"Mulai dengan Bismillah, Luruskan Niat. Allah Maha Melihat!"


2024/04/04

SEKOLAH MODERN SUDAH ADA DI BATAHAN DI TAHUN 1884


   
      Catatan ini cukup menarik dan memberi kabar gembira bagi masyarakat Batahan dan sekitarnya. Utamanya pada mereka yang concern, berperhatian pada pendidikan dan sejarah Batahan. Bagaimana tidak, ternyata lebih dari setengah abad sebelum Indonesia merdeka, nyatanya sudah berdiri sekolah modern di Batahan. Mungkin saja sudah ada sebelum tahun 1884 juga. 

            Saya berani membuat tulisan ini bukan sekedar klaim belaka, tapi berdasarkan dokumen otentik oleh seorang peraih Phd di University of London, tahun 1984. Dokumen ini berupa thesis untuk S3 (biasa kita sebut sebagai disertasi di sini) untuk meraih gelar Phd, oleh seorang ilmuwan Indonesia yang bernama Ahmat Adam. Judul thesisnya adalah: THE VERNACULAR PRESS AND THE EMERGENCE OF MODERN INDONESIAN CONSCIOUSNESS (1855-1913). 


            Dalam tesis tersebut, beberapa kali kata "Batahan' ditulis. Jelasnya ada di halaman 139 dan 271. Penulis, yakni Ahmat Adam, sedang menceritakan perjalan hidup, karir dan perjuangan seorang tokoh pionir Pers Indonesia, yakni Dja Endar Moeda. Profilnya awal tahun ini juga diungkap oleh beberapa media elektronik nasional seperti pada link berikut: https://sumut.idntimes.com/.../mengenal-dja-endar-moeda...

        Disebutkan bahwa Dja Endar Moeda lahir di Padangsidimpuan tahun 1861. Dia diangkat menjadi asisten guru tahun 1884 di Air Bangis. Kemudian beberapa saat setelah itu Dja Endar Moeda mendapat promosi menjadi kepala guru (kepala sekolah) di Batahan. Di masa ini ia banyak menulis untuk surat kabar di Jawa dan menjadi kontributor beberapa jurnal dan media. Disebutkan dia sebagai kepala guru di Batahan, tentu artinya di Batahan ada sekolah modern yang dipimpin oleh seorang 'cendekiawan' yg kelak menjadi tokoh pionir pers Indonesia.


            Sungguh beruntung masyarakat Batahan ketika itu. Di saat sebagian wilayah nusantara masih dihuni masyarakat berpakaian telanjang dada dan terbelakang secara pendidikan, Batahan sudah memiliki guru dan kepala sekolah dengan kualitas yang luarbiasa!


TANTANGAN UNTUK GENERASI MUDA BATAHAN

        Dari uraian singkat ini, diharapkan semangat generasi muda Batahan semakin terpantik untuk mencari tahu jejak-jejak sejarah pendahulunya. Sangat mungkin, murid-murid yang sempat diajar oleh Dja Endar Moeda itu, memiliki cucu2 dan cicit keturunannya yang masih eksis di Batahan, bisa jadi diantaranya mungkin kita. Hanya catatan-catatan sejarah otentik yang bisa jadi nanti kita temukanlah yang akan mampu menjawab hipotesis ini. Semoga!

2024/03/11

Hisab or Ru'yah? Mari Ber-Shaum dengan Riang Gembira!


Muhammadiyah meyakini bahwa metode penentuan awal bulan (hilal) itu adalah wilayah Ijtihadi, akan terdapat khilafiyah alias perbedaan pandangan, dan itu syah dalam Islam> maka ia tak mungkin dipaksakan untuk pakai metode yang sama. Metode hisab dan ru'yah sama-sama dapat dipertanggungjawabkan. Metode hisab jelas dan pasti dengan konsep wujudul hilalnya, bahwa bulan baru memang sudah ada, berapapun derajat ketinggiannya. Maka penganut metode hisab meyakini bahwa mereka memang sudah masuk dalam bulan baru (Ramadhan, misalnya). Sementara penganut metode ru'yah karena berpegang pada hadits Nabi utk shaum atau berbuka (lebaran) ketika melihat hilal, juga syah dan valid.

 

Berarti metode hisab, tidak ada dalilnya dong? oh tentu tidak begitu.
Adapun dasar Muhammadiyah menetapkan untuk menggunakan hisab dalam menentukan awal bulan setidaknya ada 7 argumen, termasuk ada dalil-dalilnya (seperti dikutip di laman Muhammadiyah.

 

Pertama: karena semangat Al-Qur’an adalah menggunakan hisab, sebagaimana tersirat dalam al-Qur’an; “Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan” (QS. Ar-Rahman [55]:5). Ayat ini tidak sekedar menginformasikan bahwa matahari dan bulan beredar secara pasti (eksak), tetapi juga dorongan untuk menghitungnya karena memilik manfaat yang sangat banyak, antara lain untuk mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu (QS. Yunus [10] ayat: 5).

Kedua: Rasulullah Saw menggunakan rukyat, karena itulah cara yang memungkinkan untuk digunakan saat itu, yang oleh Rasyid Ridha dan Mustafa Ahmad Az-Zarqa menjelaskan bahwa perintah melakukan rukyat adalah amrun ma’lulah (perintah yang memiliki ilat atau causa hukum), sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah Saw; “Sesungguhnya kami adalah umat yang ummi kami tidak bisa (tidak terbiasa) menulis dan tidak bisa melakukan hisab. Bulan itu adalah demikian-demikian, kadang-kadang dua puluh sembilan hari, dan kadang-kadang tiga puluh hari” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Ketiga: Dengan rukyat umat Islam tidak bisa membuat kalender, apalagi kalender global hingga sekian puluh atau seratus tahun yang akan datang. Rukyat tidak dapat dijadikan sarana untuk menentukan penanggalan jauh ke depan, sebab tanggal baru bisa diketahui pada H-1, yang dalam konteks Indonesia menyebabkan masyarakat di daerah Timur bingung untuk mengakhiri rangkaian ibadah ramadhannya termasuk shalat tarawih karena di daerahnya telah masuk waktu isya’ sementara di Jakarta masih sore dan menunggu sidang itsbat yang sejatinya tidak diperlukan.

Keempat: Rukyat tidak dapat menyatukan awal bulan Islam secara global (Kalender Islam Internasional). Sebaliknya, rukyat memaksa umat Islam berbeda memulai awal bulan Qomariah. Hal ini karena rukyat pada visibilitas pertama tidak mengcover seluruh muka bumi. Pada hari yang sama ada muka bumi yang dapat merukyat tetapi ada muka bumi lain yang tidak dapat merukyat.

Kelima: Jangkauan rukyat terbatas, akibatnya rukyat fisik tidak dapat menyatukan awal bulan Qomariah di seluruh dunia. Pada sisi lain ilmu astronomi telah mengalami kemajuan pesat dan dapat menjadi solusi yang dapat dipertanggungjawabkan baik secara agama maupun saintifik.

Keenam: Pada masa Nabi rukyat tidak problematik karena terbatasnya wilayah umat Islam pada masa Nabi saw, tidak seperti saat ini yang telah mendunia.

Ketujuh: Rukyat menimbulkan masalah pelaksanaan puasa Arafah, karena di Makkah belum terjadi rukyat sementara di kawasan sebelah Barat sudah terukyat, demikian pula sebaliknya. Sehingga bisa terjadi kawasan lain berbeda satu hari dengan Makkah dalam memasuki awal bulan Qomariah. Akibatnya kawasan ujung Barat bumi tidak dapat melaksanakan puasa Arafah karena wukuf di Arafah jatuh bersamaan dengan hari Idul Adha.

--

Seperti halnya aliran fiqh utama yang di bawa oleh imam madzhab fiqh mu'tabar setidaknya ada empat: Hanafiyah, Malikiuah, Syafi'iyah dan Hambaliyah. Maka posisi pemerintah (penguasa negara) boleh memilih salah satu madzhab atau mungkin tak bermadzhab fanatik pada satu saja, namun tak elok alias tak bijaksana jika memaksa seluruh ummat untuk mengambil satu madzhab saja dan melarang madzhab yang lain.

Kembali terkait penentuan awal bulan qamariyah,apa yang terjadi selama ini sebenarnya sudah baik. Di Indonesia, kementerian Agama selalu menjadi kordinator untuk menentukan hilal dengan metode ru’yah, tapi tetap menghargai pihak lain yang menggunakan metode hisab. Hanya disayangkan saja jika masih ada suara-suara sumbang dan nyinyir yang menyebut seolah-olah mereka yang menggunakan metode hisab itu sudah otomatis menjadi ‘penentang ulil amri’. Bahkan ada yang sampai tega menuduhnya sama dengan khawarij. Aduh mak, sembarangan sekali simpulannya!  Aduh mak, sembarangan sekali simpulannya! :)
---
Selamat melaksanakan ibadah shaum Ramadhan 1445 H, saudara muslim ku semua. 

Semoga Allah kuatkan kita untuk menjalaninya dengan sebaik-baiknya amal. Aamiin

2023/06/16

9 Steps of GTM Strategy

A go-to-market (GTM) strategy is a step-by-step plan for launching a new product or expanding into a new market. It helps you launch your product to the right audience, with the right messaging, at the right time. Learn how to craft a go-to-market strategy in nine steps and set your next product launch up for success.

Go-to-market strategy vs. marketing plan

A go-to-market strategy is specifically for launching a product or expanding to a new market. On the other hand, a marketing plandetails how you’ll execute your overall marketing strategy. Instead of being launch specific, a marketing plan is a long-term approach to help you achieve your marketing objectives—like an annual roadmap or an overarching digital marketing strategy. Your GTM strategy draws from your long-term marketing plan, but it’s tailored to a specific launch. 

Marketing plan example: Sephora’s marketing plan leverages its loyalty program, which offers discounts and gifts to customers who spend a certain amount. This plan isn’t specific to a product launch, rather it’s a long-term approach to build customer loyalty over time. 

Go-to-market plan example: Microsoft executed a go-to-market strategy when launching its third generation Surface tablet. Their strategy was specific to the tablet’s launch and addressed a particular market problem—that existing tablets didn’t have the functionality of a full-fledged computer. 

Step 1: Identify the problem
Step 2: Define your target audience 
Step 3: Research competition and demand 
Step 5: Map your buyer’s journey
Step 4: Decide on key messaging 
Step 6: Pick your marketing channels 
Step 7: Create a sales plan
Step 8: Set concrete goals
Step 9: Create clear processes