"Mulai dengan Bismillah, Luruskan Niat. Allah Maha Melihat!"


2009/04/20

TDW University - Mengapa yang kaya Semakin Kaya

Kenapa orang kaya semakin kaya, kelas menengah bergumul terus,
dan yang miskin bablas miskin.

Kenapa orang kaya semakin kaya, karena begitu orang kaya penghasilannya
bertambah besar maka gaya hidupnya sementara tetap (menunda kesenangan).
Penghasilan yang lebih ini diinvestasikan kedalam asset (beli saham yang
menghasilkan deviden, rumah kost kost-an, ruko yang dikontrakkan, Mall yang
disewakan, sarang walet, usaha-usaha yang menghasilkan, dll). Sedemikian
sehingga penghasilan mereka bertambah besar. Dan ketika penghasilan mereka
bertambah besar lagi, mereka investasikan lagi ke dalam asset tersebut diatas,
sehingga semakin kaya dan semakin kaya lagi.

Kenapa orang menengah bergumul terus secara financial? Ketika orang
menengah penghasilannya bertambah besar maka dia mencicil rumah yang
lebih besar, mobil yang lebih besar, handphone yang lebih canggih,
komputer yang lebih modern, televisi yang lebih besar, audio yang
lebih canggih dan banyak sekali uang untuk kewajiban sehingga masuk
kedalam pengeluaran. Orang menengah ini bisa memiliki rumah yang besar,
mobil yang besar tapi tidak mempunyai uang yang bekerja untuk dia. Dan
seumur hidupnya menjadi budak uang karena membayar cicilan semakin besar seumur hidupnya.

Kenapa orang miskin bablas miskin ?

Orang miskin tidak perduli seberapa besar pun penghasilannya semua akan masuk ke pengeluaran.

Contoh :

Orang miskin begitu penghasilannya bertambah besar mereka beli TV yang besar,
beli jamnya yang mahal, beli hp yang lebih baru, beli baju mahal, makan di
restoran mewah, ikut keanggotaan fitness, ikut asuransi yang tidak perlu, dll.

Pertanyaannya :

Bila penghasilan Anda bertambah besar, Anda belikan apa? Hal-hal yang
menghasilkan uang lagi atau hal-hal yang menghabiskan uang. Silahkan dijawab,
Anda yang tahu termasuk golongan manakan Anda?

untuk melengkapi pembelajaran Anda silahkan Anda download eBook
24 Prinsip Miliarder yang Mencerahkan oleh Tung Desem Waringin senilai Rp. 250.000,-
dan seminar 3 hari Financial Revolution senilai Rp. 4.933.500,-
klik disini : http://www.tdwuniversity.com/launch/?id=22412

Rahasia Sukses ala Tung Desem Waringin

Kekayaan adalah sama dengan kemampuan untuk terus bertahan hidup
dengan gaya hidup yang ada, tanpa harus bekerja.

Keterangan:

Penelitian yg dilakukan oleh Gallup International menunjukkan bahwa
rata-rata eksekutif ibukota & Asia kaya mampu bertahan 90 hari dengan
gaya hidup yang ada apabila besok dia berhenti kerja. Setelah itu mereka
harus mulai menjual asset atau berhutang.

Kaya adalah relatif. Sebagian orang merasa kaya ketika mempunyai uang
10 juta rupiah. Sebagian orang merasa tidak kaya walaupun sudah memiliki
uang 10 milyar. Menurut majalah Forbes kaya adalah orang yang mempunyai
penghasilan 1 juta US keatas setahunnya. Sedangkan menurut Robert T. Kiyosaki
yang mengutip dari gurunya Buckminster Fuller bahwa kaya adalah bukan berapa
besar active income anda melainkan kaya adalah apabila passive income lebih
besar dari biaya hidup. Yang dimaksud passive income disini adalah uang yang
masuk tanpa harus bekerja.

Sebagai perbandingan Mike Tyson, dia menghasilkan 300 juta USD sewaktu bertinju,
tapi hari ini bangkrut dan masih berhutang 35 juta USD. Maka sebetulnya Mike Tyson
bukan termasuk kaya, termasuk pula di dalam kategori orang yang bukan kaya
adalah orang-orang yang punya penghasilan 1 Juta USD/tahun namun pengeluarannya
1,2 juta USD/tahun.

Pertanyaan penting kali ini adalah:

1.) Bila besok anda berhenti kerja, berapa lama anda dapat bertahan hidup dengan
gaya hidup anda sekarang tanpa harus menjual asset-asset anda?

2.) Lalu bagaimana kita bisa kaya menurut versi Robert T. Kiyosaki dimana passive
income lebih besar dari biaya hidup?

Jadi sebetulnya menurut Robert T. Kiyosaki, kaya adalah bagaimana menciptakan
passive income lebih besar dari biaya hidup.

Cara membuat passive income:

- Royalti dari hak cipta
- Rumah yang disewakan/ dikostkan
- Saham-saham yang menghasilkan deviden
- Reksadana
- Usaha-usaha yang menghasilkan

Buatlah rangkaian rencana sumber pasif income anda. Sesuatu yang anda sukai dan dapat anda

kerjakan sementara anda mengerjakan apa yang anda kerjakan sekarang.
Dan untuk mendapatkan materi tambahan eBook "24 Prinsip Miliarder yang Mencerahkan"
senilai Rp. 250.000,- dan seminar 3 Hari Financial Revolution senilai Rp. 4.933.500,-
oleh Tung Desem Waringin bisa Anda dapatkan di :
http://www.tdwuniversity.com/launch/?id=22412

Jadi sebetulnya menurut Robert T. Kiyosaki, kaya adalah bagaimana menciptakan
passive income lebih besar dari biaya hidup.

Cara membuat passive income:

- Royalti dari hak cipta
- Rumah yang disewakan/ dikostkan
- Saham-saham yang menghasilkan deviden
- Reksadana
- Usaha-usaha yang menghasilkan

Buatlah rangkaian rencana sumber pasif income anda. Sesuatu yang anda sukai dan dapat anda

kerjakan sementara anda mengerjakan apa yang anda kerjakan sekarang.
Dan untuk mendapatkan materi tambahan eBook "24 Prinsip Miliarder yang Mencerahkan"
senilai Rp. 250.000,- oleh Tung Desem Waringin bisa Anda dapatkan di :
http://www.tdwuniversity.com/launch/?id=22412

2009/04/11

Dibalik keberhasilan Partai Demokrat


Hasil PEMILU versi quick count dari beberapa lembaga survey sudah dipublikasikan melalui media nasional. Hanya beberapa jam dari waktu pemilihan, lembaga-lembaga survey telah mulai menerima data dari para agentnya yang tersebar acak tersebut, dan semua lembaga tersebut telah mendudukkan partai Demokrat pada posisi pemuncak. Jika hasil quick count ini selaras dengan hasil perhitungan akhir yang resmi dari Komisi Pemilihan Umum, maka sudah dapat dipastikan partai Demokrat lah yang paling unggul dalam PEMILU calon anggota legislatif tahun 2009 ini.

Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari fenomena partai Demokrat ini. Untuk menjelaskan fenomena tersebut bisa didekati dari beberapa faktor sosial. Pertama adalah faktor kepemimpinan (Leadership). Meskipun Demokrat adalah sebuah partai, yang notabene didalamnya ada jutaan kader dan ribuan pemimpin dalam semua levelnya, namun masyarakat masih tidak bisa melepaskan pandangannya bahwa partai Demokrat adalah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan SBY adalah partai Demokrat. Hubungannya tidak dapat dipisahkan.

Dari dimensi kepemimpinan ini, kita bisa menyebutkan bahwa bangsa Indonesia, setidaknya para partisan partai Demokrat, masih menyimpan romantisme kepemimpinan masa lalu yang umumnya lebih bisa terwakili oleh penampakan kepribadian pemimpin tersebut. Maksud saya adalah masyarakat lebih mendahulukan dasar kepemilihannya pada performa luar (phisically), ketimbang gagasan-gagasan yang dibawa oleh sang tokoh. Pandangan ini sejalan dengan hasil survey beberapa lembaga mengenai tingkat popularitas tokoh-tokoh nasional. Dari hasil survey itu, disukai atau tidak oleh para tokoh yang dijadikan objek survey, menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia masih lebih mempercayai bangsa ini akan terus dipimpin oleh SBY daripada tokoh-tokoh lainnya. Meskipun dalam pandangan beberapa pengamat menyatakan bahwa beberapa tokoh calon presiden alternatif memiliki beberapa gagasan yang kebih segar. Sebut saja diantara tokoh-tokoh ini ada politisi muda dari Golkar Yudhi Krisnandi, intelektual dan mantan menteri Rizal Ramli, dan lain-lain.

Faktor berikutnya adalah faktor komunikasi politik (Political Communication). Beberapa jam setelah masa pemilihan calon legislatif 9 April 2009, Stasiun TVOne mendatangkan beberapa pengamat dan pakar komunikasi politik seperti Yudhi Latif, Aria Bima dan Effendi Gazali. Dari hasil pengamatan saya, mereka bertiga ini setuju kalau dikatakan bahwa komunikasi politik partai Demokrat dengan icon-nya SBY lah yang paling berhasil (dalam konteks pemasaran). Meskipun ada beberapa partai pendatang baru yang berhasil masuk dalam 10 besar partai politik di Indonesia (menurut perhitungan sementara). Faktor komunikasi politik yang menguntungkan bagi partai Demokrat ini sesungguhnya bukan semata-mata hasil kerja keras partai Demokrat sendiri. Tapi ada juga akibat dari blunder politik yang dilakukan oleh partai pesaingnya, yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Sebagaimana diketahui di akhir-akhir masa kampanye PDI-P mengeluarkan iklan TV versi pemantauan pembagian BLT langsung oleh kader PDI-P. Ternyata iklan ini diyakini telah ikut membuat pamor partai Demokrat (baca: kebijakan SBY) menjadi semakin populer. Tidak hanya dianggap populer, namun juga PDI-P melalui iklannya itu telah meyakinkan masyarakat kecil bahwa program BLT yang merupakan salah satu program pro-rakyatnya SBY itu memang perlu dilakukan pemerintah. Disadarai atau tidak, PDI-P telah mendukung program BLT itu. Padahal dalam kesempatan-kesempatan sebelumnya PDI-P dengan lantang sering mengatakan bahwa BLT tidak akan banyak membantu masyarakat kecil, namun justru hanya membuat rakyat miskin menjadi tidak produktif.

Faktor berikutnya adalah pendekatan yang berbeda (different approach). SBY selama 5 tahun masa kepemimpinannya telah melakukan pendekatan-pendekatan berbeda dari pemerintahan sebelumnya. Pendekatan ini terlihat dari beberapa program pro-rakyat versi SBY. Diantara program itu adalah KUR (kredit usaha rakyat), UMKM, PNPM Mandiri (Program Nasional Pengembangan Masyarakat Mandiri), dan yang paling fenomenal adalah Bantuan Langsung Tunai (BLT). Dikatakan fenomenal karena program ini menyentuh masyarakat dalam skala yang sangat luas dan banyak diliput oleh media. Terlepas dari pro kontra yang ada mengenai program-program pemerintahan SBY, buktinya telah dapat dilihat dari hasil pemilu 9 April kemarin.

Faktor yang keempat adalah faktor waktu (timing). Tampaknya tahun 2009 ini, waktu lebih berpihak pada SBY dengan partai Demokrat-nya. Dari kacamata persaingan, SBY tidak memiliki pesaing alternatif yang benar-benar baru dan beda. Masyarakat melihat tokok-tokoh lain masih memiliki hubungan yang sangat kental dengan perpolitikan masa lalu, misalnya Wiranto, Sutiyoso, Prabowo Subianto dan Sri Sultan Hamengkubuwono. Sementara calon-calon alternatif seperti Yudhi Krisnandi dan Rizal Ramli, yang menurut klaimnya akan mengusung tema perubahan tidak memiliki dukungan partai politik besar yang memadai.

Dan, akhirnya sebagai bangsa yang berkeyakinan pada kekuasaan Tuhan yang Mahakuasa, Allah SWT, kita tidak bisa melepaskan diri dari faktor campur tangan-Nya....

Demikian ulasan singkat mengenai fenomena keberhasilan partai Demokrat pada PEMILU legislatif 2009. Ini semata-mata pandangan pribadi dan tidak bermaksud menggiring pada pembaca pada satu tokoh. Akhirnya, semua pilihan kita serahkan kepada bangsa Indonesia untuk menentukannya sendiri dalam Pemilihan Presiden beberapa bulan ke depan. Wallahu a'lam