"Mulai dengan Bismillah, Luruskan Niat. Allah Maha Melihat!"


Showing posts sorted by relevance for query label:Motivation OR label:Inspiration OR label:Management OR label:Leadership. Sort by date Show all posts
Showing posts sorted by relevance for query label:Motivation OR label:Inspiration OR label:Management OR label:Leadership. Sort by date Show all posts

2012/08/01

“Proses Berpikir Kreatif Dalam Mencari Solusi”

1.   Persiapan (preparation):
Menyiapkan pikiran agar siap untuk berpikir kreatif. Termasuk bekal dalam persiapan adalah: meningkatkan pendidikan dan pengalaman kerja, banyak membaca, menyerap pengetahuan terus menerus, meningkatkan kemampuan mendengar, berdiskusi dengan orang lain.

2.   Penyelidikan (investigation):
Sebelum bisa menghasilkan gagasan atau pemecahan kreatif, seseorang harus meneliti seluk-beluk masalah yang dihadapinya, meneliti informasi yang berkaitan dengan masalah tersebut.

3.   Konsentrasi (concentration):
Melakukan konsentrasi penuh terhadap masalah yang dihadapi  dengan berpikir mencari alternatif solusi kreatif dengan teknik kreatif  ATM-I (Amati, Tiru, Modifikasi, Inovasi) dan metode SCAMPER (Substitute, Combine, Adapt, Modification, Purpose, Elimination, Reverse).  

4.   Pengeraman (incubation):
Jika belum mendapatkan solusi alternatif yang terbaik, maka tindakannya adalah beralih sementara dari masalah yang sedang dihadapi, melakukan kegiatan lain, biarkan proses berpikir bekerja untuk mencari pemecahan kreatif tanpa disadari. Dalam hal ini seseorang bisa melamun, menghayal, santai. Masa pengeraman ini adalah mengkondisikan pikiran kreatif pada gelombang otak alpha: 7 - 13 cps dan theta: 3,5 – 7 cps. Tempat pengeraman tergantung selera pribadi yang penting mempercepat memasuki gelombang otak kreatif alpha atau theta misalnya didaerah pegunungan, pantai, cafe, kamar tidur, kamar mandi, dan lain-lain. atau menyendiri sejenak

5.   Penerangan/pencerahan (illumination):
Setelah melalui masa pengeraman, diharapkan akan timbul gagasan atau ide baru yang merupakan pemecahan kreatif dari masalah yang sedang dihadapi. Tahap “AHA” atau “Eureka” atau “Yes” artinya saya telah menemukan. Tahapan ini adalah bentuk ungkapan dan luapan emosi yang luar biasa ketika menemukan suatu ide bahkan sampai lupa akan dirinya telanjang lari ke jalan raya itulah pengalaman pencerahan Archimedes ketika menemukan hukum pertama hidrolistik saat dia sedang mandi.

6.   Pengujian (verification):
Menguji-cobakan gagasan ide kratif tersebut untuk mengetahui apakah gagasan baru tersebut dapat diterapkan dan praktis. Tentu pengujian ini menggunakan cara berpikir logis danb rasional

7.   Penerapan (implementation):
Pelaksanaan atau penerapan gagasan baru tersebut menjadi kenyataan sehingga masalah teratasi

_
Tulisan
Johnson Alvonco
dari milist trainers club indonesia

2011/04/05

The ABCDE Method for Setting Priorities

By: Brian Tracy

Efficiency is doing things right. Effectiveness is doing the right things. Your ability to plan and organize your work, in advance, so you are always working on your highest value tasks determines your success as much as any other factor.

The ABCDE Method for Priorities
The process of setting short-term priorities begins with a pad of paper and a pen. Whenever you feel overwhelmed by too many things to do and too little time in which to do them, sit down, take a deep breath, and list all those tasks you need to accomplish. Although there is never enough time to do everything, there is always enough time to do the most important things, and to stay with them until they are done right.


Setting Better Priorities
The best method for setting priorities on your list, once you have determined your major goals or objectives, is the A-B-C-D-E method. You place one of those letters in the margin before each of the tasks on your list before you begin.

"A" stands for "very important;" something you must do. There can be serious negative consequences if you don't do it.

"B" stands for "important;" something you should do. This is not as important as your 'A' tasks. There are only minor negative consequences if it is not completed.

"C" stands for things that are "nice to do;" but which are not as important as 'A' or 'B,' tasks. There are no negative consequences for not completing it.

"D" stands for "delegate." You can assign this task to someone else who can do the job instead of you.

"E" stands for "eliminate, whenever possible." You should eliminate every single activity you possibly can, to free up your time.

When you use the A-B-C-D-E method, you can very easily sort out what is important and unimportant. This then will focus your time and attention on those items on your list that are most essential for you to do.

Just Say No
Once you can clearly determine the one or two things that you should be doing, above all others, just say no to all diversions and distractions and focus single-mindedly on accomplishing those priorities.

Much stress that you experience in your work life comes from working on low-priority tasks. The amazing discovery is that as soon as you start working on your highest-value activity, all your stress disappears. You feel a continuous stream of energy and enthusiasm. As you work toward the completion of something that is really important, you feel an increased sense of personal value and inner satisfaction. You experience a sensation of self-mastery and self-control. You feel calm, confident and capable.

Action Exercises
Here are three ideas that you can use, every day, to help you set priorities and to keep you working at your best:

First, take the time to be clear about your goals and objectives so that the priorities you set are moving you in the direction of something that is of real value to you.

Second, remember that what counts is not the amount of time that you put in overall; rather, it's the amount of time that you spend working on high-priority tasks.

Third, understand that the most important factor in setting priorities is your ability to make wise choices. You are always free to choose to engage in one activity or another.

Resolve today to set clear priorities in every area of your life, and always choose the activities that will assure you the greatest health, happiness and prosperity in the long term.

2012/11/28

Kaizen, Continuous Improvement

Kaizen atau dikenal juga Continuous Improvement sangatlah fenomenal. Sebegitu dasyatnya Filosofi yang berasal dari negeri Sakura ini sampai sampai hampir semua manufacturing ingin mengimplementasikan konsep ini bahkan tidak hanya di manufacturing tetapi sudah merambah di dunia non manufacturing seperti office, bank, hospital, restaurant, dsb.
Pertanyaan selanjutnya dan juga sering ditanyakan kepada saya adalah area mana sajakah yang dapat dilakukan Kaizen dan harus dimulai dari area mana?. Dibawah ini telah saya buatkan satu gambaran yang memudahkan kita untuk menentukan area mana yang dapat dilakukan Kaizen serta tools apa yang cocok untuk digunakan.
5S dan 7 Waste adalah Tools dasar dan utama dalam menjalankan TQM serta Productivity Improvement. Pemahaman dan Skill yang tinggi tentang 5S dan 7 Waste akan memudahkan kita untuk menjalankan Kaizen dan TQM.
Di bidang Mesin, tools kaizen yang dapat digunakan adalah TPM (Total Preventive Maintenance) dan Integrated Maintenance System. TPM adalah pondasi utama untuk meningkatkan performance mesin. Dengan Performance mesin yang tinggi maka produktivitas akan naik. Salah satu point penting dalam TPM adalah konsep perhitungan OEE (Overall Effectiveness Efficiency) dimana dalam konsep ini segala macam loss (termasuk defect) dimasukkan dalam perhitungan performance mesin.
Integrated Maintenance System adalah suatu konsep maintenance yang menggali konsep maintenance apa yang paling cocok untuk diaplikasikan pada area industri. Karena setiap industri mempunyai keunikan tersendiri terhadap sistem maintenance yang cocok untuk diterapkan.
Di area produksi kita dapat menjalankan Gemba Kaizen untuk menyingkat waktu proses dari setiap proses yang terjadi di area produksi. Line Balancing dan Man Machine Chart akan membawa kita ke proses yang paling maksimum didalam memadukan antara jumlah operator dengan output yang dihasilkan.
Productivity Improvement adalah salah satu management kontrol yang dijalankan pada area produksi agar target yang telah ditentukan dapat tercapai secara konsisten dari hari ke hari.
Dijenjang lebih tinggi, implementasi Just In Time (JIT) akan dapat membawa kita ke proses produksi yang semakin smooth / lancar, artinya Inventory level di setiap proses menjadi lebih rendah yang pada akhirnya akan dapat menekan Inventory Cost Perusahaan yang bermuara pada kebutuhan Cash Flow yang lebih rendah / sedikit.
Management Operating System (MOS) adalah Kaizen yang diterapkan untuk meningkatkan Integrasi antar Proses / Departemen sehingga menjadikan suatu pola yang terintegrasi antara produksi dan departemen penunjang lainnya seperti Purchasing, PPIC, Maintenance, dll.
Implementasi Value Stream Mapping (VSM) akan melihat proses Kaizen dalam kacamata company level sehingga hasil Kaizen di tingkat bawahnya (departemen / proses) dapat di integrasikan antara proses / departemen satu dengan departemen / proses lainnya sehingga disinilah mulai kelihatan hasil Kaizen dalam skala besar (company level).
Dalam beberapa kasus, konsep VSM juga sering diimplementasikan pada proses Kaizen di departemen non produksi seperti Purchasing, PPIC, GA & HRD, dll
Manufacturing Cost Improvement adalah salah satu model pembelajaran yang diperuntukan untuk level manager keatas. Objective dari pembelajaran ini adalah setiap manager memahami tentang Cost Structure dari product yang dibuat sehingga diharapkan kinerja antara manager yang satu dengan manager yang lain dapat saling mengisi sehingga Cost Structure suatu produk dapat di maintain dan bahkan diperkecil sehingga Profit Ratio dari produk tersebut dapat ditingkatkan.
Demikian ulasan saya tentang Kaizen yang diterapkan di dalam industri. Semoga dapat membantu kita dalam memahami tentang Kaizen.

2013/08/16

Kisah Abu Nawas Menipu Komandan Kerajaan

Pada suatu pagi hari, Abu nawas muda sedang duduk-duduk bersantai di teras rumahnya.
Beberapa saat kemudian, datanglah seorang komandan dengan beberapa prajuritnya.
Sang Komandan bertanya,
"Wahai anak muda, dimanakah aku bisa menemukan tempat untuk bersenang-senang di daerah sekitar sini?"
"Kalau tidak salah di sebelah sana," jawab Abu Nawas.

"Dimanakah tempat itu?" tanya salah seorang prajurit dengan sifat yang tidak menghargai.
"Pergilah ke arah sana, lurus tanpa belok-belok, maka kalian akan menjumpai tempat untuk bersenang-senang," jawab Abu Nawas.

Rombongan tentara kerajaan itu akhirnya pergi juga menuju tempat yang sudah ditunjukkan oleh Abu Nawas. Setelah beberapa saat, kagetlah mereka semua karena tempat yang mereka cari tidak ditemukan, kecuali hanya sebuah komplek kuburan yang sangat luas. Dan tentu saja hal ini membuat para tentara berang karena merasa telah ditipu oleh pemuda tersebut.

Mereka pun kembali lagi ke tempat Abu Nawas.

"Wahai anak muda, keluarlah engkau. Kenapa engkau berani sekali membohongi kami?" tanya Sang Komandan yang tidak tahu kalau yang diajak bicara itu sebenarnya adalah Abu Nawas, Si penasehat Kerajaan.
"Siapakah engkau ini? Berani sekali membohogi kami?" tanya salah seorang prajurit.
"Aku adalah ABDI," jawab Abunawas.

Komandan dan para prajurit merasa geram dan marah
"Prajurit...tangkap dia!!!" seru komandan.
"Engkau akan aku bawa ke Panglima kami," kata komandan.

Oh, rupanya Abunawas hendak dihadapkan ke panglima kerajaan mereka.
"Wahai Panglima, kami telah menangkap seorang pembohong yang berani membohongi pasukan kerajaan," kata komandan.
"Alangkah lancangnya si pemuda ini karena sudah berani berbohong," lanjut komandan.

Panglima bersikap biasa saja, malah dia bahkan memerintahkan kepada prajurit untuk melepaskan borgol yang ada pada tangan Abu Nawas. Komandan dan para prajurit terkejut dan merasa heran, ada apa gerangan ini.

Setelah itu, panglima pun mendekati Abu nawas berkata,
"Tuan Abu, maafkan perbuatan anak buahku di sini ya," kata panglima itu dengan sangat sopannya.
laki-laki gagah dan tampan itu memang sudah saling mengenal satu sama lain karena mereka seringkali bertemu ketika sang khalifah mengundangnya ke istana.

Komandan Minta Maaf
Betapa terkejutnya sang komandan dan para prajuritnya.
Perasaan sombong dan congkak yang tadi menyelimuti mereka seakan berubah menjadi rasa takut.
"Wahai Tuan Abu..sebenarnya kebohongan apa yang mereka sangkakn kepadmu?" tanya panglima.

"Wahai panglima, mereka memintaku untuk menunjukkan tempat untuk bersenang-senang, tentu saja aku tunjukkan kuburan karena kuburan adalah tempat yang lebih baik bagi orang-orang yang taat kepada Allah SWT. Di sana pula dia akan mendapatkan hidangan yang nikmat dari Allah SWT, terbebas dari rasa fitnah dan kejahatan manusia dan makhluk lainnya," jawab Abunawas dengan tenangnya.

Mendengar jawaba pemuda itu, segera saja komandan mendekati Abu Nawas dan berkata,
"Maafkan hamba, Tuanku Abu?"
"Andai saja aku mengetahui bahwa tuan adalah Tuan Abu, tentu kami tidak akan berani membawa Tuan ke hadapan Panglima," kata komandan lagi.

"Wahai komandan...apakah aku telah membohongi kalian? Bukankah aku berkata benar? Aku adalah ABDI, dan setiap orang adlah Abdi Allah SWT, termasuk kalian semuanya," kata Abu Nawas.
"Anda benar Tuanku..," jawab komandan.

Komandan dan prajurit yang telah menangkap Abu Nawas merasa malu jadinya.

2011/06/04

Manage the Crisis


In a fast-changing, turbulent, highly competitive business environment, you will have a crisis of some kind every two or three months. You also could have a financial crisis, a family crisis, a personal crisis, or a health crisis with the same frequency.

Take Charge Immediately
When the crisis occurs, there are four things you should do immediately.

1. Stop the bleeding. Practice damage control. Put every possible limitation on losses. Preserve cash at all costs.

2. Gather information. Get the facts. Speak to the key people and find out exactly what you are dealing with.

3. Solve the problem. Discipline yourself to think only in terms of solutions, about what you can do immediately to minimize the damages and fix the problem.

4. Become action-oriented. Think in terms of your next step. Often any decision is better than no decision.



Practice Thinking Ahead
One of the key strategies for business and personal success is "crisis anticipation." This strategy is practiced by top people in every field-executives, managers, entrepreneurs, and leaders, especially military leaders. You practice crisis anticipation by looking into the future three, six, nine, and twelve months ahead and asking, "What could happen to disrupt my business or personal life?"



Develop a Contingency Plan
You need to have a contingency plan for possible emergencies and crises. What steps would you take if something went seriously wrong? What would you do first? What would you do second? How would you react? Develop a scenario—a storyline and a plan—describing how you would handle a negative situation, if it occurred.



Prevent the Recurring Crisis
A crisis, by definition, is a once-only, unexpected negative event. If there is a recurring crisis in your company or your life, one that repeats itself regularly, especially cash crises, then you are dealing with a deeper problem, usually incompetent or poor organization. To ensure that the crisis does not repeat itself, after you have resolved that crisis for the first time, do a thorough debriefing on the problem. What exactly happened? How did it happen? What did we learn? What could we do to make sure it doesn't happen again?

Action Exercise

1. Identify the three worst things that could happen in your business in the next year. What could you do today to minimize the damage from these crises?

2. Identify the three worst things that could happen in your personal and family life, and then take steps to make sure they don't happen.

By Brian Tracy

2013/12/31

Tanggal Berapa Anda Lahir dalam Kalender Islam?

Catatan ini merupakan salah satu ajakan yang saya terima dari seorang ustadz untuk senantiasa mencintai kehidupan dengan nuansa dien-Islam. 'InsyaAllah. Sedikit-sedikit dan perlahan saja', ajaknya. Mudah-mudahan Allah SWT menguatkan kita untuk senantiasa istiqomah dalam mempelajari dan menerapkan ilmu-ilmu Islam. Selain itu, catatan kali ini juga terinspirasi oleh gegap gempitanya ucapan selamat tahun baru 2014 yang akan dirayakan oleh manusia penghuni planet Bumi malam nanti. Termasuk juga oleh sebagian besar umat Islam.

Betapa tidak terinspirasi, pada saat menghadiri renungan awal tahun 1435 H sekira dua bulan yang lalu di masjid dekat kantor, saya dan juga para hadirin lainnya begitu tersentak atas pertanyaan sederhana ustadz ketika itu.

Pertanyaannya seperti ini:
-Tanggal berapa Anda lahir?
-Tanggal berapa hari pernikahan Anda?
-Tanggal berapa anak pertama anda lahir? Anak kedua, dst?
-Tanggal berapa Anda wisuda? dst.

Sebagian besar hadirin dapat menjawabnya dengan seketika. Spontan. Tidak perlu mengingat lama. 18 Februari, 27 November, 13 Desember, dan lain-lain.

Selanjutnya sang ustadz mengajukan pertanyaan yang sama, tapi hadirin harus menjawabnya dalam perhitungan kalender Islam. Ya, kalender Hijriyah. Sontak semua terdiam. Hening. Tak ada yang ingat. Atau bisa jadi tak ada yang ingin mengingatnya. Duh!

'Nah, inilah masalah kita', ujar pak ustadz. Mengingat kejadian penting dalam hidup kita atau pun kejadian penting dalam level nasional dan internasional pada kalender / penanggalan Masehi itu tidak salah. Boleh, toh sudah menjadi 'konsensus' internasional. Tapi jangan lupa, bahwa Islam juga memiliki penanggalannya sendiri. Sungguh ironis, jika kita mengaku Islam tapi lupa kalau kita punya penanggalan Islam. Serta lebih ironis lagi jika pura-pura melupakannya.

Sekarang kita coba yuk, apakah sahabat masih ingat nama-nama bulan dalam kalender Hijriyah? Lupa? Tidak masalah. Tapi janji ya, mulai sekarang kita akan terus mengingat dan menghapalkannya.

Yuk, kita ingat kembali. Total dalam satu tahun Hijriyah, ada 12 bulan. Sama saja dengan jumlah bulan pada penanggalan Masehi atau Miladiyah. Setiap bulannya (Hijriyah) terdiri dari dari 29 atau 30 hari. Hanya ada dua kemungkinan. 29 atau 30, pasti itu saja. Tidak akan kita temukan adanya jumlah hari 28 ataupun 31 dalam 1 bulan Hijriyah. Inilah salah satu perbedaan Hijriyah dengan Masehi. Perbedaan berikutnya adalah sistem perhitungannya. Tahun Masehi didasarkan pada proses berputarnya bumi terhadap matahari (solar). Sedangkan penanggalan Hijriyah berdasarkan perputaran bulan (lunar).

Berikut ini adalah nama- nama bulan dalam kalender Hijriyah:
1. Muharram
2. Shafar
3. Rabi'ul Awal
4. Rabi'ul Akhir (Rabi'ussani)
5. Jumadil Awal
6. Jumadil Akhir (Jumadissani)
7. Rajab
8. Sya'ban
9. Ramadhan
10.Syawal
11. Dzulqa'idah
12. Dzulhijjah

Mudah-mudahan dengan tulisan singkat ini membuat kita cinta pada penggunaan kalender Islam. Tipsnya, catatlah kejadian-kejadian yang menurut kita penting dalam dua versi. Misalnya tanggal lahir anak pertama adalah 27 November 2007, itu bertepatan dengan 17 Dzulqa'idah 1428 H.Dan lain-lain.

Di sini saya sertakan juga aplikasi konversi tanggal masehi ke tanggal Hijriyah. Sehingga sahabat semua dapat mengetahui tanggal-tanggal dalam Hijriyah pada tahun berapapun (lebih kurang dalam 100 tahun). Dengan menggunakan aplikasi ini tidak perlu repot lagi harus menyimpan kalender cetak bertumpuk-tumpuk. Aplikasinya sendiri sudah saya simpan pada halaman depan blog ini dengan judul menu 'ISLAMIC CALENDAR CONVERTER'.

Petunjuk Pencarian:
Sahabat tinggal klik pada tanggal, bulan, dan tahun yang diinginkan (Masehi-nya), dan tanggal Hijriyah-nya pun akan muncul otomatis setelah menekan tombol 'CONVERT', seperti terlihat pada gambar di samping.

Jika sahabat juga berminat mencoba silakan langsung meluncur ke tautan berikut.


Terimakasih telah berkenan menyimak.
Semoga bermanfaat!




2011/06/07

Ice Breakers


An ice breaker can be a very useful technique to start a presentation or training session. It can either be in the form of a set of PowerPoint slides designed to get the audience interested – or even better, it can allow some form of audience participation.

We have collected here a range of ice breakers that you may be able to use at your next presentation or training session.

Ice breakers

A good ice breaker is where you get people who do not really know each other to get together. Then you give them five minutes to find out two or three things that they have in common (outside of work).
It could be where they were born, where they went to school, somewhere they have been on holiday, someone they know, hobbies in common.
At the end of the session you get some of them to stand up and say what they have in common. It is amazing how much people really do have in common.

Guess who?

Another technique for breaking the ice with a mid-sized group – it works particularly well in your own company or group – is to ask people to write on a post-it note something about themselves that nobody else would know.

People then have to guess who the answer applies to. You do not have to do all of the answers – just pick a few at random. You can also save a few for later in the day when people return from a coffee or lunch break.

Some of the answers can be really revealing. One person turned out to have been a breakfast TV presenter earlier in his life and another went into the woods looking for mushrooms!

Story of my life

This involves giving people the chance to make a small book about the story of their life. They have to draw in it a number of scenes about their life. They can play these back to each other or to the group.

Straub test

This was always a good one for a set of PowerPoint slides. Make a selection of PowerPoint slides each with the name of a colour printed clearly on it, but make sure that the colour of the text does not always match the name of the colour (see below). Present them in quick succession and ask people to call out the colour of the text not the word it spells. This has become more difficult to do of late due to the popularity of the Nintendo Brain Training game.

straub-test

Get the audience to do it quickly. They will soon start making mistakes. When they get it wrong you can call out the real colour.

Which finger?

Here is a good one for breaking the ice. Do this to members of your audience in turn.

Get your audience to hold out their hands with their arms straight in front of them and their thumbs pointing straight up.
Ask them to rotate their hands so that their thumbs are pointing downwards.
Ask them to cross their hands over so that their palms are flat against each other.
Get them to interlace their fingers to make a fist.
Now – point to a finger (without touching) and ask them to move it.
Now try another. They will probably find the bottom fingers most difficult.
Repeat the exercise with touching – many people find this easier.

Draw a picture

Another quite simple ice breaker technique is to arrange members of the audience in pairs and then get one of each pair to draw a picture without showing the other person. They then have to describe the picture to the other person, who has to make an exact copy – without being able to see it. All of the instructions have to be made verbally and there can be NO POINTING!

Set a time limit of three minutes.

Most people will find this very difficult. Then allow them a very quick glimpse of the picture. They will then suddenly be able to draw it with ease.
This demonstrates two different learning styles. All too often teachers and coaches rely heavily on verbal communication. Often a picture will help to convey the message far more effectively.

Coincidences

This is an ice breaker that my father (an amateur magician) used to use.

This works well with larger numbers. Ask people to guess how many people you would have to ask before you found two people who have the same birthday. Ask them to call their guess out and write down the answers. Most people think that it will be a number over 100.
http://www.blogger.com/img/blank.gif
Then get people to write down their birthday (just the day and the month) on a big sheet of paper. Get them to call their dates out in turn. Write these down on a flip chart. Statistically, the average is just 26 people to find a pair that have the same birthday.

You can end by saying, “Isn’t that an amazing coincidence? Now, talking about coincidences, my presentation will now reveal…” and then you are off.

Send in your ice breakers

Have you come across any other good ideas for ice breakers?

We will try to publish all suggestions that look suitable.

from:

2013/10/02

Pesan Ibu

Suatu hari, tampak seorang pemuda tergesa-gesa memasuki sebuah restoran karena kelaparan sejak pagi belum sarapan. Setelah memesan makanan, seorang anak penjaja kue menghampirinya, "Om, beli kue Om, masih hangat dan enak rasanya!"

"Tidak Dik, saya mau makan nasi saja," kata si pemuda menolak.

Sambil tersenyum si anak pun berlalu dan menunggu di luar restoran.
Melihat si pemuda telah selesai menyantap makanannya, si anak menghampiri lagi dan menyodorkan kuenya. Si pemuda sambil beranjak ke kasir hendak membayar makanan berkata, "Tidak Dik, saya sudah kenyang."
Sambil terus mengikuti si pemuda, si anak berkata, "Kuenya bisa dibuat oleh-oleh pulang, Om."
Dompet yang belum sempat dimasukkan ke kantong pun dibukanya kembali. Dikeluarkannya dua lembar ribuan dan ia mengangsurkan ke anak penjual kue. "Saya tidak mau kuenya. Uang ini anggap saja sedekah dari saya."

Dengan senang hati diterimanya uang itu. Lalu, dia bergegas ke luar restoran, dan memberikan uang pemberian tadi kepada pengemis yang berada di depan restoran.

Si pemuda memperhatikan dengan seksama. Dia merasa heran dan sedikit tersinggung. Ia langsung menegur, "Hai adik kecil, kenapa uangnya kamu berikan kepada orang lain? Kamu berjualan kan untuk mendapatkan uang. Kenapa setelah uang ada di tanganmu, malah kamu berikan ke si pengemis itu?"

"Om, saya mohon maaf. Jangan marah ya. Ibu saya mengajarkan kepada saya untuk mendapatkan uang dari usaha berjualan atas jerih payah sendiri, bukan dari mengemis. Kue-kue ini dibuat oleh ibu saya sendiri dan ibu pasti kecewa, marah, dan sedih, jika saya menerima uang dari Om bukan hasil dari menjual kue. Tadi Om bilang, uang sedekah, maka uangnya saya berikan kepada pengemis itu."

Si pemuda merasa takjub dan menganggukkan kepala tanda mengerti. "Baiklah, berapa banyak kue yang kamu bawa? Saya borong semua untuk oleh-oleh." Si anak pun segera menghitung dengan gembira.
Sambil menyerahkan uang si pemuda berkata, "Terima kasih Dik, atas pelajaran hari ini. Sampaikan salam saya kepada ibumu."

Walaupun tidak mengerti tentang pelajaran apa yang dikatakan si pemuda, dengan gembira diterimanya uang itu sambil berucap, "Terima kasih, Om. Ibu saya pasti akan gembira sekali, hasil kerja kerasnya dihargai dan itu sangat berarti bagi kehidupan kami."

===================================================
Ini sebuah ilustrasi tentang sikap perjuangan hidup yang POSITIF dan TERHORMAT. Walaupun mereka miskin harta, tetapi mereka kaya mental! Menyikapi kemiskinan bukan dengan mengemis dan minta belas kasihan dari orang lain. Tapi dengan bekerja keras, jujur, dan membanting tulang.

Jika setiap manusia mau melatih dan mengembangkan kekayaan mental di dalam menjalani kehidupan ini, lambat atau cepat kekayaan mental yang telah kita miliki itu akan mengkristal menjadi karakter, dan karakter itulah yang akan menjadi embrio dari kesuksesan sejati yang mampu kita ukir dengan gemilang. 
 
Sumber : andriewongso.com

2011/07/12

10 Reasons Why Staff Resist Change


As the old cliché says, "the only constant in life is change." Why, then, are human beings so naturally fearful of and resistant to change? Given the fast-paced, technology-based world in which we operate, one would think that employees would be accustomed to accepting and adjusting to changes. More common than not, the opposite is true. For many people, their job is a significant source of structure in their life. Any thoughts or activities that stray from the comfort of this structure can be threatening and provoke insecurity.

There are many different factors that contribute to staff resistance when it comes to organisational change. One or more of these factors can be present in the consciousness or attitude of each individual employee. Being familiar with these factors can help organisational leaders manage and overcome opposition to necessary change.

1. Lack of Awareness

Staff members at various levels may not necessarily be aware of the underlying business need for change. Whether attempts have been made at communicating this to staff or not, it must be considered and dealt with. Another variation on this theme is that even staff members that do understand the underlying need for change may not necessarily be in agreement or be in line with the overall goals of the organisation.

2. Fear of the Unknown

Humans are prone to fear of the unknown. As mentioned above, many people view their job as an important source of stability in their life. At the very least, employees depend on their regular paycheque to take care of basic financial needs. Not knowing what situations can arise from organisational change can be scary. Employees can be afraid of what may happen, especially in cases of change where layoffs or reduction in workforce may be necessary.

3. Personal Predisposition

This is a highly personal factor and can only be analyzed on an individual basis. A person's predisposition to change is based on several factors having to do with the life experiences that have helped to shape him or her. For example, the way change and uncertainty were handled when that person was a child can have a small or huge effect on how the same person perceives and reacts to impending change as an adult. People with a strong predisposition to resisting and fighting change can have an impact on the next main reason that staff rejects doing things differently.

4. Peer Pressure

Some employees are known pushovers that often take on the plights of one another even if they are not directly affected. In some cases, these types of employees will buy into others' apprehension toward change without even necessarily understanding it.

5. History

Long-standing staff members have long-standing memories. They can exhibit negative feelings and attitudes based on simple misunderstandings, miscommunications, and conflict. The worst thing about this reason for staff denial of change within organisations is that some of the deep-seated history involved may have happened long before the current leadership took the reins.

6. Comfort Zones

Employees may be creatures of habit, knowing very well how to do what they do. Introducing change can raise questions about whether the employee's existing skills and experiences will be adequate to support and thrive in the new environment. This insecurity of whether one's skills will be enough to ensure success during and after change can contribute to resistance. In addition to the skills factor, individuals may be comfortable with the current state of things. The status quo may be providing a sense of accomplishment and fulfillment that staff members are just not ready to relinquish.

7. More May Be Less

Depending on what the organisational change entails, some employees are likely to suspect that they will be required to do more with less, or to perform more work for a smaller amount of pay. While this is not likely to be the case, it is important to evaluate this factor honestly and to address it in communications about change.

8. Trust Issues

This contributing factor of staff resistance to change is related to the corporate culture at the organisation. Managers who do not trust their employees are creating a climate of mistrust that is bound to be reciprocated. If employees do not trust the leadership at the organisation, they are likely to be skeptical of any proposed changes.

9. Loss of Control

Even great employees may resist organisational change. Competent staff members who are good at what they do and feel they have a handle on everything related to their job may feel threatened by the perceived loss of control that change can bring about. Employees can feel confused and powerless by being asked to change the way they think or operate.

10. Fear of Failure

If staff members are happy with what they do and with the results they currently achieve, it may make the status quo too attractive to give up. Fear that they will not be able to attain the same level of success under new circumstances is another reason employees are skeptical of change.

These are only a few of the reasons why staff members in your organisation may resist change. It is evident that a common underlying theme among these reasons is fear. Fear can originate from a myriad of motivations and take on just as many variations. Realising that open communication and understanding will lay the foundation for overcoming fear is the first step in doing so. The type of communication that will help you understand why your staff specifically is giving change the cold shoulder is listening. Making your employees feel comfortable to voice honest opinions and doubts will give you insights into their motivations (or lack thereof). This is the best way of finding out which reasons are standing in your organisation's path to widely supported change.

Damien Clarke has been delivering Personal and Professional Change Management programs to organisations for over 14 years and currently runs various businesses. His own video program on successful Goal Setting and Change is proving a real success with people and companies all over the world. Follow is personal blog and get motivated to achieve your goals.

Article Source: http://EzineArticles.com/1789937

2020/01/23

Hijrah ke Transportasi Umum


Image may contain: sky, skyscraper, bridge, car and outdoorAda jalur busway yang lancar, tapi banyak penghuni kota ini yang seolah berlomba-lomba memenuhi jalan raya dengan kendaraannya masing-masing. Tumpah ruah lah kendaraan roda 4 di jalanan. Macet!

Pengen disebut kaya? Have people? I think that's not a good way to show your wealthy.

Kota-kota di negara maju yg penduduknya lebih sejahtera dan 'have more' malah lebih sadar dengan kebermanfaatan public transportation demi kenyamanan kotanya.

Hijrah yuk!



Alhamdulillah saya sendiri sudah 5 tahunan lebih markirin mobil Senin-Jumat di garasi rumah (kecuali hujan deras dan benar2 urgent). Nyaman-nyaman aja tuh. Tinggal membiasakan aja. Plus sedikit mindset changing. Yuk!
.
Sekarang pilihan transportasi umum dah makin bervariasi. Ada KRL, MRT, ada bus TJ yg rutenya terus bertambah, ada moda transportasi feeder dari kota-kota satelit, bahkan ada mobil omprengan ala-ala nebengDOTcom yg bisa dipilih sesuai kemauan dan kemampuan. Hehe. Oh ya, bentar lagi juga bakal ada LRT JaBoDeBek.
.
Jadi teringat konsep merubah bangsa ala Aa Gym:
1. Mulai dari hal-hal yang kecil.
2. Mulai dari diri sendiri.
3. Mulai dari saat ini!
Bismillah!
.
#guratanSore #fersus #jakarta #transjakarta #jakartatraffic #jakartamajubersama
*foto istimewa, Jan 2020.

2011/10/26

BTS Telkomsel dan Perubahan Nasib Nelayan


Hari ini saya berekesempatan mengikuti seminar sehari di hotel bersejarah di kota Bandung, Savoy Homann, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Perkembangan Telekomunikasi di Indonesia. Cukup banyak wawasan baru yang saya dapat. Namun di tulisan ini saya tidak bermaksud mengulas tentan hotel yg bersejarah tersebut, tidak juga tentang pengelolaan keuangan daerah-nya. Yang menarik perhatian saya adalah tentang perkembangan telekomunikasi di Indonesia. Bagian yang terakhir. 
 
Tampil beberapa pembicara, dan terakhir ditutup oleh pemaparan pak Kamilov Sagala, mantan committee BRTI (Badan Regulator Telekomunikasi Indonesia), yang kini menjadi Komisioner di Komisi Kejaksaan Republik Indonesia. Beliau mulai dengan slide pengantar tentang statistik dari jumlah pengguna alat komunikasi bergerak di Indonesia.  Pengantar yang cukup singkat. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang sangat menarik, dan tidak lagi singkat. Memancing keinginan peserta untuk banyak bertanya dan juga bernyata. Selain karena pengalaman pembicara terhadap apa yang disampaikannya sangat kaya, juga karena antusiasme peserta seminar membahas tentang hal yang lagi ramai dibicarakan oleh masyarakat konsumen seluar Indonesia saat ini, yaitu ‘kisruh pencurian pulsa’ oleh CP (content provider) nakal. 

Sebenarnya sangat menarik jika saya mengulas tentang pencurian pulsa tersebut pada tulisan singkat ini. Namun, bukan itu maksud saya menulis kali ini. 

Saya terkesan pada satu cerita yang disampaikan oleh pak Kamilov Sagala, tentang bagaimana berubahnya taraf hidup nelayan menuju ke tingkat kesejahteraan yang lebih baik karena pemanfaatan teknologi telekomunikasi. Menjadi lebih menarik perhatian, karena saya juga kebetulan lahir di sebuah desa nelayan. Jadi secara emosi kena.:) 

Alkisah, di sebuah kampung nelayan di Sulawesi Selatan (pak Kamilov tidak menyebutkan lokasi detailnya). Kira-kira lokasinya berjam-jam (bisa sampai satu hari) menggunakan kapal boat ke Makasar. Hasil tangkapan ikan oleh nelayan di kampung tersebut cukup baik. Namun selama puluhan tahun nasib mereka tidak lebih baik dari sebelumnya karena punya kendala dalam pemasaran ikannya.  Walaupun hasil tangkapan bagus, kalau tidak laku terjual ya susah juga. Untuk menjual ikan-ikan tersebut mereka harus membawanya ke tauke-tauke di Makasar.  Menempuh perjalanan yang tidak sebentar.

Karena perjalanan yang cukup jauh, dan calon pembeli juga belum pasti. Maka hasil yang mereka dapatkan sangat tidak maksimal. Karena kondisinya, seperti penjual lebih butuh, maka para juragan ikan di kota itu bisa menekan harga semaunya. Hasilnya ya paling cukup untuk makan dan biaya operasional melaut lagi. Seperti itulah keadaan para nelayan di sana selama bertahun-tahun.

Sampai akhirnya, Telkomsel mendirikan BTS di sana. saya perlu menyebut nama perusahaan ini karena bentuk appresiasi kita juga untuk Telkomsel yang sangat committed untuk terus memperluas network coverage-nya sampai ke pelosok nusantara.  Demikianlah, Telkomsel memperluas jaringannya sampai ke desa tersebut. Seiring dengan waktu, maka mulailah penduduk desa nelayan itu akrab menggunakan ponsel. Benda yang mungkin sebelumnya hanya mereka lihat di layar-layar televise lewat antenna parabola. 

Dengan lancarnya telekomunikasi, maka para nelayan ‘pasang strategi’ dalam pemasaran ikannya. Mereka sengaja tidak mengirim sendiri hasil tangkapannya ke Makasar. Melainkan, mereka menelpon tauke-tauke di Makasar, dan menyebutkan bahwa mereka punya kendala jika harus membawanya sendiri. Jika berminat membeli, mereka mempersilakan para tauke itu menjemput langsung ke desa mereka. Itu mereka lakukan bersama. Mungkin semacam komitmen sesama nelayan disana. Cerdik juga.

Karena supply berkurang di Makasar, tentu saja para tauke tidak bisa melayani demand calon pembeli. Mau tidak mau, para tauke harus menjemput sendiri dengan kapalnya ke kampung nelayan tersebut. Di sana para nelayan bisa lebih leluasa menentukan harga yang lebih pantas. Dari sisi tauke pun sebenarnya tidak masalah juga. Toh mereka juga bisa membuat harga yang pantas juga untuk dijual ke pembeli di kota.

Dengan kondisi demikian, nelayan bisa lebih untung. Tauke juga tetap bisa untung. Telkomsel pun untung. Investasi di awal, selanjutnya bisa profit juga seiring dengan semakin tingginya penggunaan pulsa di sana.

Semoga saja fenomena di kampung nelayan di Sulawesi itu hanyalah salah satu contoh saja dari banyaknya kejadian serupa di tempat lain. Dan kita bisa berharap, kegiatan ekonomi masyarakat di tempat-tempat terpencil bisa bangkit dan semakin dekatnya kita ke kesejahteraan. Amiin. 

*Bandung 26 Oktober 2011. 19:54:00

2011/04/01

Everyone is Important

By: Brian Tracy

Everyone has critical skills and knowledge that are important to many other people in the company.

Use Better Titles for Each Person
Some years ago, when I started in business, the job of the receptionist was to answer the telephone and direct the callers to the appropriate people. Today, however, her job is far more complicated and, therefore, more important. Since she is the first contact that most customers have with our business, her personality and temperament are extremely important.

Think About Your Customers
The prospective client who telephones begins forming an impression of us the instant that the telephone is answered. Then, because our companies are doing so many things, she must tactfully ascertain exactly how the caller may be best served and who is the best person in the company to direct the telephone call to.

One Person Can Make the Difference
In many cases, there are requests for further information, and follow-up telephone calls go through our front-office manager. Her ability to handle these calls effectively, to direct calls to the right people, to take accurate messages, and to act as the core person in a network of communications makes her job so important that it is essential that she sit in on all staff meetings and be aware of everything that is going on.


Keep Yourself Informed
Your job in your company also requires that you know a lot about what is going on everywhere else, as well as being thoroughly conversant with what you do. And the fastest and most accurate way of keeping current with what is going on is to develop and maintain a network of contacts, an informal team of people within your workplace who keep you informed and who you keep informed in turn.

Encourage Participation and Involvement
The old methods of command and control now exist only at the old-line companies, many of which are fighting for their very survival. Today, men and women want a high degree of participation and involvement in their work. They want an opportunity to discuss and thoroughly understand what they are doing and why they are doing it. People are no longer satisfied to be cogs in a big machine. They want to have an integral role in achieving goals that they participated in setting in the first place.

Build a Top Team
Being a team player is no longer something that is optional. Today, it is mandatory. If you want to achieve anything of consequence, you will need the help and cooperation of lots of people. Your main objective is to structure everything you do in such a way that, because you are constantly cooperating and working well with others, they are continually open to helping you achieve your goals.

Action Exercises
Here are two things you can do immediately to put these ideas into action.

First, recognize that every person in the company is essential to the smooth functioning of the organization. Take time regularly to discuss their jobs with them and understand what they do.

Second, identify the things that you do that can really affect the work of others. Then, look for ways to do your job so that you help others in every way possible.

2011/11/26

Proses dan Sikap Layanan seorang Agent Contact Center

Kemarin saya berkesempatan menjadi fasilitator di kelas improvement agen (officer) di contact center tempat saya bekerja. Tema pembicaraan saya adalah parameter ‘proses dan sikap’ dalam melayani pelanggan. Proses dan sikap dalam pelayanan yang diberikan oleh seorang agen sangat mempengaruhi ‘rasa’ yang diterima oleh pelanggan di ujung telepon. Dan saya fikir ini akan sangat bermanfaat jika saya tuangkan dalam bentuk tulisan, meskipun sangat singkat. Hitung-hitung belajar menulis. hehe

Apakah pelanggan merasa dilayani dengan sopan, baik, ramah dan hangat sangat ditentukan oleh proses dan sikap yang diberikan oleh agen. Demikian juga sebailknya, proses dan sikap yang kurang pantas atau tidak baik yang diberikan oleh seorang agen akan menggiring persepsi pelanggan kepada ‘bad image’ terhadap perusahaan yang diwakili oleh agen tersebut.

Pada level selanjutnya, parameter proses dan sikap ini sangat erat kaitannya terhadap puas tidaknya pelanggan. Solusi yang agak sedikit kurang tepat –misalnya- bila disampaikan dengan proses dan sikap yang hangat, ramah dan penuh percaya diri dalam membantu pelanggan bisa mendatangkan rasa puas kepada pelanggan. Sebaliknya, meskipun solusi yang diberikan sudah tepat dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku –terms and conditions, namun jika diberikan dengan cara yang tidak baik, maka pelanggan sudah bisa dipastikan tidak puas, malahan bisa kecewa, dan dalam persepsi pelanggan, solusi itu bisa menjadi salah. Solusi yang dianggap salah, treatment yang diberikan terhadap pelanggan juga dianggap tidak baik, maka sudah pasti menjadi bad image dari contact center tersebut, atau perusahaan yag diwakilinya.

Alasan di ataslah yang menguatkan argumen bahwa seorang agen itu adalah seorang duta, ambassador, bagi perusahaannya. Bad and good image of the company comes from their agents treatment to their customers. Ya, perlakuan agen terhadap pelanggannya akan menjadi ‘citra’ bagi perusahaannya. Dan yang paling berperan dalam membuat ‘citra’ ini adalah parameter proses dan sikap layanan, tentu saja tanpa mengenyampingkan tepat tidaknya solusi yang diberikan.

Mengingat begitu strategisnya parameter proses dan sikap layanan ini, makanya organisasi-organisasi contact center saat ini terus melakukan edukasi, training, pelatihan dan coaching, atau hal sejenisnya kepada agen-agen mereka untuk menguatkan pemahaman tentang arti strategis parameter proses dan sikap layanan ini.

Dengan semakin berkembangnya industri contact center saat ini, tentu saja akan banyak pula parameter-parameter yang terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing contact center tersebut. Namun secara umum dalam parameter proses dan sikap layanan terdapat hal-hal berikut yang perlu dinilai dan terus dimonitoring oleh quality control (atau quality assurance) dari contact center tersebut:

1. Salam pembuka; perlu berintonasi ramah dan akrab, karena bagian ini adalah awal yang sangat menentukan ‘persepsi’ pelanggan selanjutnya. Hal-hal mandatory yang biasanya disampaikan adalah nama perusahaan, salam (selamat pagi/siang/sore/malam), nama agent, dan penawaran bantuan.

2. Agen menanyakan nama pelanggan dan menyebutnya secara pantas dan berulang dalam percakapan. Ini menunjukkan keramahan, rasa peduli, dan menunjukkan bahwa agen mengingat pelanggan secara personal. Hal ini dapat menyentuh rasa ‘humane’ dari sisi pelanggan. Pada contact center tertentu yang sudah menggunakan sistem Customer Relationship Management (CRM) yang lebih komprehensif, dan database pelanggan mereka sudah registered semua, maka proses menanyakan nama pelanggan ini bisa di-skip. Atau tinggal melakukan verifikasi saja, apakah nama pelanggan betul sama dengan yang menelpon (menghubungi contact center) atau tidak.

3. Agen menawarkan bantuan. Dan atau dilanjutkan dengan menanyakan keperluan/kebutuhan pelanggan dengan lebih detail. Pada proses ini bisa disesuaikan layanannya dengan maksud dan tujuan pelanggan menghubungi contact center; apakah menanyakan informasi tentang promo program, permintaan aktivasi/deaktivasi fitur, billing-info dll, atau pengaduan (komplain).

4. Agen mengulang kembali maksud dan tujuan pelanggan (konfirmasi permasalahan pelanggan). Ini diperlukan agar tidak terjadi kesalahpahaman. Solusi yang tepat sasaran dapat diberikan bila agen memahami dengan cermat kebutuhan pelanggan. Solusi bisa cepat diberikan setelah agen berhasil menghimpun data terkait permasalahan yang dihadapi oleh pelanggan.

5. Setelah solusi diberikan. Agen pelu melakukan konfirmasi tentang penerimaan pelanggan. Apakah pelanggan sudah dapat memahami infomasi yang diberikan perlu dikonfirmasikan untuk menghindari call berulang terhadap permasalahan yang sama di waktu-waktu berikutnya. Pada saat pemberian solusi, terkadang agen perlu melakukan pengecekan aplikasi dalam waktu (mungkin) agak sedikit lama. Untuk hal ini agen diperkenankan melakukan hold (minta pelanggan menunggu). Sampaikan kalimat permintaan kepada pelanggan apakah bersedia menunggu beberapa saat untuk dilakukan pengecekan aplikasi. Jika sebelum melakukan hold perlu dilakukan permintaan terlebih dahulu, demikian juga setelah hold, agent perlu menyampaikan ucapan terimakasih telah bersedia menunggu.

6. Setelah pelanggan confirmed dengan apa yang diberikan oleh pelanggan. Agen bisa meneruskan pada penawaran bantuan lainnya, jika diperlukan (ini bisa juga di-skip untuk keperluan tertentu, tergantung pada kebijakan manajemen contact center).

7. Dan yang terakhir adalah salam penutup. Ucapkan kalimat terimakasih yang tulus karena telah menghubungi contact center.

8. Tambahan: Pada proses penanganan komplain, diajarkan juga banyak magic words kepada agen untuk digunakan dalam rangka menunjukkan rasa empati, peduli, dan juga permohonan maaf atas ketidaknyamanannya kepada pelanggan.

Demikian uraian singkat tentang parameter poses dan sikap layanan di contact center. Uraian ini sangat bersifat umum, dan tentu saja bukan hal yang asing bagi bapak-ibu sekalian yang aktif di contact center. Semoga bermanfaat, dan mohon dikoreksi jika ada yang kurang tepat.

Salam contact center Indonesia!
Bandung, 26 November 2011


Baca juga artikel terkait lainnya:
Relokasi Contact Center atau Multi-sites
Proses dan Sikap Layanan seorang Agent Contact Center
Pengertian FCR dan Repeated Calls di Contact Center
Perbedaan Call Center dan Contact Center

*Picture is powered by google

2015/10/09

Hari pelanggan, manajemen Zalora jadi kurir

JAKARTA. Dalam menyambut Hari Pelanggan Nasional 2015 yang jatuh pada 4 September 2015, Zalora Indonesia membuat program bertajuk “special delivery”.
Di program ini, manajemen Zalora “bertugas” menjadi kurir dan mengirimkan produk yang dipesan konsumen. Pengiriman langsung oleh manajemen ini dilakukan selama dua hari, yakni  Kamis (3/9) dan Jumat (4/9). 
Untuk hari Kamis (3/9) yang mengirimkan pesanan pelanggan adalah Feri Susanto, Head of Customer Service Zalora Indonesia. Sedangkan, “Untuk hari Jumat (4/9) pengiriman dilakukan oleh Head of Marketing Zalora dan CEO Zalora yang baru,” kata Wafi Dirayati, Public Relation Officer Zalora, Kamis (3/9).
Anthony Fung, Managing Director Zalora Indonesia menambahkan, program ini digelar sebagai rasa terima kasih Zalora atas dukungan setia para pelanggan. Untuk itu Zalora berupaya untuk terus menjalin hubungan baik dengan konsumen.
Menurut Antony, Zalora terus meningkatkan layanan dan kemudahan dalam berbelanja online. Misalnya, kemudahan pelanggan dalam proses pengembalian dan penukaran barang yang dapat dilakukan dalam waktu 30 hari setelah order diproses.

Selain dari sisi layanan, Zalora juga terus menambah variasi produknya. Saat ini, koleksi produk Zalora sudah mencapai lebih dari 70.000 produk pakaian, sepatu, tas, aksesoris, busana muslim, hingga kosmetik.
Saat ini, kata Anthony, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 82 juta orang atau sekitar 30% dari total penduduk. Dengan pasar sebesar itu, Zalora melihat potensi pasar belanja online yang sangat besar.
Editor: Hendra Gunawan. 




2014/08/23

POWER STEERING KEHIDUPAN

Pernahkan Anda mengendarai mobil tanpa power steering? Bagaimana rasanya? Repot. Susah. Bikin cape? Ya, bisa jadi semua kondisi yang tidak nyaman itu Anda rasakan. Setelah banting setir ke kiri atau ke kanan, secara manual disertai dengan tenaga yang tidak sedikit, gagang setirnya harus diputar ke arah yang berlawanan untuk kembali mencapai kondisi lurus.

Jika sudah diarahkan ke kiri, maka akan terus ke kiri. Jika sudah berbelok kanan, maka akan terus ke kanan, sampai Anda mengembalikannya secara manual. Jika tidak dikembalikan ke posisi lurus, maka akan terus berbelok. Tidak akan ada yang bantu Anda untuk meluruskan jalan Anda jika Anda sudah berbelok. Kuasa sepenuhnya ada pada pilihan Anda.

Beda halnya dengan kendaraan berteknologi power steering. Meskipun Anda sudah berbelok, mengambil pilihan ke kiri atau ke kanan, maka dengan ‘power’nya arah kendaraan Anda akan dikembalikan ke arah lurus. Anda hanya perlu melepaskan tangan dari gagang setir, dan arah kendaraan akan kembali lurus.


Fungsi power steering adalah meringankan putaran kemudi sehingga lebih mudah dan nyaman saat di kemudikan.  Konsepsi dasar lainnya adalah membantu untuk meluruskan kembali arah kendaraan Anda. Selalu. 

Begitulah dalam hidup. Sesungguhnya, di luar diri kita ada ‘power steering’NYA yang akan membimbing kita ke arah jalan yang lurus. Ke kehidupan yang benar dengan kemudi yang ringan. Maka, dengarkanlah, ikutilah arah ‘Power Steering’ itu. Yang perlu Anda lakukan hanyalah melepaskan pegangan pada kendali ke-ego-an Anda, melepaskan diri dari rasa ‘kebisaan’ Anda, dan menyerahkan sepenuhnya kepada ‘Power Steering’ Allah. Dalam keadaaan belok kiri atau kanan yang ekstrim sekalipun, arah Anda akan tetap bisa kembali ke jalan yang lurus, asalkan kendaraan kehidupan Anda menggunakan ‘Power Steering’.

Agar kendaraan kehidupan kita tetap bisa lurus secara fitrahnya, maka kendaraan kita harus lah memiliki teknologi ‘Power Steering’ ini. Yang namanya manusia, tidak jarang melakukan hal yang salah dan khilaf. Dengan menyerahkan diri kepada Allah yang Maha Bijaksana, pasrah pada pilihan jalan-NYA, maka arah kendaraan kehidupan kita akan senantiasa dikembalikan ke posisi lurus. Itulah dahsyatnya ‘Power Steering’.

Masih mau pilih kendaraan kehidupan yang manual? Sila saja, kalau kita benar-benar bisa istiqomah dalam kebaikan dan senantiasa sanggup menghindari perbuatan maksiat. Karena kita bukanlah manusia seperti itu, maka saya merekomendasikan kita semua untuk memilih penggunaan kendaraan berteknologi ‘Power Steering’ ini. Agar dikembalikan terus ke jalan yang LURUS.

Caranya? Serahkan diri dan urusan Kita hanya dalam pengaturan Allah SWT. Bukankah ini pengertian Islam itu? Menyerahkan diri dalam naungan hukum Allah.

#FerSus

2011/04/11

Five Steps to Personal Power

By Brian Tracy

There is a five-step power process that you can use to keep yourself positive and to achieve your goals faster. This five-step process brings together several of the very best techniques ever discovered for permanent mind change. It contains and illustrates all of the key principles that you need to know to become a highly effective, positive "possibility thinker" in your own life.

Imagine Your Perfect Future
Perhaps the biggest obstacle to creating a wonderful life is "self-limiting beliefs." Everyone has them, and some people have so may of them that they are almost paralyzed when it comes to taking action. A self-limiting belief is an idea you have that you are limited in some way, in terms of time, talent, intelligence, money, ability, or opportunity. The way you free yourself from these negative brakes on your potential is to change your thinking about who you are and what is truly possible for you.

Show Me the Money
Start with your income. How much do you want to be earning, one, two, three, and five years from today? Look around you and ask, "Who else is earning the kind of money I want to earn, and what are they doing differently from me?" If you don't know or you aren't sure, go and ask them. Do your homework.


Design Your Perfect Life
Imagine your perfect lifestyle. If you had no limitations at all, how would you like to live, day in and day out? If you were financially independent, what kind of home would you live in? What kind of car would you want to drive? What kind of life would you like to provide for your family? What sort of activities would you like to engage in throughout the week, month, and year?

Turn Your Ideal into Reality
When you sit down and design your ideal lifestyle, you can then compare it to what you are doing today and notice the differences. You can then start thinking about how you could bring your real or current lifestyle closer to your ideal. When you idealize your income and your lifestyle, you develop vision for your life. You begin to practice a key quality of personal leadership. You begin projecting into the future and making plans to turn your future dreams into a current reality.

The Person you Become
Create an ideal future self in terms of your personal and professional development. What kind of person do you want to be in the future? What additional knowledge and skills do you want to acquire? In what areas would you like to become absolutely excellent? What subjects would you like to master? What do you need to learn to move up in your field? What is your growth plan to get from where you are to where you want to go?

Action Exercise
Look for something good in every problem or difficulty. Practice being an inverse paranoid, convinced that there is a vast conspiracy to make you successful.

2011/04/01

Triple FILTER Test

Triple FILTER Test dalam menyampaikan kabar berita"

Di Yunani kuno, Socrates terkenal memiliki pengetahuan yang tinggi dan sangat terhormat.

Suatu hari seorang kenalannya bertemu denga filsuf besar itu dan berkata, "Tahukah Anda apa yang saya dengar tentang teman Anda?"

"Tunggu sebentar," Socrates menjawab. "Sebelum Anda menceritakan apapun pada saya, saya akan memberikan suatu test sederhana yang disebut Triple Filter Test.

Filter petama adalah KEBENARAN.

"Apakah Anda yakin bahwa apa yang akan Anda katakan pada saya itu benar?"

"Tidak," jawab orang itu, "Sebenarnya saya HANYA MENDENGAR tentang itu."

"Baik," kata Socrates. "Jadi Anda tidak yakin itu benar. Baiklah sekarang saya berikan filter yang kedua.

Filter ke 2, KEBAIKAN.

Apakah yang akan Anda katakan tentang teman saya itu sesuatu yang baik?"

"Tidak, malah sebaliknya..."

"Jadi," Socrates melanjutkan, "Anda akan menceritakan sesuatu yang buruk tentang dia, tetapi Anda dan anda tidak yakin apakah itu benar. Anda masih
memiliki satu kesempatan lagi, masih ada satu filter lagi, yaitu filter ke 3.

Filter ke 3, KEGUNAAN.

Apakah yang akan Anda katakan pada saya tentang teman saya itu berguna bagi saya?"

"Tidak, sama sekali tidak."

"Jadi," Socrates menyimpulkannya, "bila Anda ingin menceritakan sesuatu yang belum tentu benar, bukan tentang kebaikan,dan bahkan tidak berguna, mengapa Anda harus menceritakan itu kepada saya?"

Itulah mengapa Socrates dianggap filsuf besar dan sangat terhormat.

Kawan-kawan, gunakan triple filter test setiap kali Anda mendengar sesuatu tentang kawan anda. Jika bukan KEBENARAN, bukan KEBAIKAN, dan tidak ada KEGUNAAN positif, tidak perlu anda terima. Dan apabila anda terlanjur mendengarnya, jangan sampaikan pada orang lain, dan jangan menyakiti hati orang lain.

2024/08/07

TTL; A Holistic Marketing Approach!

Pict source: jagoanhosting.com

In the realm of marketing, ATL (Above The Line) and BTL (Below The Line) strategies have long been recognized as complementary forces. ATL focuses on brand awareness, casting a wide net to reach a broad audience through mass media channels such as television, radio, and print. On the other hand, BTL zeroes in on direct engagement and sales, targeting specific groups through methods like direct mail, promotions, and events.

However, the advent of social media has significantly transformed the landscape. The once clear boundaries between ATL and BTL marketing have become increasingly blurred. Social media platforms have emerged as a powerful hybrid tool, capable of executing both ATL and BTL strategies simultaneously. With the ability to reach vast audiences and create brand awareness (an ATL function) while also facilitating direct interactions, personalized marketing, and driving conversions (BTL functions), social media uniquely straddles both realms.

Today, a single social media campaign can achieve widespread brand visibility, foster community engagement, and directly influence purchasing decisions. Marketers can utilize these platforms to deliver a cohesive strategy that maximizes the strengths of both ATL and BTL approaches. For example, a well-executed social media campaign can enhance brand image through creative content, viral trends, and influencer partnerships, fulfilling the ATL objective. Simultaneously, it can drive targeted promotions, personalized offers, and interactive engagements that lead to measurable sales results, aligning with BTL goals.

As the marketing landscape continues to evolve, the integration of ATL and BTL through social media represents a paradigm shift. It underscores the necessity for marketers to adopt a holistic approach that leverages the synergies of both strategies. By embracing the multifaceted capabilities of social media, businesses can create more dynamic, engaging, and effective marketing campaigns that resonate with today’s digital-savvy consumers.

The integration of both strategies (ATL and BTL) is now referred to as TTL (Through The Line). TTL embodies a holistic marketing approach that seamlessly blends the broad reach of ATL with the targeted engagement of BTL. By leveraging the strengths of both, businesses can create more comprehensive and impactful campaigns. In the digital age, where consumer behavior is constantly evolving, TTL allows for flexibility and adaptability, ensuring that marketing efforts are both wide-reaching and deeply personalized. Embracing TTL enables brands to navigate the complexities of modern marketing, ultimately driving greater brand loyalty and achieving more significant business results.

---

I also post this article in my Linkedin account: Click Here

2013/10/07

ATMOSFER DALAM AL QUR'AN


Satu fakta tentang alam semesta sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an adalah bahwa langit terdiri atas tujuh lapis. 

"Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." (Al Qur'an, 2:29) 

"Kemudian Dia menuju langit, dan langit itu masih merupakan asap. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya." (Al Qur'an, 41:11-12) 

Kata "langit", yang kerap kali muncul di banyak ayat dalam Al Qur’an, digunakan untuk mengacu pada "langit" bumi dan juga keseluruhan alam semesta. Dengan makna kata seperti ini, terlihat bahwa langit bumi atau atmosfer terdiri dari tujuh lapisan.

Saat ini benar-benar diketahui bahwa atmosfir bumi terdiri atas lapisan-lapisan yang berbeda yang saling bertumpukan. Lebih dari itu, persis sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an, atmosfer terdiri atas tujuh lapisan. Dalam sumber ilmiah, hal tersebut diuraikan sebagai berikut: 

Para ilmuwan menemukan bahwa atmosfer terdiri diri beberapa lapisan. Lapisan-lapisan tersebut berbeda dalam ciri-ciri fisik, seperti tekanan dan jenis gasnya. Lapisan atmosfer yang terdekat dengan bumi disebut TROPOSFER. Ia membentuk sekitar 90% dari keseluruhan massa atmosfer. Lapisan di atas troposfer disebut STRATOSFER. LAPISAN OZON adalah bagian dari stratosfer di mana terjadi penyerapan sinar ultraviolet. Lapisan di atas stratosfer disebut MESOSFER. . TERMOSFER berada di atas mesosfer. Gas-gas terionisasi membentuk suatu lapisan dalam termosfer yang disebut IONOSFER. Bagian terluar atmosfer bumi membentang dari sekitar 480 km hingga 960 km. Bagian ini dinamakan EKSOSFER. .
(Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 319-322)

Jika kita hitung jumlah lapisan yang dinyatakan dalam sumber ilmiah tersebut, kita ketahui bahwa atmosfer tepat terdiri atas tujuh lapis, seperti dinyatakan dalam ayat tersebut.

1. Troposfer
2. Stratosfer
3. Ozonosfer
4. Mesosfer
5. Termosfer
6. Ionosfer
7. Eksosfer

Keajaiban penting lain dalam hal ini disebutkan dalam surat Fushshilat ayat ke-12, "… Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya." Dengan kata lain, Allah dalam ayat ini menyatakan bahwa Dia memberikan kepada setiap langit tugas atau fungsinya masing-masing. Sebagaimana dapat dipahami, tiap-tiap lapisan atmosfir ini memiliki fungsi penting yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia dan seluruh makhluk hidup lain di Bumi. Setiap lapisan memiliki fungsi khusus, dari pembentukan hujan hingga perlindungan terhadap radiasi sinar-sinar berbahaya; dari pemantulan gelombang radio hingga perlindungan terhadap dampak meteor yang berbahaya. 

Salah satu fungsi ini, misalnya, dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut:
Atmosfir bumi memiliki 7 lapisan. Lapisan terendah dinamakan troposfir. Hujan, salju, dan angin hanya terjadi pada troposfir. (http://muttley.ucdavis.edu/Book/Atmosphere/beginner/layers-01.html) 

Adalah sebuah keajaiban besar bahwa fakta-fakta ini, yang tak mungkin ditemukan tanpa teknologi canggih abad ke-20, secara jelas dinyatakan oleh Al Qur’an 1.400 tahun yang lalu.

Source: Klik Disini