Sebelum saya memulai cerita ini, izinkan dulu saya
mengajukan pertanyaan berikut ini: Sudah berapa lama terakhir kalinya Anda melakukan
kontak (bisa menemui atau menelpon, sms, chat, dll) dengan sahabat-sahabat Anda?
Berapa lama? Semoga tidak seperti kisah kawan di bawah ini:
Beberapa hari yang lalu saya bertemu dengan seorang sahabat
lama. Tidak terlalu lama juga. Hanya sekira dua tahun lebih kami tidak saling
bertemu. Komunikasi lewat hp atau email pun sangat langka. Bukannya saya gak
mau, tapi kontak saya sering diabaikannya.
Terakhir bertemu dulu ketika dia meminta informasi lowongan
kerja kepada saya. Karena memang waktu dia sedang ‘unemployed’ alias sedang
tidak bekerja. Tidak punya usaha atau bisnis juga, sementara usianya sudah
terus menanjak naik, melewati angka 28 tahun. Tentu saja baginya kondisi (belum punya
penghasilan tetap) tersebut sangat tidak baik, lebih pula bagi seorang pemuda
yang mempunyai 2 adik perempuan yang harus diperjuangkannya kelak.
Flash-back sebentar ke masa dua tahun yang lalu.
Alhamdulillahnya pada waktu itu, sangat kebetulan ada
seorang kawan lain yang sedang mencari karyawan untuk perusahaan bosnya,
perusahaan penjualan otomotif ternama. Dan ia pun menginformasikan juga kepada
saya. Tentu saja, gayung bersambut. Lowongan ini tidak disia-siakan oleh kawan
yang sedang mencari pekerjaan tadi.
Saya minta dia segera menyiapkan berkas lamaran dan bisa
langsung menghadap HRD dari perusahaan yang sedang mencari karyawan tadi. Fortunately, dia lulus di tahap rekrutmen, kemudian
ikut training dan terus diterima sebagai tenaga baru di perusahaan tersebut,
meski dikontrak, tapi langsung kontrak 2 tahun sekaligus. Alhamdulillah.
Semenjak itu, saya hanya mendengar kabar tentangnya dari
kawan lain, atau sesekali saya lihat di laman facebook-nya. Praktis tidak ada
lagi kontak dengan saya. Saya hanya berfikir positif saja, mungkin karena
kesibukannya sehingga email saya juga dilewat begitu saja.
Kalau dilihat dari statusnya di facebook, terlihat dia betah
di perusahaan tersebut dan tampak lebih gemuk hanya setelah 3 bulan semenjak
bekerja. Sebagai teman tentu saja saya bersyukur melihat keadaannya yang tampak
lebih ‘makmur’ itu.
Kembali ke masa kini.
Beberapa hari yang lalu itu (setelah berselang dua tahun),
tahukah pembaca sekalian, berita apa yang dia bawa? Kenapa tiba-tiba setelah
tepat dua tahun baru sempat mampir ke rumah kami? Ternyata, ini terkait dengan
statusnya yang kembali menjadi ‘un-emplyed’, alias nganggur. Kontrak dua
tahunnya tidak diperpanjang. Entah karena performansi kerjanya tidak bagus,
atau ada alasan lain dari perusahaannya. Saya tidak tahu. Dan tidak ingin tahu
juga.
Dia membuka percapakannya,’Tolong aku fren, tolong dibantu rekomendasikan ke temanmu yang di HRD
kami itu’. ‘Wah wah ada apa ini’ Tanya
saya. Dia pun menceritakan tentang kontrak kerjanya yang tidak diperpanjang
itu.
‘Waduh, maaf banget sob,
bukannya saya gak mau bantu. Tapi tiap HRD itu pasti dah punya mekanisme
tentang diperpanjang atau tidaknya seorang karyawan. Dan itu baku. Tentu saja
pihak lain tak bisa mempengaruhi’ Jawab saya beralasan. ‘Kalau gak, minta tolong kasih relasi lain
la yang mungkin sedang butuh karyawan juga’ katanya memelas.
Sebenarnya saya sangat ingin membantu, sejauh yang saya
bisa. Tapi memang saat ini saya belum dapat info lagi tentang lowongan di
perusahaan-perusahaan yang kebetulan banyak staff HR-nya teman mengaji saya
waktu kuliah dulu.
‘Seandainya aja situ
menghubungi saya bulan kemarin, mungkin situ bisa ikut seleksi di tempat kerja kakak
saya sob’ kata saya. ‘Iya siy, tapi bulan
kemarin aku sangat yakin pasti bakalan diperpanjang.’ Katanya. ‘Nah itu lah perlunya kita menjaga
sillaturrahiim, sambut saya setengah menceramahi. Udah butuh baru maksain datang
silaturrahim. Waktu lagi enak terima gaji gede kemarin-kemarin, lupa ke saya’.
kata saya sambil bercanda agar dia tidak tersinggung.
Tapi memang benar, pembaca sekalian, bulan kemarin dibuka
lowongan untuk posisi pengawas di tempat kerja kakak saya, dan statusnya
setelah satu tahun kontrak bisa berpeluang jadi ‘permanent employee’. Test
masuknya pun tidak susah-susah amat. Saya
yakin dengan kualifikasi yang dimiliki kawan tadi, dia bisa lulus. Namun itu
lah, karena saya tidak tahu bahwa dia akan butuh maka info ‘penting’ ini saya
kasih tahu ke anak tetangga, dan sekarang dia lagi persiapan proses training di
situ.
---
Sementara, kawan yang sedang butuh kerja tadi, sekarang
adalah hari kedelapannya mulai hunting job-vacation lagi di kompas sabtu
minggu, karir.com, jobsdb.com dan situs lowongan kerja lainnya. Saya doakan
segera dapat yang terbaik, sob!
---
Cerita seperti ini bisa jadi sangat sederhana, dan banyak
pembaca sekalian yang pernah mendengar atau mungkin mengalaminya sendiri.
Namun, bagi kita yang sedang belajar menjadi pribadi yang baik tentu bisa
menarik hikmah darinya. Bahwa silaturrahiim itu sangat perlu dilakukan, baik
dalam keadaan lapang atau pun sempit, sedang sibuk ataupun senggang. Terlebih dari
itu, salah satu rahasia dari silaturrahiim, yakni bisa memudahkan rezeki memang
terlihat dari cerita di atas. Seperti sabda Nabi Muhammad SAW: ‘Barangsiapa yang ingin
dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali
silaturahmi" (HR. Bukhari Muslim).
Semoga kita termasuk dalam kategori pribadi yang baik, mudah
terinspirasi dan rajin menjaga silaturrahiim. Amiin
Bandung, 21 Februari 2012