkan, awalnya memang agak susah mencerna maksud terjemahan Qur’an, namun kalau kita sering membacanya, lama kelamaan akan mudah memahaminya. Sebenarnya ini berlaku untuk semua ilmu, kalau kita tidak pernah membaca buku-buku psikologi misalnya, akan susah mencerna isinya, tapi kalau sudah sering, insya Allah kesulitan ini bisa diatasi. Saat membaca Al Qur’an, para sahabat mengutamakan pemahaman dan implemantasi/pengamalan. Ibnu Abbas r.a. berkata, “Kebiasaan kami, jika mempelajari sepuluh ayat Al Qur’an, kami tidak akan melampauinya sebelum kami memahami secara benar maknanya dan mengamalkannya”. (HR. Athabari dalam tafsirnya dengan sanad yang shahih).

Sementara kita, lebih mengutamakan khatam (tamat) ketimbang faham. Alangkah indahnya kalau kita sering khatam dan faham serta implementatif. Setelah faham, langsung diaplikasikan dalam kehidupan.

Anas r.a. mengatakan, “Abu Thalhah r.a. --seorang shahabat dari kaum Anshar di Madinah-- adalah orang yang banyak hartanya, di antara harta yang paling disenanginya adalah kebun kurma yang menghadap ke mesjid, bahkan Rasulullah saw. pun pernah singgah di kebun itu. Ketika turun firman Allah yang berbunyi: “Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan sebelum kamu menafkahkan sebagian dari harta yang kamu cintai” (QS. Ali Imran 3:92),

Abu Thalhah bergegas menemui Rasulullah saw seraya berkata, “Ya Rasulullah, sungguh aku telah faham ayat itu, maka harta yang paling aku cintai adalah kebun kurma yang menghadap ke mesjid. Untuk itu saksikanlah, demi Allah aku sedekahkan kebun itu untuk mendapatkan pahala di sisi-Nya. Maka silakan Ya Rasulullah bagikan sebagaimana Allah telah mengajarkannya kepadamu.” (H.R. Bukhari-Muslim).

Kalau kita bagaimana?

Kedua, mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan-amalan sunah setelah melaksanakan yang wajib. (Ibnul Qayyim, Madaarijus Saalikiin, jilid 3, hal. 13)
Abu Hurairah r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “. . . Tidak ada amalan yang paling Aku cintai dari hamba-Ku kecuali apa yang telah diwajibkan kepadanya. Dan Aku mencintai hamba-Ku yang senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunah . . .” (H.R. Bukhari).

Menurut riwayat ini, ada dua hal yang menyebabkan Allah mencintai kita.
- Pertama, konsisten melaksanakan ibadah-ibadah fardu/wajib, seperti shalat lima waktu, shaum Ramadhan, zakat, haji kalau sudah mampu, dll.
- Kedua, melaksanakan amalan-amalan sunah, seperti shalat rawatib, tahajud, dhuha, shaum senin-kamis, dll. Ibadah-ibadah ini akan menjadi pupuk bagi hati kita sehingga tetap hidup dan subur. Allah swt. akan merespon taqarrub (pendekatan diri) kita dua kali lipat dari apa yang kita lakukan.
Rasulullah saw. pernah bersabda melalui hadits qudsinya, Allah swt. berfirman: “Jika ia (manusia) bertaqarrub kepada-Ku satu jengkal, Aku akan mendekat kepadanya satu hasta. Jika ia bertaqarrub kepada-Ku satu hasta, Aku mendekat kepada-Nya satu depa. Dan apabila ia mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku mendatanginya dengan berlari.” (H.R.Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Jadi, kalau kita memberi satu cinta kepada Allah, Dia akan memberi dua cinta kepada kita. Kalau kita memberi tiga cinta, maka Allah akan memberi empat cinta, demikian seterusnya. Karena itu, dekatkanlah diri kepada-Nya dengan ibadah-ibadah sunah setelah kita melaksanakan yang wajib, pasti Dia akan mencintai kita.

Ketiga, memperbanyak dzikir, baik dengan lisan ataupun perbuatan. Allah swt. memerintahkan untuk memperbanyak dzikir dalam setiap kesempatan, “Dan dzikirlah (ingatlah) Allah sebanyak-banyaknya, supaya kamu beruntung.” (Q.S. Al Jumu’ah 62:10).
Ada dua macam dzikir, muqayyad dan muthlaq.

- Dzikir Muqayyad adalah dzikir yang jenis dan jumlahnya telah ditetapkan Rasulullah saw. seperti dzikir setelah shalat fardhu (wajib) membaca Subhanallah, Alhamdulillah, dan Allahu Akbar masing-masing 33 kali. Karena Rasulullah telah menetapkan jenis dan jumlahnya, kita tidak boleh menambahi atau menguranginya.

- Dzikir muthlaq adalah dzikir yang jenis dan jumlahnya tidak ditetapkan oleh Rasulullah saw., namun disesuaikan pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Misalnya saat menghadapi ujian kita agak gelisah, nah kita bisa berdzikir apa saja sesuai kemauan, bisa baca astaghfirullah, subhanallah, alhamdulillah, dll. Jumlahnya pun terserah kita, berapa saja boleh. Allah swt. akan mencintai hamba-Nya yang selalu menyertakan dzikir dalam seluruh aktifitas kesehariannya. Mendapat kebahagiaan mengucapkan alhamdulillah, tertimpa musibah mengucapkan innalillahi wa inna ilaihi raaji’un, melihat kemaksiatan mengucapkan astaghfirullah, memulai perbuatan baik mengucapkan bismillah, melihat sesuatu yang mengagumkan mengucapkan subhanallah, dll. Ini indikator bahwa kita selalu mengingat-Nya, sehingga Allah swt. pun akan mengingat kita.

“Karena itu, ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingat pula kepadamu. Dan bersyukurlah kepada-Ku, serta janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku (Q.S. Al Baqarah 2:152).

Allah swt. akan menyertai orang-orang yang selalu berdzikir kepada-Nya, sebagaimana dijelaskan dalam hadits qudsi, “Aku adalah menurut persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Dan Aku bersamanya ketika ia menyebut-Ku. Jika ia menyebut-Ku dalam dirinya, maka Aku menyebutnya dalam diri-Ku. Ketika ia menyebut-Ku ditengah-tengah sekelompok orang, maka Aku menyebutnya ditengah-tengah kelompok yang lebih baik dari mereka (kelompok malaikat).” (H.R.Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Dalam riwayat lain disebutkan, “Sesungguhnya Allah swt. berfirman: Aku bersama hamba-Ku selama ia mengingat-Ku, dan selama kedua bibirnya masih bergerak menyebut nama-Ku.”(H.R. Ahmad, Bukhari, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Al Hakim )

Dzikir jangan diartikan sempit (sekedar dengan lisan), tapi juga harus tercermin dalam perbuatan. Kalau kita berbisnis, bekerja, belajar, dll. dengan berpegang teguh pada nilai-nilai kebanaran dan kejujuran, ini juga disebut dzikir. Allah swt. menyebutkan ciri-ciri orang yang dincintai-Nya, “Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, dalam keadaan berbaring…” (QS. Ali Imran 3: 191).

Ini yang dimaksud dzikir dalam perbuatan atau aktifitas. Apabila ketiga hal di atas dilaksanakan, yakni memahami Qur’an, meningkatkan amaliah wajib dan sunah, serta selalu dzikir dengan ucapan dan perbuatan, insya Allah kita akan menjadi kekasih-Nya, dan kita akan rindu bertemu dengan-Nya, “Barangsiapa yang mendambakan bertemu dengan Allah, Allah pun mendambakan bertemu dengannya. Dan barangsiapa yang benci bertemu dengan Allah, Allah pun akan merasa benci bertemu dengannya.” (HR. Ahmad, Muslim, Tirmidzi, Ad-Darimi, dan Nasa’i).

Realisasikan cinta dan rindu kita kepada-Nya dengan cara mengerjakan apa yang Allah cintai, meskipun diri kita sangat membenci dan menolak perbuatan tersebut, serta tinggalkan apa yang Allah benci, meski sebenarnya kita sangat mencintai dan menginginkannya. Semoga kita diberi kekuatan untuk bisa meraih cinta-Nya. Amiin.

Wallahu A’lam.

Sumber :
- Percikaniman.Org


Nikmati Majalah PI (Mapi) edisi Mei 2009 !!
1. Tema Utama : "Pendidikan Gratis, Siapkah ?"
2. Tema Pendukung :
- Kuku Juga Bisa Bicara
- Organisasi2 yahudi di AS Ternacam Bangkrut
- Waspada Virus HP!!!
3. Cover : http://percikaniman.org/images/banner/mapi-05-2009.jpg

2013/10/07

ATMOSFER DALAM AL QUR'AN


Satu fakta tentang alam semesta sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an adalah bahwa langit terdiri atas tujuh lapis. 

"Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." (Al Qur'an, 2:29) 

"Kemudian Dia menuju langit, dan langit itu masih merupakan asap. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya." (Al Qur'an, 41:11-12) 

Kata "langit", yang kerap kali muncul di banyak ayat dalam Al Qur’an, digunakan untuk mengacu pada "langit" bumi dan juga keseluruhan alam semesta. Dengan makna kata seperti ini, terlihat bahwa langit bumi atau atmosfer terdiri dari tujuh lapisan.

Saat ini benar-benar diketahui bahwa atmosfir bumi terdiri atas lapisan-lapisan yang berbeda yang saling bertumpukan. Lebih dari itu, persis sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an, atmosfer terdiri atas tujuh lapisan. Dalam sumber ilmiah, hal tersebut diuraikan sebagai berikut: 

Para ilmuwan menemukan bahwa atmosfer terdiri diri beberapa lapisan. Lapisan-lapisan tersebut berbeda dalam ciri-ciri fisik, seperti tekanan dan jenis gasnya. Lapisan atmosfer yang terdekat dengan bumi disebut TROPOSFER. Ia membentuk sekitar 90% dari keseluruhan massa atmosfer. Lapisan di atas troposfer disebut STRATOSFER. LAPISAN OZON adalah bagian dari stratosfer di mana terjadi penyerapan sinar ultraviolet. Lapisan di atas stratosfer disebut MESOSFER. . TERMOSFER berada di atas mesosfer. Gas-gas terionisasi membentuk suatu lapisan dalam termosfer yang disebut IONOSFER. Bagian terluar atmosfer bumi membentang dari sekitar 480 km hingga 960 km. Bagian ini dinamakan EKSOSFER. .
(Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 319-322)

Jika kita hitung jumlah lapisan yang dinyatakan dalam sumber ilmiah tersebut, kita ketahui bahwa atmosfer tepat terdiri atas tujuh lapis, seperti dinyatakan dalam ayat tersebut.

1. Troposfer
2. Stratosfer
3. Ozonosfer
4. Mesosfer
5. Termosfer
6. Ionosfer
7. Eksosfer

Keajaiban penting lain dalam hal ini disebutkan dalam surat Fushshilat ayat ke-12, "… Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya." Dengan kata lain, Allah dalam ayat ini menyatakan bahwa Dia memberikan kepada setiap langit tugas atau fungsinya masing-masing. Sebagaimana dapat dipahami, tiap-tiap lapisan atmosfir ini memiliki fungsi penting yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia dan seluruh makhluk hidup lain di Bumi. Setiap lapisan memiliki fungsi khusus, dari pembentukan hujan hingga perlindungan terhadap radiasi sinar-sinar berbahaya; dari pemantulan gelombang radio hingga perlindungan terhadap dampak meteor yang berbahaya. 

Salah satu fungsi ini, misalnya, dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut:
Atmosfir bumi memiliki 7 lapisan. Lapisan terendah dinamakan troposfir. Hujan, salju, dan angin hanya terjadi pada troposfir. (http://muttley.ucdavis.edu/Book/Atmosphere/beginner/layers-01.html) 

Adalah sebuah keajaiban besar bahwa fakta-fakta ini, yang tak mungkin ditemukan tanpa teknologi canggih abad ke-20, secara jelas dinyatakan oleh Al Qur’an 1.400 tahun yang lalu.

Source: Klik Disini